Lumos

1.8K 175 12
                                    

Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut cokelat sepunggung itu mengeluarkan cairan bening dari matanya. Terus menerus, tidak berhenti, saat sepuluh penyihir berjubah tiba-tiba memasuki rumahnya yang berada di tengah kota New York dan menyergap ayahnya.

"Dad!" panggilnya dengan suara putus asa yang menyayat hati. Tidak ada rasa kasihan dari para penyihir tersebut, mereka terus menyeret Theodore Nott, ayahnya, keluar dari rumah kecil tersebut.

Alisha Nott, gadis itu, berlari mengejar, namun seorang wanita berusia duapuluhan yang menjadi salah satu bagian dari aksi penyergapan tersebut menahannya. "Tetap berada di posisimu, Nak," ucapnya datar. Tersirat sedikit nada kasihan di dalam sana.

Mengabaikan ucapannya, Alisha memberontak dan berteriak, "Dad!"

Beralih ke wanita tersebut, ia bertanya sambil terisak, "Apa ... apa yang akan kalian lakukan kepada ayahku?"

Air matanya masih mengalir. Wanita itu menatapnya tepat di manik mata. Dengan rasa tidak tega, ia berkata tanpa benar-benar menjawab, "Maaf, Nak."

"Untuk apa? Aku hanya ingin ayahku! Kalian akan bawa ayahku ke mana? Kumohon, aku butuh ayahku. Aku tak punya siapa-siapa lagi selain ayahku," lirih Alisha pelan. Dia berlutut di hadapan wanita tersebut, memohon. Hatinya sakit dan dia ketakutan. Ayahnya hanyalah satu-satunya keluarga yang ia tahu dan miliki.

Wanita itu berusaha untuk menarik Alisha berdiri, tapi gadis mungil itu tetap berlutut. Dengan terpaksa, ia merapalkan mantra untuk membuat Alisha pingsan, kemudian membawa satu-satunya keturunan Theodore Nott itu ke Inggris.

[+]

"Saya ingin berbicara dengan Harry Potter," ujar Theodore untuk yang kesekian kalinya. Sudah berhari-hari dia berada di dalam Azkaban dan sudah berhari-hari pula dia tidak menyentuh makanannya.

Tubuhnya yang berotot perlahan demi perlahan menyusut. Beban pikirannya begitu besar hingga membuatnya terlihat jauh lebih tua dan tidak sehat.

Dari semua beban yang ada, yang paling ia utamakan adalah anaknya. Alisha Nott. Satu-satunya hal yang paling berharga yang ia miliki.

"Mr Potter memiliki urusan lain, Sir, kami tidak bisa—"

"Saya ingin bertemu dengan Harry Potter!" potongnya dengan penuh hentakan. Dia menatap pria yang sekarang sedang membujuknya untuk makan. "Saya ingin bertemu dengan Harry Potter," bisiknya.

Hening selama beberapa saat, hingga tiba-tiba terdengar suara isakan yang keluar dari bibir Theodore. Pria kuat itu sekarang menangis.

Merasa hatinya tersentuh, pria yang berada di hadapannya—Ben Gillsome—mengangguk, lalu pergi meninggalkannya.

Tak lama, ia kembali dengan seseorang yang sudah sejak malam penyergapan itu ingin ditemui oleh Theodore.

"Boleh beri kami waktu sebentar, Gillsome?" tanya Harry pelan dengan senyuman tipis.

Ben Gillsome mengangguk dan akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.

Theodore menatapnya. "Potter," panggilnya.

"Maaf, Nott, tapi aku tidak punya banyak waktu, karena ada beberapa hal yang harus aku selidiki mengenai ... Time-Turner itu," balas Harry cepat.

Kali ini Theodore menunduk sambil mengangguk.

"Tidak akan lama," katanya. "Apa kau sudah bertemu dengan putriku?"

Harry terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan penuh hati-hati. Menyadari kalau Theodore tidak dapat melihat anggukannya, dia berdeham, lalu menjawab, "Ya."

"Aku ... boleh aku meminta tolong padamu?" tanya Theodore. Kedua tangannya terkepal kuat di kedua sisi tubuhnya.

Harry menatapnya ragu. "Tergantung."

"Aku hanya ingin kau menjaga putriku, Potter," ucapnya pelan. Theodore mengangkat kepalanya dan menatap Harry. "Putriku, Potter, bawa dia ke rumahku di London, tolong berikan ia kesempatan untuk bersekolah di Hogwarts, tolong bantu dia."

Harry mengerti perasaan seorang ayah yang hanya menginginkan kebahagiaan anaknya. Dia mengerti semua itu, jadi dia tidak bisa menolak. "Baik."

"Bisa aku ... berbicara dengannya?"

[+]

"Nah, Alisha, ini rumahmu, kan?" tanya Harry begitu mereka tiba di sebuah rumah bergaya Victoria di sebuah lingkungan perumahan Muggle di kota London.

Tubuh Alisha bergetar. Selain karena udara dingin dan rasa sedih yang ada di hatinya, dia juga ketakutan.

"I – iya," jawabnya pelan. Sebenarnya dia hanya pernah berkunjung ke rumahnya yang terletak di London ini beberapa kali. Itupun sudah bertahun-tahun yang lalu, saat ibunya masih ada.

Harry mengelus kepalanya pelan, lalu menuntun Alisha masuk ke dalam rumah tersebut. Mereka duduk di sebuah sofa hijau tua yang ada di ruang keluarga.

"Berapa umurmu lagi?" tanya Harry sambil meletakkan kopor milik Alisha di sebela sofa.

Alisha memainkan jemarinya gugup. "Tiga belas."

Tatapan Harry melembut. Usianya sama dengan anaknya, Lily. "Apa kau pernah bersekolah?"

Alisha mengangguk pelan. "Di Ilvermorny."

"Ah, iya. Aku sudah mengurusi kepindahanmu, Alisha, jadi jangan khawatir. Besok aku akan kemari lagi, oke? Dan setelah musim panas, kau akan memulai tahun ketigamu di Hogwarts."

"Apakah aku bisa bertemu dengan ayahku lagi?" tanya Alisha takut-takut.

Harry tersenyum ramah. "Tentu. Setiap natal dan musim panas, kau bisa bertemu dengan ayahmu."

Alisha mengangguk pelan. Dua kali dalam setahun tidak begitu buruk.

"Baiklah, aku akan pulang sekarang. Sampai jumpa besok, Alisha."

"Terima kasih banyak, Mr—"

"Uncle Harry. Uncle saja."

[Nox]

...eh, lumos lagi, deh. lumos.
A/N:
hai, siapapun yang udah baca awalan ini! thanks a bunch!
i want to give you some notes before you read this, um, book.

1. ini tentang albus severus potter x OC (own character).
2. kejadiannya setelah kejadian-kejadian W O W di cursed child, jadi di sini albus di tahun kelima, james keenam, dan lily ketiga.
3. kalau kalian belum baca cursed child, mungkin kalian nggak ngerti dengan apa yang terjadi, so i'm going to spoil you. sedikit aja. jadi yang kuambil dari cursed child adalah mengenai time-turner yang dimiliki oleh theodore nott. udah, itu aja.
4. MUNGKIN akan ada banyak cursing di sini, tapi aku belum tahu-menahu juga soal itu, karena according to the cursed child, albus itu lebih kayak... apa, ya? temperamental, sih, tapi alim. hm....???? ((bingung sendiri))
5. READ AT YOUR OWN RISK!

regards,
four.

nox.

FirstWhere stories live. Discover now