Melihat ekspresi Jihan yang serius, Yeonsik berpikir sejenak sebelum bicara dengan hati-hati, "Perdana Menteri, Yeonhee... Anda mungkin sudah tahu ini, tapi kepribadiannya sedikit 'berbeda'. Ia punya banyak kekurangan dan beberapa orang mungkin tidak bisa mengerti dirinya."
Jihan hanya tertegun dan tidak menjawab. Tapi Jihan mengerti, pasti yang kakak iparnya maksud adalah kejadian yang Yeonhee alami di kediaman Menteri Kim. Tangan Jihan yang tersembunyi di dalam lengan bajunya mengepal erat. Meskipun begitu, Jihan tak menampakkan apapun di raut wajahnya.
Yeonsik memperhatikan raut wajah Jihan sekali lagi dan melihat tak ada perubahan apapun. Ia kembali melanjutkan, "Ibu kami meninggal saat melahirkannya dan itu membuat Yeonhee menjadi satu-satunya perempuan dalam keluarga. Abeoji dan Saya terlalu menyayanginya dan selalu memanjakannya, jadi temperamennya sedikit buruk. Bisa saja sikap Yeonhee akan membuat Anda tersinggung," Yeonsik menjelaskan dengan nada bersalah dan was-was. Matanya menatap bayangan dirinya dari cangkir teh di depannya seolah menerawang, "Saya mengatakan ini bukan karena Yeonhee adalah adik Saya, tapi meski begitu sebenarnya Yeonhee adalah wanita yang baik. Ia bukanlah orang yang akan menusuk seseorang dari belakang."
Jihan hanya tersenyum. Bagaimana karakter Yeonhee, ia sudah cukup mengerti. Jihan heran juga sebenarnya. Awalnya, ia membiarkan Yeonhee berbuat sesukanya dan selalu memberikan banyak hal untuk Yeonhee tak lebih dari janjinya pada dirinya sendiri untuk memperlakukan Yeonhee dengan baik. Tapi lama-kelamaan ia mulai merasa semuanya tidak cukup dan melakukannya dengan senang hati.
Yeonhee selalu tersenyum padanya. Berbicara banyak hal padanya. Begitu perhatian dan pengertian. Melihat Yeonhee selalu menghargai pemberiannya membuatnya senang. Lihat saja Yeonhee yang selalu memakai pakaian dan perhiasan darinya, Jihan merasakan kepuasan tersendiri. Lalu Yeonhee akan membalasnya dengan ucapan terima kasih yang manis dan terus terang. Terkadang ia memberi beberapa lukisan sebagai balasan.
Di waktu senggang, mereka sering membaca dan membahas beberapa hal bersama. Sesekali ia menemani Yeonhee melukis atau membantunya latihan bela diri. Saat suasana hatinya bagus Yeonhee akan menyeretnya untuk memberi makan ikan koi saat sore hari.
Jihan selalu merasa berinteraksi dengan Yeonhee sangat menyenangkan dan semakin lama ia mulai memiliki kebiasaan baru. Setiap pulang ke kediamannya hal yang pertama yang ia lakukan adalah mencari keberadaan Yeonhee. Entahlah, begitu melihat wanita itu ia merasa tenang begitu saja.
Dan begitu sadar kalau selama ini wanita itu ternyata selalu menjaga jarak darinya membuat perasaannya marah... dan sedih. Ia tidak mau menerima kalau ternyata interaksi mereka selama ini hanyalah sebuah kepalsuan.
"Kakak Ipar tidak perlu khawatir soal itu, Saya sudah mengerti," balas Jihan tenang. Sebuah senyum tipis menghiasi bibirnya.
Yeonsik mengangkat wajahnya. Entah kalimat Jihan itu benar-benar tulus atau hanya sekedar kesopanan, baginya tidak masalah. Setidaknya Jihan akan memperlakukan Yeonhee dengan baik dan baginya itu sudah cukup. Ia juga sepertinya tak menyalahkan Yeonhee soal kejadian di kediaman Menteri Kim yang berpotensi mencoreng reputasinya. Yeonsik tersenyum lega dan dua orang itu kembali berbincang dengan topik berbeda.
Sejam kemudian, barulah seorang pelayan datang dan memberitahu kalau Yeonhee sudah bangun dan bersiap untuk berkunjung ke kediaman keluarganya. Jihan menghela napas dalam hati. Dari jam biasanya, hari ini Yeonhee masih terhitung bangun lebih awal. Yeonhee pasti senang karena akan mengunjungi keluarganya.
Butuh waktu setengah jam bagi Yeonhee untuk muncul di aula depan untuk menyambut tamu tempat Jihan dan kakaknya berada. Ia berjalan diikuti Suri di belakangnya. Kali ini Yeonhee memakai jeogori bewarna ungu dan chima biru tua. Di rambutnya terpasang binyeo perak dan hiasan rambut yang baru Jihan berikan beberapa hari lalu. Melihat penampilan Yeonhee saat ini, perasaan Jihan jadi jauh lebih baik.
