Chapter 7

10.9K 723 36
                                    

Naruto duduk diam di atas atap gedung sambil memperhatikan bunga matahari yang ada didalam pot didepan matanya saat ini. Bunga itu tidak layu meski hari sudah malam. Naruto sangat ingat siapa yang memberikan bibit bunga matahari kepadanya untuk pertama kalinya. Awalnya Naruto tidak tahu mengapa pria itu memberikan bunga serta bibit bunga matahari kepada dirinya karena pria itu hanya mengatakan "Semoga kau selalu bahagia seperti bunga matahari." dan sekarang dia mengerti apa yang di maksud pria itu. Naruto tersenyum kecil mengingatnya.

Naruto menghela napas panjang lalu memeluk kedua lututunya, kemudian menaruh kepalanya diantara lipatan tangannya. Naruto tahu siapa pria itu saat pria itu datang kerumahnya bersama keluarga besarnya yang tak lain adalah kepala keluarga Uchiha.

Dialah Uchiha Fugaku ayah dari orang dia cintai. Orang yang selama ini dia kagumi dan selalu dia perhatikan melalui media masa yang ternyata adalah ayah Sasuke. Naruto tidak tahu sama sekali kalau pria itu adalah ayah Sasuke karena yang dia tahu Uchiha itu banyak dan pada malam itu Naruto sangat terkejut tapi dia berusaha untuk tidak membuat ayah dan ibunya malu dengan cara diam dan tak peduli padahal begitu banyak yang dia tanyakan kepada Uchiha Fugaku. Tapi kebohongan yang di buat ayah dan ibunya pada malam itu mengurungkan semua niatnya.

Pria tua itu adalah bangsawan yang menurut Naruto adalah bangsawan yang paling bijaksana diantara bangsawan yang lain. Fugaku ramah dan tidak memandang orang dari derajat. Menurutnya semua orang itu sama. Bukan karena kaya atau miskin, pintar atau bodoh. Miskin bukanlah keinginan mereka yang miskin dan yang bodoh bukan juga keinginan mereka.

Semua orang selalu ingin terlihat sempurna, baik dari penampilan dan juga kemampuan tapi kata bersyukur harus kita ingat setiap menit, manusia terkadang tidak mengenal kata puas, mereka selalu merasa haus tapi saat mereka bersyukur dengan apa yang mereka dapat saat ini maka mereka bisa mengatakan bahwa mereka sudah puas. Jangan terlalu sering melihat keatas tapi melihatlah kebawah sesekali agar kau selalu merasa bersyukur dengan apa yang kau miliki saat ini.

Yah, kalimat itulah yang Fugaku pernah katakan saat acara amal disebuah rumah sakit dan saat itu usia Naruto masih empat belas tahun. Naruto kagum dengan sosok seorang Uchiha Fugaku.

Tap!

Tap!

Tap!

Naruto hanya diam saja saat suara sepatu yang terbentur dengan lantai terus bergema dari belakang tubuhnya dan dia tidak menoleh saat sosok pria itu duduk disampingnya.

Naruto tahu siapa pria itu saat pria itu duduk disampingnya. Uchiha Fugaku. Baru saja dia memikirkan sosok pria paruh baya itu dan ternyata sosoknya datang juga dan duduk disampingnya. Naruto cukup terkejut awalnya tapi dia memilih diam dan menghela napas lagi.

"Ternyata benar dengan apa yang para tentara itu katakan, kalau kau sering duduk disini pada malam hari." ujarnya sambil menyunggingkan senyum kecil yang Naruto lihat dari sudut matanya.

"Terima kasih untuk bunga yang anda berikan padaku waktu itu." sahut Naruto sambil tersenyum kecil. "Jangan terlalu formal dengan ku." balas Fugaku ramah. Naruto mengangguk singkat.

"Aku senang bisa melihat mu lagi setelah sepuluh tahun berakhir." ujar Fugaku seraya memperhatikan bunga matahari yang ada didepannya sama seperti Naruto.

Angin gurun berhembus pelan membuat bunga itu melayang pelan mengikuti arah angin.

"Aku tidak tahu apa yang membuatku menyukai bunga matahari tapi saat aku melihat bunga itu, rasanya aku sangat senang. Mungkinkah karena filosofi dari bunga itu?" ujar Naruto.

"Mungkin." timpal Fugaku. Keduanya kembali terdiam cukup lama hingga suara Fugaku kembali terdengar. "Kau tahu kenapa malam itu aku datang kerumahmu?" Naruto menggeleng pelan karena yang dia tahu pada malam itu dirinya tidak di akui sebagai Namikaze oleh keluarganya sendiri.

Sun Flowers [END Tersedia Versi PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang