Stay!

Part 6

Aku menghabiskan isi gelas kecil di depanku dengan sekali teguk. Tenggorokanku terasa seperti terbakar saat cairan bening dari gelas itu melewatinya. Aku kembali memberi tanda kepada bartender agar mengisi gelasku yang kosong.

Setelah berkendara tanpa tujuan, akhirnya aku berada di tempat ini. Sebuah club malam. Aku butuh pengalihan rasa sakit hati sekarang. Dan aku pikir alkohol bisa membantuku.

Aku menatap tangan kananku yang tadi aku pakai menampar Boby, kemudian tertawa kecil. Pertengkaran yang terjadi di antara kami beberapa jam yang lalu berputar seperti kaset rusak di kepalaku.

Flashback

"Kamu emang brengsek!" ujarku.

Dugh

Aku menendang tulang keringnya, menyebabkan ia mengerang dan menunduk memegangi bekas tendanganku. Tanpa mengucapkan apa pun lagi aku menerobos masuk lift. Aku sempat menabrak bahu perempuan yang bersama Boby.

"Sayang!" seruan Boby masih bisa kudengar sebelum lift tertutup.

Dan begitu lift bergerak turun, aku berjongkok, tidak sanggup lagi berdiri. Persendianku sepertinya berubah menjadi jelly. Aku memeluk lututku dan mulai terisak. Air mata yang sedari tadi aku tahan akhirnya lolos.

Aku berdiri dan merapikan penampilanku sebelum keluar dari lift. Berjalan dengan tergesa ke tempat mobilku di parkir.

Aku melajukan mobil tanpa arah dengan kecepatan diatas rata-rata. Beberapa pengendara bahkan membunyikan klakson tanda protes saat aku menyalip kendaraannya seenakku. Tapi aku tidak peduli.

"Anj*ng!" umpatku saat sebuah mobil memotong jalanku, membuatku secara refleks menginjak rem dan klakson secara bersamaan.

Ku lepas seatbeltku dan keluar untuk menghampiri pengemudi dari mobil itu dengan emosi sudah beradan di atas ubun-ubun. Tapi kemudian aku berbalik saat melihat lelaki yang baru saja keluar dari pintu kemudi.

"Kita perlu ngomong!" ia mendorong pintu mobil yang sudah setengah terbuka agar kembali tertutup.

Aku diam, aku bahkan tidak menatapnya sama sekali.

"Aku minta maaf soal yang tadi. Aku khilaf."