Yeonhee memberi salam seperti biasa untuk Jihan. Ia melihat lelaki itu sudah bersikap seperti biasanya. Yeonhee pikir setelah pembicaraan mereka kemarin sikap Jihan sedikit dingin padanya. Ia lebih banyak diam saat mereka makan malam. Tapi melihatnya seperti ini, Yeonhee jadi berpikir kalau kemarin mungkin hanya perasaannya dan rasa bersalah yang ia rasakan sejak kemarin menghillang seketika.
Yeonsik memperhatikan adiknya dengan lekat dan diam-diam menghela napas lega. Sepertinya apa yang Seryung katakan padanya memang benar adanya. Jihan memperlakukan adiknya dengan baik.
Mereka berjalan ke arah gerbang tempat beberapa pelayan yang menjaga tandu yang sudah disiapkan untuk Yeonhee dan kuda yang tadi dinaiki Yeonsik. Setelah kembali berbagi kata-kata sopan, Yeonsik berjalan ke arah kudanya sedangkan Jihan membantu Yeonhee menaiki tandu. Ia membuka tirainya dan membiarkan Yeonhee masuk.
"Besok lusa, tidak ada pertemuan kabinet di istana. Aku akan menjemputmu di kediaman Jo nanti," ujar Jihan, sama sekali tak memberi Yeonhee alasan untuk menolak. Yeonhee ingin menolak awalnya, tapi melihat tatapan Jihan seolah tak menerima kata tidak, ia membatalkan niatnya.
Ada pepatah yang mengatakan kalau laki-laki yang baik tidak bertengkar dengan wanita. Yeonhee jadi ingin menambahkan kalau wanita yang baik juga tidak bertengkar dengan laki-laki yang berniat baik. Setidaknya ia tahu kapan harus bersikap patuh pada suaminya itu.
Yeonhee tersenyum tipis, "Kalau begitu, Saya akan menunggu kedatangan Anda."
Jihan sudah was-was dan menyiapkan alasan kalau Yeonhee masih menolak niatnya, tapi begitu mendengar kata-kata Yeonhee ia merasa senang. Tangannya seketika terangkat dan mengelus pipi wanita itu.
"Ini pertama kalinya kau berkunjung kembali setelah jamuan pernikahan kita, jadi nikmati waktumu dengan keluargamu, hm?"
Yeonhee hanya tertegun pada sikap Jihan yang begitu lembut padanya. Jihan menurunkan tangannya dan tanpa menunggu jawaban wanita itu ia menutup tirai tandu dan menginstruksikan untuk segera berangkat. Yeonsik memberi anggukan terakhir pada Jihan yang di balas lelaki itu, sebelum berbalik dan memimpin jalan untuk kembali ke kediaman keluarga Jo.
Jihan hanya memandangi kepergian rombongan itu beberapa lama. Para pelayan yang melihatnya masih berdiri di tempatnya tak berani bergerak dan menunggui tuan mereka dengan patuh. Begitu Jihan tak bisa lagi melihat tandu yang membawa Yeonhee ia langsung menghela napas. Ia sengaja mengatakan pada Yeonhee kalau sekarang kediaman Jo adalah tempatnya untuk 'berkunjung' dan bukannya 'pulang'. Karena rumahnya bukan lagi di sana. Ia harap Yeonhee mengingat hal itu.
Jihan berbalik dan ia menatap arah menuju istana dengan tatapan dingin. Mu Tong yang sedari tadi menunggu dengan patuh di belakang Jihan langsung menunduk takut. Ia sudah melayani tuannya dalam waktu yang lama, dan Jihan sangat jarang memasang tatapan seperti itu. Ia hanya bisa merasa kasihan pada pihak siapapun yang telah mengganggu tuannya. Kalau sudah memasang raut seperti itu, artinya Jihan sudah sangat marah!
Jihan mengibaskan lengannya dan meletakkannya di belakang tubuhnya. Ia lalu melangkah ke kembali ke kediamannya dengan tenang. Pembawaannya tetap tenang dan elegan seperti biasa, tapi Mu Tong bisa merasakan nada bicara tuannya sedingin es.
"Mu Tong, aku harus berangkat ke istana sebentar lagi. Siapkan kudaku!"
Mu Tong tak berani menunda dan menjalankan perintah Jihan dengan segera.
=====
*abeoji = ayah
Seharian ini saya tidur aja, hahaha gilak capek banget berapa hari ini bikin saya mager duh...
Kemaren satu dosen penguji saya udah acc, jadi tinggal satu lagi nih, beliau susah banget ditemui, padahal waktunya udah mepet T_T
Makasih buat kalian yang baca, vote, dan comment chapter sebelumnya. Bisa ngmong ama kalian bikin saya happy, hehe
btw, kalo ada salah penulisan, kasi tau saya ya, soalnya saya nggak check lagi. Terus karena saya suka baca novel ancient itu transletan bahasa inggris, jadi kadang saya susah nemu bahasa indo yang pas buat kata2 tertentu, jadi kalo ada salah tolong kasi tau biar cerita ini lebih baik ke depannya..
See u...
YOU ARE READING
A Bride Without Virtue
Historical FictionKarena dekrit dari Raja mereka berdua terikat dalam pernikahan. Bagi Yeonhee, yang terpenting adalah menikmati hidupnya dengan santai. Karena itu, ketika di malam pernikahan mereka suaminya berkata, "Aku bisa memberikanmu semua yang kau ingink...
