Bab 14

58 7 6
                                    

Adhira terus berjalan di batas marka jalan yang menurun menuju gerbang keluar tol ketika mobil Arian melaju kencang melewatinya. Ia menoleh sebentar namun cepat-cepat membuang wajah ketika matanya sekelebat melihat wajah Arian di dalam mobil yang fokus ke depan tanpa sedikit pun melirik dirinya. Ia tahu Arian marah besar padanya, dan ia tidak mengerti kenapa Arian begitu tidak mengerti keinginannya.

Sebenarnya Adhira pun cukup kaget ketika Arian mengatakan bahwa ia sudah mengetahui hubungan yang pernah terjadi antara dirinya dan Andreas dulu. Entah pria itu tahu dari mana, mungkin dari Andreas langsung. Namun yang jelas baginya sekarang, ia merasa terusik dengan perubahan sikap Arian padanya yang terkesan seperti mengekangnya.

Adhira sadar bahwa dirinya masih belum bisa melupakan Andreas sepenuhnya, sekalipun pria itu juga telah meninggalkan luka yang begitu dalam pada dirinya. Namun Adhira juga orang yang tahu diri. Ia tidak mengencani Arian hanya untuk pelarian. Ia tahu Arian orang yang baik, dan menjalin hubungan dengan pria semacam Arian bisa dipastikan tidak akan membuatnya terluka lagi seperti dulu. Jadi sekalipun kini hatinya mulai bergejolak kembali setelah beberapa kali bertemu dengan Andreas, setelah semalaman berpikir dan berdiskusi dengan Rachel, Adhira tahu pada siapa ia harus menambatkan hatinya. Dan baginya tidak ada orang yang lebih layak selain Arian.

Andreas hanya masa lalu, dan kenangan akan dirinya akan hilang perlahan, selepas Adhira bisa memaafkan pria itu dan menganggap tidak ada satu hal pun yang terjadi di antara mereka dulu.

Namun sebelum hal itu terjadi, ia membutuhkan waktu untuk menyiapkan diri. Ia ingin untuk sementara waktu hidup tanpa harus berhubungan dengan Andreas maupun Arian. Karena ia sadar, apa yang terjadi antara Adhira dan Andreas dulu dan kini tidak ada kaitannya dengan Arian. Dan ia tidak ingin menarik-narik Arian dalam masalah ini, terlebih ketika ia sadar bahwa Arian dan Andreas sudah bersahabat sedari dulu. Ia tidak ingin hanya karena dirinya, hubungan dua pria itu jadi memburuk.

Adhira berniat untuk berusaha menjauh lagi dari Andreas, baru setelah suasananya kembali seperti semula, ia akan kembali berhubungan dengan Arian. Ia tidak ingin menyusahkan orang lain, yang dalam perkara ini adalah Arian. Ia ingin menjalin hubungan bersama Arian dengan bersih tanpa harus ada kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang mungkin saja akan diciptakan oleh Andreas nanti. Dan karenanya pula, rencana pengunduran dirinya dari perusahaan jadi harus dipercepat.

Namun hal yang sangat disayangkan oleh Adhira, Arian tidak mau mengerti. Pria itu kini menempatkannya pada posisi yang sulit.

Ketika Adhira sudah berjalan melewati gerbang tol dan memasuki area jalan arteri, dengan cepat ia segera menyambar bangku halte dan menempatkan dirinya di atasnya. Napasnya sedikit tersengal dan dadanya kembang kempis. Ia tidak lelah hanya karena berjalan sebentar menuruni jalan tol, namun matahari dan hawa Jakartalah yang membuat langkahnya terasa semakin berat.

Setelah di rasa cukup beristirahat, Adhira kembali berdiri dan berjalan menuju trotoar lalu memanggil taksi. Kejadian dengan Arian di mobil barusan membuatnya lelah dan pusing, ia ingin segera sampai rumah dan mengunci diri di kamar sambil menggelung di tempat tidur.

Setelah taksi yang ia naiki melaju beberapa menit, sambil duduk di pinggir pintu Adhira menatap langit yang semula cerah mulai dipenuhi kumulus hitam perlahan. Ia merasakan dadanya terasa sesak ketika mengingat apa yang baru saja dilaluinya tadi. Rasa yang sudah lama tidak ia rasakan, yang ia harap tidak pernah lagi hinggap pada dirinya. Namun mau bagaimana lagi? Adhira bergaul dengan manusia. Dan setiap manusia selalu bertingkah sama, menyebarkan sakit pada dada orang lain.

Sampai kemudian ketika hujan mulai turun dari langit, Adhira pun sudah tidak bisa membendung rasa sesaknya. Dan ia pun menangis. Satu hal yang ia syukuri, ia tidak harus menangis di depan Arian.

Hujan Bulan DesemberWhere stories live. Discover now