V : Kita Bertemu Lagi, Nona Alenna

2.3K 113 1
                                    


          Arthur dan Alenna sampai di sebuah gedung yang terlihat kosong, kusam, dan gelap. Suara high heels dan sepatu pantofel milik Arthur berdengung terpantul oleh dinding dan ruangan yang hampa. Penerangan remang remang dan suasana gedung yang lembab dan dingin membuat bulu kuduk Alenna meremang.

          Arthur tidak terlihat, tenggelam dalam kegelapan gedung ini. Disini gelap gulita. Alenna tidak dapat melihat apapun disini. Tiba tiba ia merasa sesuatu memegang tangannya, menggegam hangat tangan Alenna. Aroma khas Arthur tercium di hidung Alenna. Pria itu menggengam tangan Alenna.

          Alenna melihat ada cahaya di ujung, sepertinya tadi mereka berada di koridor berliku. Ketika sampai di ujung koridor, ia dapat melihat ruangan rapi, terang, bagus, dan banyak perabotan canggih. Ruangan ini serba putih dan penuh dengan orang orang berjas putih dengan kacamata tebal.

          "Selamat datang di laboratorium Vouss." Ujar Arthur sambil tersenyum, tangannya masih menggenggam tangan Alenna.

          "Kau duduk disini, ada hal yang ingin aku periksa." Arthur meninggalkan Alenna dan berjalan menuju ruangan yang sepertinya ruangan khusus.

          "Bagaimana cairan itu?"

          "Sedang disempurnakan."

          "Ujicoba?"

          "Sudah dilakukan, kita ujicoba dengan tikus namun kebanyakan tikus tikus itu meledak."

          "Ck! Aku akan menyuntikkan cairan itu ke para tahananku."

          "Kau memang jahat."

          "Bukan Arthur namanya kalau tidak jahat, suruh mereka membuat sterilisasinya. Aku berharap ini sukses dan berhasil."

          "Dasar sombong, aku juga berharap begitu."

          Arthur keluar dari ruangan tersebut dengan senyuman di wajahnya kemudian menyuruh Alenna mengikutinya.

          Arthur berjalan menuju koridor gelap, Alenna mengikutinya dengan mendengar langkah kaki Arthur. Arthur membuka pintu, sepertinya ini adalah ruangan khusus. Alenna dapat melihat anak buah Arthur yang tengah bermain game, membaca buku, ada yang tengah memasak dan ada juga yang tengah bernafas.

          "Mario!" Arthur memanggil seseorang bernama Mario.

          Anak anak buah Arthur yang menyadari kedatangan Arthur langsung menghentikan aktifitasnya. Devan buru buru mematikan kompor, Raveno buru buru mem-pause gamenya, dan beberapa orang lainnya memberhentikan aktifitasnya termasuk yang tengah bernafas.

          Orang yang bernama Mario itu menghadap ke Arthur. Beberapa orang disini siap siap menutup telinganya. Sepertinya Arthur akan mengomel lagi.

          "Bagaimana, Mario?"

          "Apanya yang bagaimana, boss?"

          "Devan!" Arthur memanggil Devan, kemudian Devan datang sambil membawa centong nasi. Arthur mengambil centong nasi itu dan memukulkannya ke kepala Mario.

          "Kau ini! Kenapa masih bertanya? Seharusnya kau tahu maksudku itu apa! Jangan malah balik bertanya!"

          "Raveno!" Panggil Arthur.

          "Iya, boss?"

          "Bagaimana?"

          "Beres, boss!"

          "Lihat! Anak buahmu saja lebih cerdas darimu!" Wajah Arthur memerah karena mengomel, ia menahan amarahnya cukup banyak.

          "Sammy! Kemarilah!"

ABDUCT LOVINGWhere stories live. Discover now