5 - Truth

728 144 4
                                    

Sarapan adalah satu-satunya hal yang disukai Albus mengenai bangun pagi. Di Hogwarts, dia harus bangun pagi, jadi sarapan adalah satu-satunya hal yang membantu paginya menjadi baik. Biasanya.

Sekarang, ada dua hal yang Albus sukai saat bangun pagi: sarapan (tentu saja) dan pemandangan di Meja Gryffindor.

Surai perempuan yang tergerai itu menutupi wajahnya bagai tirai saat ia menunduk. Raut wajahnya yang tampak kesal terlihat lucu saat ia terpaksa berkali-kali menyingkirkan rambutnya dari wajah ataupun makanannya.

Alisha Nott, perempuan itu duduk seorang diri lagi.

"Hey, Scorp," panggil Albus sambil menyenggol lengan Scorpius.

Scorpius menoleh dengan mulut penuh dan kedua alis terangkat. Wajahnya penuh dengan tanda tanya.

"Kau tahu, tidak kenapa Alisha nyaris selalu sendirian?" tanya Albus. Dia memberi kode kepada Scorpius untuk melihat ke Meja Gryffindor, tempat di mana Alisha berada.

Mengerti dengan maksud tersebut, Scorpius pun menoleh ke arah yang dimaksud. Dia mengernyitkan dahi, lalu membalas, "Entahlah. Bukannya dia selalu bersama Lily?"

"Tidak juga," ujar Albus sambil menggeleng. "Sudah berkali-kali aku bertemu dengannya dan dia sendirian."

"Aku tidak tahu," sahut Scorpius acuh tak acuh.

Penasaran, Albus pun memutuskan untuk beranjak dari tempatnya dan menghampiri Alisha. Tidak peduli dengan bisik-bisik yang masuk ke dalam pendengarannya, Albus tetap melangkah, tak gentar.

Satu kali ia mendengar seorang laki-laki Gryffindor yang memiliki wajah gempal serta kulit putih pucat berkata, "Si Slytherin Potter dan Gryffindor Nott, cocok," dengan nada mengejek.

Albus menatapnya tajam sebentar, tetapi setelahnya dia terus melangkah. Alisha sendiri tampak tidak sadar dengan kesdaan di sekelilingnya; dia terlalu sibuk mengurus rambut dan makanannya.

Bahkan saat Albus duduk di sebelahnya, perempuan yang lebih muda dua tahun itu masih belum menyadarinya.

Akhirnya, Albus berdeham dan membuat Alisha terlonjak kaget di tempat.

"Demi Merlin, Albus!" protes Alisha sambil memegang dadanya. Dia tampak begitu syok (ekspresi wajahnya menggemaskan bagi Albus, serius) sekaligus lega saat mengetahui bahwa Albus lah yang berada di sebelahnya.

Albus terkekeh pelan. "Maaf," gumamnya. Setelah jeda selama beberapa detik, dia melanjutkan, "Kau tidak bersama Lily?"

Perubahan air muka Alisha sangatlah jelas bagi Albus. Ditambah lagi perempuan itu menjawab dengan gugup, "Eh, uh ...."

"Ya?"

"Lily ... itu, dia masih bersiap-siap di asrama."

Mendengar jawaban itu, Albus mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

Namun dia tahu ada yang janggal di sana — cara Alisha berbicara; tidak mau menatap matanya, jemari yang terus memilin-milin roknya, juga jawabannya yang terdengar ragu ....

Alisha berbohong.

[+]

Beruntungnya Albus mengetahui hampir seluruh jadwal pelajaran Lily. Jadi, dia tidak perlu repot-repot berkeliling kastil hanya untuk menemukan adik perempuan satu-satunya itu.

FirstWhere stories live. Discover now