Part 3

1.1K 95 4
                                    

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyusup melalui celah-celah gorden. Setelah berhasil membuka mata sepenuhnya aku berbalik, dan menemukan Boby yang masih tertidur pulas dengan wajah menghadap kepadaku. Ia tampak begitu menggemaskan. Sangat berbeda dengan tadi malam saat ia mengamuk.

Puas menatap wajahnya, aku menggeser kepalaku dan mengecup keningnya -yang lebih lebar dari kening manusia pada umumnya-, lalu menjauhkan kepalaku. Matanya mulai mengerjap, itu lucu. Aku terkekeh pelan.

"Pagi." aku kembali mengecup keningnya, kemudian kedua kelopak matanya secara bergantian.

Ia bergumam tidak jelas dan menarik kepalaku agar menempel di dada telanjangnya. Jujur saja, posisi ini membuatku kesulitan untuk bernafas. Kedua tanganku berusaha mendorong pinggangnya agar melepas kepalaku, tapi ia justru semakin mengeratkan pelukannya.

Tidak ada cara lain.

"Aaarrgght!!" ia melepas pelukannya dan menggosok dadanya yang memerah karena aku baru saja menggigitnya.

"Kamu keturunan drakula ya?" ia meringis. "Sakit."

"Biasanya kamu suka-suka aja kalau aku gigit." cibirku. Tapi tunggu dulu. Kenapa ia justru tersenyum aneh.

"Emang kamu gigit apanya aku?" alisnya bergerak naik turun.

Bugh!

Aku melemparnya dengan bantal yang tadi aku pakai.

"Gak usah dibahas." dengan cepat aku bangkit dari tidurku. Hendak masuk kamar mandi. Tapi ia lebih sigap menarik pergelangan tanganku.

"Morning kiss."

"Tadi udah."

"Di sini belum." ia menunjuk bibirnya yang sudah ia majukan beberapa centi. Aku mendengus.

"Ayo buruan!" ia menarik pergelangan tanganku lagi agar semakin mendekat.

Cup

"Udah." ia tersenyum puas. "Gak usah senyum-senyum. Sana buat sarapan."

***

"Kamu gak kerja?" tanyaku. Aneh saja melihatnya masih di rumah padahal sekarang sudah jam 9 pagi. Biasanya ia berangkat ke kantor jam 8.

"Enggak." ia mengambil remote tivi dari pangkuanku.

Aku sedikit mengangkat tanganku saat ia meletakkan kepalanya di pahaku. Tanganku dengan sendirinya mengelus rambutnya yang agak panjang.

"Kamu gak ada kegiatan lagi?" aku menunduk menatapnya lalu menggeleng.

"Gak ada." kemudian kembali fokus pada tontonanku. Spons kuning berumahkan nanas di dasar laut.

"Sampe kapan?"

"Lusa."

"Bagus!" ia menarik kepalanya dari pangkuanku dan duduk. "Ayo ke puncak." ajaknya dengan senyum sumringah.

Aku melongo, "Sekarang?"

"Iya!" ia berdiri.

"Aku belum siapin apa pun."

"Makanya siapin sekarang. Ayo buruan." ia menarikku agar berdiri dan mendorongku masuk kamar.

***

Aku duduk di sofa yang terletak di pojok ruangan dengan tangan kanan menopang daguku. Aku menatap orang-orang yang berlalu di sekitarku dengan jengah. Aku pikir Boby mengajakku ke puncak untuk liburan berdua -hal yang sudah lama tidak kami lakukan-. Nyatanya di sini terdapat banyak orang, aku mengenal beberapa dari mereka. Teman semasa kuliah sekaligus teman se-tim Boby dalam bekerja.

Stay!Where stories live. Discover now