Chapter 12 : The Storm [nc-21]

2K 164 4
                                    

CHAPTER INI MENGANDUNG SESUATU YANG MUNGKIN DISTURBING. JADI, JANGAN TERLALU DIBAYANGIN

Preview

Meanwhile...

Seorang lelaki tengah berdansa dengan dirinya sendiri. Mendendangkan alunan musik yang seirama dengan gerakannya. Wajahnya terlihat sangat bahagia.

"One... down. Two... down."

Sebuah kalimat yang terus menerus ia ulangi. Dengan senyumnya yang sedikit mengerikan. Hingga ia berdansa sampai di meja kerjanya dan berjalan memutarinya.

"Sayang sekali. Padahal pak tua itu orang yang sangat berguna. Tapi ia malah bunuh diri. Dasar bodoh. Ah... tapi biarkanlah. Lagipula, targetku cuma satu orang. Dan tinggal dia sekarang."

Ia menyeringai sebelum tertawa terbahak. Membayangkan apabila rencananya berhasil. Dan semua yang ia inginkan tercapai. Terlebih dendamnya yang terbalaskan.

"Selamat menemui kehancuranmu sebentar lagi, Appa."

***

Jeonghan POV

"Fuck!"

Pantulan diriku terlihat jelas di cermin kamar mandi. Berantakan. Itulah kesan diriku yang terlihat saat ini. Bagaimana tidak, semalam... ia melakukannya dengan beringas. Bukan beringas kiasan, tapi beringas yang sebenarnya. Sejenak, memang aku bisa melupakan semuanya. Dan dia benar-benar gila saat itu.

"Choi Seungcheol sialan!"

Kakiku masih gemetar setelah semua yang terjadi semalam. Rasa sakit pinggulku yang membuatku seperti ini. Ditambah luka disekujur tubuhku. Yang aku tak tau sampai kapan luka di ini akan sembuh. Terutama luka pada perut dan dadaku. Aku hanya dapat meringis kesakitan ketika kakiku tiba-tiba tak dapat lagi menopangku. Seolah mati rasa. Kelebatan memori semalam yang tak ingin kuingat pun lewat begitu saja. Ah... dasar brengsek! Kau akan bayar perbuatanmu nanti.

***

- flashback (author pov) -

Jeonghan dapat merasakan semuanya dengan jelas. Apa yang di dapatinya saat ini seolah tak nyata. Rasa sakit dan tak dapat bergerak. Ya, ia tau tangannya terikat kencang pada headboard ranjang miliknya dan Seungcheol. Dan hanya kakinya yang masih bisa bergerak. Semua ini pun bagian dari ide gila Seungcheol yang barusan ia setujui.

"Brengsek! Cepat lepaskan ikatannya!"

Jeonghan meronta dan kakinya berusaha menendang Seungcheol yang ada di hadapannya. Melihat itu, Seungcheol hanya tertawa pelan ketika Jeonghan kemudian mengeluarkan sumpah serapah lanjutan dan semakin berontak. Seungcheol seolah menikmati apa yang dilakukannya saat ini. Dari sorot matanya terlihat ia tak peduli dengan rontaan Jeonghan. Yang baginya hanya sebuah melodi yang indah.

"Diamlah, Sayang. Nanti tanganmu sakit. Lagipula, kau yang memilih mengikutinya. Jadi ikuti saja permainannya."

Jeonghan sebenarnya ingin kembali berteriak, memrotes perlakuan namja itu terhadapnya. Sayang, mulutnya segera di sumpal dengan bibir namja itu. Ingin ia menendangnya, tapi tubuh Seungcheol yang menindihnya benar-benar berat. Membuatnya sedikit kehabisan nafas sebelum Seungcheol akhirnya melepaskan kaitan bibir mereka.

"Brengsek! Mati saja kau!"

Hanya umpatan yang dapat keluar dari bibirnya berkali-kali. Seungcheol yang melihatnya pun hanya dapat menyeringai. Seolah, itulah respon yang di harapkannya di setiap perbuatannya. Dan seolah mengharapkan amarah Jeonghan, Seungcheol tak berhenti disana. Dia segera melepas seluruh kain yang melekat pada Jeonghan. Mengecup tiap jengkal bagian tubuhnya. Memberikan kiss mark pada bagian tertentu yang ia inginkan. Membuat Jeonghan sedikit menggeliat sambil menggigit bibir bawahnya. Yang tak ia sadari telah berdarah.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now