2. He Different!

17.2K 1.1K 65
                                    

Penuh dan sesak.

Dua kata yang dapat menggambarkan suasana kantin siang ini. Semua siswa berlalu-lalang membawa makanan masing-masing, ada sebagian siswa yang tidak kebagian tempat duduk.

Setelah pagi tadi berjemur di bawah terik matahari dan langsung disambung dengan belajar selama 3 jam membuat para siswa ketar-ketir berhambur ke kantin saat bel istirahat berbunyi.

Beruntung. Aira, Zila dan Kayla bisa gerak cepat hingga kebagian tempat duduk. Saat ini mereka tengah menyantap bakso yang mereka pesan beberapa menit lalu.

Aira tersenyum tipis mengingat saat di Jerman bakso inilah yang paling ia idam-idamkan selain sayur bening sang bunda. Lucu? Tapi itulah kenyataannya. Aira juga rindu berdesak-desak seperti ini saat di kantin.

"Napa, Ra?" Zila yang tidak sengaja melihat Aira tersenyum mulai bertanya. Gadis itu memasukkan satu bakso kecil ke dalam mulutnya lalu menatap Aira sepenuhnya.

"Nggak apa-apa. Cuma seneng aja, nggak nyangka ternyata gue bisa duduk di sini lagi sama kalian, makan bakso kayak dulu lagi."

Kayla meminum air mineralnya lalu terkekeh pelan. "Kalo ada Gita di sini pasti dia udah bilang kayak gini 'yaampun Aira kok lo sweet banget, sih'." Kayla menirukan gaya Gita saat berbicara. Memang kadang anak itu terlalu lebay.

Tawa Aira dan Zila membuncah melihat tingkah konyol sahabatnya yang satu itu.

"Eh, gue jadi kangen, deh, sama Gita. Ntar kita jenguk, yuk." Ajak Aira mendadak, ia tersenyum menatap teman-temannya yang mengangguk setuju.

Obrolan ringan ketiga gadis itu diinterupsi oleh suara gaduh yang ditimbulkan oleh segerombolan siswa perusuh SMA Pelita Bangsa.

"Minggir-minggir ini tempat kita." Itu Randi anak kelas 10 IPA 1, dengan entengnya mengusir beberapa siswa yang duduk di meja kantin paling pojok dan menempati tempat itu bersama ketiga temannya.

Aira sedikit tersentak melihat saudara kembarnya-Airo juga ikut bergabung dengan gerombolan itu, apalagi ada Lion, lelaki yang sudah dicapnya berandalan juga berada di sana. Memang saat di kelas tadi Airo duduk di sebelah Lion, tapi Aira tidak pernah berpikir kalau Airo bergaul dengan lelaki bengal seperti dia.

"Kapan, sih, Lion jeleknya? Perasaan ganteng terus, deh."

Aira memutar bola matanya jengah mendengar Kayla yang selalu melontarkan pujian kepada Lion. Apa, sih, yang ia lihat dari seorang Adelion? Lelaki bengal yang lebih terlihat seperti preman daripada seorang pelajar.

Cih. Bahkan Aira masih sangat kesal dengan lelaki itu.

"Perasaan hari ini Lion lebih banyak ketawa deh, nggak kayak biasanya yang cuek dan nggak pedulian. Cahaya ketampanannya, tuh, jadi lebih memancar." Dengan mata berbinar Kayla memperhatikan Lion yang tengah tertawa lepas bersama teman-temannya.

"Lo, sih, ngeliatnya dari gantengnya doang, kalo kelakuannya kayak preman gitu masa iya lo masih bilang dia ganteng?" Zila yang memang tidak terlalu suka dengan Lion membantah semua pujian Kayla.

"Kelakuannya yang mana maksud lo kayak preman? Pas tawuran itu? Gue pikir Lion tawuran juga karena belain si Fero, kan, waktu dia digebukin sama anak SMA Merah Putih. Lo salah kalau bilang dia kayak preman, malahan Lion itu lebih terlihat kayak pahlawan!"

Aira mengernyit mendengar ucapan Kayla. Tunggu! SMA Merah Putih, bukannya itu siswa yang tadi pagi kayak ngejar Lion ya? Iya benar, Aira masih ingat ciri khas sekolah itu, siswanya menggunakan seragam merah putih layaknya anak SD.

"Tunggu deh, lo bilang anak SMA Merah Putih? Emang pernah tawuran sama sekolah kita?"

Kayla mengangguk dan kembali berucap setelah meminum air mineralnya.

RaLion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang