Part 1

1.9K 106 14
                                    

Aku mempertajam penglihatanku kepada pasangan yang baru saja melangkahkan kakinya memasuki cafe. Aku mendengus begitu saja yakin kalau penglihatanku tidak salah, itu dia. Bersama seorang gadis.

"Lah, tuh bocah sama siapa?" tanya Sisil, asistenku. Aku mengedikkan bahu.

"Sorry telat!" ujarnya nyengir begitu tiba di meja yang aku tempati bersama Sisil. Aku bergumam malas.

"Bawa teman gak papa kan." ia menarik salah satu kursi dan mempersilahkan gadis itu duduk.

"Iya, gak papa." balas Sisil setelah melirikku.

"Jadi ada apa, kok tiba-tiba ngajak ketemuan?" tanyanya.

Aku memberi kode kepada Sisil agar mulai berbicara mewakiliku. Aku takut mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya. Mood ku sedang buruk.

"Buru-buru amat, kak. Pesen aja dulu." tawar Sisil.

"Yaudah." ia mengangkat tangannya ke udara, memberi kode kepada pelayan yang berada dua meja dari kami.

"Jadi gimana?" tanyanya setelah selesai memesan.

"Engg, jadi gini." Sisil menggaruk belakang kepalanya yang kuyakini tidak gatal. "Aku kan baru beli unit sendiri. Jadi pengen minta bantuan kakak buat ngedekor gitu." cepat juga ia berpikir. Bukan itu tujuan kami yang sebenarnya.

Dahi lawan bicara Sisil berkerut, lalu melirikku. "Bisa aja sih." jawabnya ragu.

"Bisanya kapan, kak?"

"Hmm, secepatnya. Kamu pindah kapan emang?"

"Minggu depan."

"Lusa bisa."

Aku hanya diam mendengar obrolan keduanya. Sepertinya Sisil benar-benar akan meminta bantuannya. Aku menoleh kepada gadis yang duduk di depanku. Sedari tadi ia hanya diam dan menunduk, sesekali mencuri pandang padaku. Aku mengerutkan kening.

"Dia ngefans sama kamu." aku menoleh, mulutku membulat.

"Gak usah malu-malu gitu, Nin." tegurnya pada gadis itu.

"Iya. Daritadi nunduk mulu. Kayaknya lantainya lebih cantik dari Shania ya?" goda Sisil.

Gadis itu buru-buru mengangkat kepala, "Gak kok. Cantikan kak Shania." ujarnya gelagapan, membuatku tertawa.

"Kamu kok lucu banget sih." ia mencubit kedua pipi gadis itu.

Hanya Tuhan yang tau bagaimana sekarang aku mati-matian menahan diri agar tidak meledak.

***

Aku sedang tidak ada kegiatan apa pun hari ini. Waktu yang pas untuk menikmati hari ku. Sejak tadi pagi hujan mengguyur. Daripada terjebak macet yang sudah pasti sedang terjadi dimana pun, aku memilih melakukan hobi yang sudah lama tidak kulakukan, membaca novel.

Sejak dua jam yang lalu aku tenggelam dalam novel yang sedang aku baca di ruang tamu, diiringi musik klasik yang sengaja aku putar mengalun melalui speaker. Toples berisi kripik yang berada di sampingku tinggal setengah, begitu pun kotak jus yang berada di meja.

"Jam berapa?"

Aku menoleh ke lelaki yang baru keluar dari kamar. Penampilannya masih sangat berantakan, bahkan matanya yang sipit belum sepenuhnya terbuka. Ia melangkah menuju kepadaku dan mengambil duduk di sampingku.

"Setengah 11." mulutnya sedikit membulat.

"Gak ada schedule?" tanyanya. Kepalanya sudah berada di bahuku.

"Kalau ada aku gak mungkin di sini."

Ia menghela nafas, membuatku merinding karena ia melakukannya di caruk leherku. Kemudian kepalanya bergerak mencari tempat yang nyaman. Aku mau tidak mau juga menyesuaikan diri dengan posisinya.

Stay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang