SPY (Part 2)

392 38 7
                                    

     "Aku tidak masuk dalam jaringan siapapun. Aku hanya melakukan pekerjaanku. Berhentilah bertingkah sombong!" tandasku.

     Ia tak membalas percakapan itu untuk beberapa saat, lalu di layar utama pc-ku muncul sebuah lingkaran sebentuk spiral serupa lintasan planet-planet selain bumi dengan matahari sebagai unsur utama pengikat: matahari adalah orang tak bertanggungjawab ini, L E E. Dalam jaring lintasan itu ada dua titik, merah dan biru. Titik merah jauh lebih besar dibandingkan dengan titik biru. Titik merah itu berkuasa di tengah-tengah lintasan, sementara titik biru bergerak dari luar lintasan masuk ke dalam, mendekati titik merah yang terlihat kuat dan independen di wilayahnya. Lalu, apakah titik biru kecil itu aku? Mustahil.

     "Mungkin yang kau sebut pekerjaan itu adalah pekerjaan untuk mengusik jaringanku. Kau bahkan mem-bypass password. Jangan merasa sok benar."

     Aku melacak kembali serverku dengan teliti, berharap ada celah kesalahan yang diungkapkan oleh L.E.E sehingga aku dapat meretas kode-kode yang muncul bertumpuk. Para hacker sebelumnya mengenalku sebagai Black Hat, meski semua yang kulakukan adalah untuk kepentingan orang lain. Scorpion, sebutan itu sangatlah tidak asing. Nickname-ku berulang kali muncul di beberapa system yang berhasil kuretas. Ini agak sulit, pekerjaan kali ini, bahkan untuk menyusup ke dalam system yang dikendalikan oleh L.E.E terasa melelahkan, menjenuhkan.

     "Kubilang, menjauh dari jaringanku!" Pesan dari L.E.E muncul lagi. Ini aneh. Aku bahkan belum memulai pergerakan apa pun lagi sejak membaca pesan sebelumnya. Usai demikian, seluruh serverku menggelap. Kode-kode yang tersusun di layar itu berubah merah menyakitkan mata. Pekerjaan ini semakin rumit. Aku tidak tahu mengapa diriku menyetujui permintaan klien satu ini. Tentu tidaklah sulit mengakses sebuah website dan men-defacenya dalam waktu beberapa jam. Tapi ini berakhir kacau. Seseorang dengan ID L.E.E bahkan muncul menghalangi pekerjaanku meski aku tahu benar bahwa bukan sistemnya yang sedang kuretas.

     Kerumitan itu bahkan berlanjut saat ia menunjukkan jaringannya yang tengah diretas seseorang. Itu bukan aku, sungguh. Ia mungkin berhasil terhubung dengan sistemku setelah mengeksekusi beberapa file, tapi kebetulan ini tidak sebercanda itu. Kukerahkan semua kemampuanku untuk menghidupkan kembali serverku yang mendadak menggelap, juga kode-kode yang memerah tiba-tiba meski mataku nyaris tak dapat melihat dengan benar.

     Sepuluh menit berkutat dengan jaringanku sendiri dan mengabaikan segala hal tentang server L.E.E yang berulang kali mencoba menerobos kembali sistemku, aku berhasil. Semuanya kembali normal. Kusandarkan punggungku di badan kursi yang nyaman, menghirup beberapa larik udara dan menghembuskannya cepat-cepat. Kopi yang berjarak dua lengan dari sudah dingin sejak tadi, menyebalkan.

     Masih berniat menghirup udara—yang sedikit apak—banyak-banyak, sebuah notifikasi dari ID orang itu muncul lagi. Aku belum membukanya, namun seolah berubah pikiran, pesan itu terbuka dengan sendirinya. Siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan pemilik ID konyol yang selalu mengunci pesannya dengan kode-kode. Tanganku bahkan tidak menyentuh keyboard ketika pesan itu mengubah tampilan layar pc-ku menjadi sebuah lorong waktu (mungkin) yang memunculkan sebuah proyeksi nyata. Terkesiap, aku menegakkan punggungku untuk mencerna semua hal yang kulihat. Layar pc itu hanya menampilkan sebuah lorong hitam, namun sesuatu yang ada di balik lorong itu muncul di seluruh layar LED yang kumiliki.

     Ada tiga layar LED dalam ruangan ini selain sebuah pc yang kugunakan untuk meretas system sesuai permintaan klien, dan ketiganya menyala sekaligus dengan objek berbeda. Pada layar pertama, aku melihat sebuah ruangan yang hampir sama seperti ruangan ini—bahkan aku mengira itu adalah ruanganku. Di sana, kode-kode yang muncul terketik memenuhi semua layar LED. Di layar kedua, aku melihat sisi lain ruangan yang kosong dan terdapat sebuah kursi di sudut kanan, tidak semenarik yang pertama. Dan yang terakhir, sebuah nama terpampang memenuhi layar LED: Lee Changsub.

     "Scorpion? Kau mendengar suaraku?" Sebuah suara muncul dari layar ketiga, suara laki-laki di balik nama yang terpampang nyata itu.

     "Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau.. L.E.E?" Aku berdiri mematung di depan layar ketigaku dengan ekspresi tak percaya. Sejauh ini mungkin aku bisa meretas system operasi, system file, system vulnerelability, dan berbagai macam sejenisnya, menyusup ke dalam itu semua dengan mengakses priviledge read write lalu mengeksekusinya sekaligus, menerobos password super user, dan melakukan deface. Namun, orang ini bahkan mampu membangun koneksi ketika seluruh system terkunci.

     "Ya. Kenapa kau belum melakukan apa pun? Kau menerima pesanku, kan?" tanyanya seketika. Itu dia! Aku menemukannya. L E E, ia menggunakan filter bahasa. Benakku merunyam, ia pasti tidak berasal dari Indonesia. Benar, lagipula aku tak pernah mendengar nama seperti itu sebelumnya. Jemariku bergerak, mengetik kode-kode untuk mendapat informasi lebih banyak sembari menjawab pertanyaannya yang.. aku tidak tahu maksudnya mengapa ia mengatakan itu.

     "Aku menerima pesanmu dan memang belum melakukan apa pun. Tolonglah, kita perjelas saja ini. Aku tidak merasa mengusik servermu, tapi kenapa kedua server kita terhubung?" tanyaku penasaran. Aku juga berpikir kemungkinan lain yang bisa saja terjadi.

     "Seseorang sudah merusak server kita."

     Jemariku berhenti menekan tombol-tombol keyboard. Serverku sudah rusak? Ini mustahil terjadi. Aku sudah mengembalikan serverku seperti sedia kala dan tidak ada masalah soal itu. Juga, jika L E E mengatakan bahwa ada orang lain yang merusak server kami, seharusnya ada tiga titik di rotasi jaringan yang dikirimnya padaku tadi selain titik merah dan biru. Pekerjaanku semakin keluar batas. Kerumitan ini justru mengarah pada permasalahan lain: ID yang tidak kukenal dan bukan berasal dari Indonesia, server yang ternyata sudah dirusak entah bagaimana dan oleh siapa, juga komunikasiku dengan L E E.

     "Scorpion? Bicaralah. Aku tahu kau masih di situ," ujarnya lagi.

     "Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan tentang hal ini, L E E..."

     "Changsub. Panggil aku Changsub."

~continue part 3

[2017] SPY ☑Where stories live. Discover now