Chapter 7 : Game Start

1.8K 185 9
                                    

Preview

Aku mengatakannya dengan menunduk. Bukannya aku memaksa, tapi aku hanya merasa ini sudah tugasku. Kuhela nafasku ketika sejenak kemudian dapat ku dengar langkah kakinya yang semakin mendekat dan berhenti. Aku bisa menebak, dia tepat berada di sebelahku saat ini.

"Kau benar, tapi aku masih tak ingin melibatkanmu saat ini. Jadi menurutlah. Dan-"

Kurasakan tangannya berada di pipiku. Ia membuatku melihat ke arahnya secara paksa. Membuatku menatap tepat di matanya. Lagi-lagi aku tersihir oleh matanya.

"-kau tak seperti biasanya. Kurasa suasana hatimu sedang buruk.  Akan sangat bahaya jika aku membiarkanmu mengambil pekerjaan ini. Istirahatlah, Jeonghan. Selamat malam."

S.Coups mengecup pelan dahiku ketika ia selesai mengatakannya. Membuatku terdiam dan hanya melihatnya yang sudah mulai menjauh. Ya, ia berjalan menuju pintu dan berpamit untuk pulang. Aku ingin membalas ucapannya-atau setidaknya memakinya karena ia menciumku tanpa izin-tapi tak ada satu suara pun yang dapat ku keluarkan. Lidahku serasa kaku dan mataku hanya dapat mengikuti kemana ia pergi. Telingaku hanya dapat menangkap suara pintu yang tertutup dengan sedikit keras. Dan semua perkataannya serta tingkahnya kembali berulang di otakku. Seharusnya dia tak perlu mengatakan itu kan? Ya kan? Ataupun mengecup keningku? Kututup sedikit mulutku dan kutundukkan wajahku ketika aku merasakan tubuhku memanas.

"Sialan kau, S.Coups."

Sumpah serapah pelan kuucapkan. Karena aku tau, permainannya ini bukan hal yang sederhana.

***

Jeonghan POV

Sudah seminggu aku tak menemui S.Coups ataupun Jisoo. Ah... untuk S.Coups karena memang dia tak menghubungiku. Jadi untuk apa aku menemuinya? Sedangkan Jisoo... aku tak dapat menghubunginya lagi. Entahlah. Akhir-akhir ini kurasa ia begitu sibuk. Dan aku tak ingin ikut campur lagi. Untuk pertama kalinya hidupku terasa sangat tenang. Terasa santai dan tak memiliki beban.

"Pagi, Cantik."

Kudengar sebuah suara yang sangat ku kenal menyapa telingaku. Membuatku menoleh dan menatapnya sengit.

"Sejak kapan kau jadi menjijikan, Wonwoo-ya?"

Wonwoo hanya tertawa mendengar perkataanku dan menarikku memasuki kelas. Seperti biasa, orang-orang masih saja memanggilku secantik malaikat. Membuatku ingin tertawa. Bagaimana ekspresi mereka dan apa yang akan mereka katakan ketika mereka melihat diriku yang sesungguhnya. Diriku yang tak pantas disebut cantik dan lebih pantas disebut menjijikkan.

Aku sedang melihat ponselku ketika aku ingat ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada sahabatku. Terlebih mengenai kedekatannya dengan Mingyu. Sejak kapan mereka dekat? Dan setauku, sahabatku ini bukan orang yang mudah di taklukan. Tapi ternyata seleranya sama saja. Dia mudah juga ditaklukan oleh seseorang seperti itu.

"Wonwoo-ya, sejak kapan kau dekat dengan Mingyu?"

Pertanyaanku yang tiba-tiba membuat Wonwoo langsung menoleh ke arahku. Dapat kulihat wajahnya yang menegang. Tak seharusnya ia seperti itu kan? Bukankah ia bisa sedikit lebih santai? Lagipula pertanyaanku bukan pertanyaan yang aneh. Hanya tiba-tiba saja.

"Ah... kami mulai dekat beberapa hari yang lalu. Itu karena kami bekerja di tempat yang sama."

Bekerja? Setauku Wonwoo paling tak mau jika di suruh menggerakkan tubuhnya.

"Kau bekerja?"

"Ah... y-ya. Aku bekerja di... restoran. Bersama Mingyu."

Aku hanya menjawabnya dengan oh saja. Jawabannya yang sedikit tergagap membuatku sedikit curiga. Sepertinya ada yang di sembunyikannya. Tapi, siapa peduli. Mungkin ia tak mau tau kalau mereka memang sedang dekat. Dan mungkin... mereka sudah lama kenal. Masa bodoh.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now