2 - Talk

1K 183 21
                                    

Masuk ke Gryffindor merupakan hal membahagiakan yang baru bagi Alisha. Rasanya sama seperti saat ia masuk ke Wampus di Ilvermorny, namun sedikit lebih menyenangkan lagi, karena di sini adalah tempat di mana ayah dan ibunya bersekolah dan bertemu dulu.

Alisha berada di satu kamar yang sama dengan Lily serta beberapa sepupu milik perempuan bersurai merah itu.

"Al, apa kau pernah mendengar Quidditch?" tanya Rose, salah satu sepupu Lily secara tiba-tiba. Alisha yang tidak siap saat ditanya sedikit tersentak kaget sebelum akhirnya dia dapat menguasai dirinya.

"O – oh, tentu. Aku lumayan sering menonton pertandingannya dulu di Amerika," balas Alisha mantap.

Kedua mata Rose yang tadinya tidak bersemangat tiba-tiba menyala, menggebu-gebu. Seketika Alisha sadar kalau Quidditch adalah hal kesukaan perempuan itu.

"Benarkah? Apa kau pernah bermain Quidditch?" tanya Rose lagi. Wajahnya sedikit menunjukkan kalau ia sedang berharap.

Dengan pelan Alisha menjawab, "Err ... tidak, karena aku tidak sempat bermain dulu," —Dia menghela napas untuk menghilangkan semua jawaban nyata yang sebenarnya dapat dilontarkannya, namun ia enggan— "Tapi aku sangat ingin mencobanya."

Rose mengangguk kencang sekali, hingga Alisha takut kalau kepala perempuan bermanik cokelat itu bisa putus. "Harus!" ujar Rose semangat. "Kau tidak akan menyesalinya, serius. Permainan ini begitu hebat dan menyenangkan."

Alisha tersenyum tipis. "Aku tahu."

Saat Rose ingin kembali membuka suara, tiba-tiba seseorang—Lily—masuk ke dalam kamar dengan keceriaannya seperti biasa.

"Ayo, Allie, kita turun untuk sarapan," ajak Lily sambil meletakkan sebuah buku kecil di atas kasurnya. Setelah itu, dia menatap Alisha dengan senyuman dan kedua alis yang terangkat.

Alisha mengangguk. "Iya," balasnya, kemudian beralih ke Rose. "Apa kau tidak—"

Rose mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. "Kalian turun saja, aku masih harus merapikan pakaianku sebentar lagi," potongnya.

Lily memutar bola matanya malas. "Bilang saja kau ingin bertemu dengan Scorpion King-mu sebelum masuk ke Aula Besar," ejeknya.

Kedua pipi Rose langsung memerah, bahkan hingga ke telinga. Alisha mendengus sambil menatap Lily. "Jangan menggoda Rose, Lils," ucap Alisha. Dia tahu tingkat kejahilan Lily itu bisa menjadi tinggi sekali di waktu-waktu tertentu.

"Tidak, kok! S – siapa pula itu? Scorpion King?"

Akting Rose kelewat buruk. Alisha yang tadi ingin membantunya malah harus menelan kembali tawanya yang nyaris terlepas.

"Terserah," gumam Lily pelan. Dia kembali menoleh kepada Alisha, kemudian mengulangi perkatannya, "Ayo, Allie, kita turun untuk sarapan."

Alisha mengangguk. "Sampai jumpa, Rose," ujarnya sambil bangkit dari posisi duduknya dan mengikuti Lily turun menuju Aula Besar.

Hari pertama, pagi pertama, sarapan pertama.

[+]

Albus tidak bisa fokus dengan roti isi yang seharusnya menjadi sarapan ternikmat sejagat raya. Tentu saja tanpa perlu diragukan lagi, ini semua karena tepat di seberang sana, di Meja Gryffindor, seorang perempuan bernama Alisha Nott sedang duduk manis sambil menyantap roti dan mengobrol bersama Lily.

Dengan sengaja Scorpius menyenggol pinggang Albus dengan sikunya. "You are being too obvious," ujarnya sambil menatap Albus, kemudian Alisha, dan berakhir di Albus lagi.

FirstWhere stories live. Discover now