4 - Unexpected

754 157 30
                                    

Sudah berkali-kali Albus mendekati Alisha untuk menanyakan hal yang seminggu penuh ini menghantui pikirannya, namun gadis itu tampak seperti menjauhi Albus. Setiap kali Albus mencoba untuk mendekat, Alisha selalu pergi — selalu saja ada alasan yang dikatakannya; harus ke kelas segera, harus ke toilet, harus ke perpustakaan, harus kembali ke asrama, dan sebagainya. Yang Albus inginkan hanyalah jawaban, mungkin mengobrol sejenak juga tidak masalah.

Mengembuskan napas lewat mulut, Albus merapikan posisi rambutnya (yang tidak pernah rapi, namun dia mencoba). Setelah itu, ia mengenakan kaos abu-abu polos yang dilapisi jaket berwarna senada.

"Mate, apa kau sudah siap? Aku rasa semua orang sudah pergi ke Hogsmeade," ucap sahabat satu-satunya, Scorpius, dari daun pintu.

Albus mengangguk singkat, mengikat tali sepatu Converse-nya, kemudian berjalan ke luar. "Aku sudah tidak sabar ingin membeli Butterbeer."

"Atau bertemu Alisha?" goda Scorpius yang langsung mendapatkan dengusan dari Albus.

Albus memasukkan tangannya ke dalam saku celana. "Kau tahu kalau belakangan ini dia menjauhiku, kan? Padahal aku sudah berusaha untuk mengobrol dengannya."

Scorpius terkekeh pelan. "Yeah, aku tahu. Kau harus mencoba lagi. Siapa tahu kau akan bertemu dengan Alisha di Hogsmeade dan mungkin kali ini dia tidak bisa pergi ke mana-mana," balasnya.

Hening selama beberapa detik sebelum akhirnya Albus mengedikkan bahu. "Siapa tahu."

Mereka masuk ke dalam antrean panjang anak-anak yang ingin pergi ke Hogsmeade. Begitu tiba giliran mereka, Argus Filch menatap Albus dan Scorpius bergantian dengan tajam, lalu membiarkan mereka keluar kastil.

"Dia selalu benci kita," bisik Scorpius sambil bergidik.

Albus tertawa pelan. "Dia selalu benci murid-murid Hogwarts, Scorp."

[+]

Hogsmeade selalu ramai di hari kunjungan, seperti biasa. Sebagian besar penghuni Hogwarts berada di sini, berjalan-jalan dan menghibur diri.

Tak jarang Albus dan Scorpius mendapatkan tatapan-tatapan aneh dari orang-orang yang lewat di dekat mereka. Namun itu semua sudah biasa, mereka terbiasa dengan tatapan-tatapan aneh itu.

Scorpius mendengus. "Aku benar-benar ingin membeli permen dan cokelat," ujarnya saat mereka berjalan melewati Honeydukes.

"Terakhir, Scorp. Kita harus membeli pena bulu yang baru terlebih dahulu," balas Albus.

Saat mereka memasuki Scrivenshaft's Quill Shop, Albus segera mencari keperluan untuk dirinya, sehingga dia dan Scorpius berpencar di dalam toko tersebut.

Albus mengambil dua buah pena bulu dan dua botol tinta, sementara Scorpius mengambil sebuah gulungan perkamen (karena perkamennya entah bagaimana sobek secara misterius).

Saat Albus beranjak ke kasir untuk membayar, tiba-tiba seorang perempuan dengan kedua pipi yang merah berada di hadapannya, menghalangi jalannya. Perempuan itu sedikit lebih pendek darinya dengan sweater merah muda dan celana jeans biru.

"Hai," ucapnya, gugup. Terlihat jelas dari cara perempuan itu terus-terusan berusaha untuk menghindari tatapan mata Albus.

Albus, yang jelas tidak terbiasa dengan sapaan dari orang yang tak dikenal pun tampak kaget sekaligus bingung. "Hai?" balasnya, lebih terdengar seperti pertanyaan daripada pernyataan.

FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang