Duapuluhsatu (CVA's Story)

198 13 0
                                    

"Menangislah jika membuat hatimu lega. Tapi jangan lama-lama. Terlalu lama bersedih itu tak baik."
- Cindai

****

Cindai sudah menenangkan Mela, anak itu juga sudah tenang sekarang, tapi murung. Cindai tidak suka melihat orang lain murung, seperti tidak ada harapan hidup, itu yang Cindai lihat dalam mata Mela saat ini.

Nela--Mama Mela saat ini sedang koma diruang ICU, dokter baru menyatakan pasien koma tadi subuh makanya Mela langsung bergegas kerumah sakit untuk melihat Mama-nya ketimbang masuk sekolah. Mama-nya sangat penting, satu-satunya yang Mela punya saat ini, ia tak mau kehilangan orang yang dirinya sayang untuk kedua kalinya. Cukup Raja, tidak untuk Mama-nya.

Mela kembali menangis melihat Mama-nya terbaring lemah dibrangkar rumah sakit, ia memegang tangan Mama-nya berusaha menyalurkan kekuatan yang Mela punya untuk Mama-nya agar bisa bangun sekarang juga, namun mata Mama-nya masih menutup dengan sempurna, tak ada tanda-tanda mau bangun. Mela menangis lagi. Dan Cindai memeluk Mela dari belakang, memberikan semangatnya lewat pelukan itu berharap Mela bisa kuat menjalani ini semua.

"Mama...." lirih Mela seraya memandang Mama-nya yang banyak sekali terpasang alat-alat medis. "Mama bangun, Mela kangen Mama..."

Cindai ikut menangis, ia tak tega kalau melihat sosok gadis ceria tapi didalam hatinya menyimpan banyak kepedihan. Mela adalah orang yang paling pintar bersandiwara menurut Cindai. Didepan dirinya dan juga yang lain menunjukan bahwa dirinya baik-baik saja, tapi dibelakang? Mela menangis dan sedih karena Mamanya yang tak kunjung sembuh.

Wajah Mela pucat, matanya sembab, badan Mela juga sangat lemas, Cindai yakin Mela belum makan dari kemarin. Melihat Mela seperti ini membuat Cindai sangat terpukul, rasanya kejadian 2 tahun silam pun terputar kembali diotaknya.

Flashback On

Mela memandang Raja dengan tatapan sendu, mata yang sembab, wajah yang pucat, mungkin penampilannya juga berantakan. Cindai masih setia menunggu Mela dan juga Raja, berharap Raja terbangun dari mimpi panjangnya. Mela merindukan senyuman Raja, kekonyolan Raja, semua dari Raja Mela rindukan.

Cindai masih selalu ingat saat Raja selalu menanyakan Mela padanya pasti dia akan berbicara, "Dimana Ratunya Raja?" atau saat membanggakan diri karena memiliki Mela "Gue adalah Raja! Dia adalah Ratunya! Selamanya!" Nama belakang Mela adalah Ratu, jadi wajar kalau Raja selalu bilang kalau Mela adalah Ratunya yang ia cari selama ini.

Mengingat semua ucapan Raja, membuat Cindai ikutan sedih. Karena hanya Raja yang membuat Mela bahagia, karena Raja seperti pengganti Papa-nya sekaligus menjadi kekasihnya. Raja sangat menyayangi Mela begitupun Mela yang sangat menyayangi Mela.

Alat pendeteksi jantung seketika terhenti, Mela dan Cindai langsung panik seketika, Mela yang meraung-raung menyebut-yebut nama Raja sedangkan Cindai berlari keluar untuk memanggil dokter.

Tangis Mela pecah saat itu juga, mendengar ucapan dokter kalau Raja sudah tidak ada lagi didunia ini. Tangis Cindai juga pecah saat itu juga, Cindai memeluk Mela yang menangis histeris, tak kuat dengan takdir Tuhan yang dirinya hadapi.

Raja meninggal dunia. Meninggalkan Mela selamanya tanpa sepatah katapun.

Flashback Off

Cindai tak mau Mela kembali merasakan pedihnya kehilangan untuk yang kedua kalinya. Namun Cindai bisa apa? Dia bukan Tuhan yang bisa melakukan segalanya. Cindai hanyalah umat-Nya disini, yang menjalani takdir yang Tuhan berikan. Tapi Cindai tak tega melihat Mela seperti ini terus, ingin Cindai menarik Mela untuk keluar dari garis kesedihan menuju garis kebahagiaan, tapi sulit untuk menariknya karena ada Mama-nya disana.

Sungguh, Cindai tak rela jika melihat Mela terus bersedih seperti ini.

****

Jam istirahat tengah berlangsung, sementara Destya duduk dibangku kantin dengan tatapan kosong, dirinya memikirkan nasib Mela dan Cindai dirumah sakit, sedang apa mereka dan bagaimana kondisi Mama Mela. Nabila hanya menikmati makanan yang ia pesan, dia tak tau kalau Mama Mela sedang koma saat ini, karena Mela hanya memberitahukannya pada Destya namun Cindai, Bagas dan Rehan jadi tahu. Destya mau tutup mulut dengan Nabila, cukup saja tadi dia tak bisa berbohong pada Bagas dan Rehan.

Bagas dan Rehan datang kemeja Destya dan Nabila lalu merebut minuman mereka berdua dan meminumnya sampai setengah gelas, Nabila yang melihat minumannya diminum oleh Rehan pun langsung memukul bahu cowok itu kencang yang membuat Rehan meringis kesakitan, sedangkan Destya hanya diam saja ketika Bagas meneguk minumannya, Bagas hanya menautkan alisnya bingung, biasanya Destya akan mengamuk kalau minumannya diminum orang lain.

"Lo kenapa?" tanya Bagas yang membuat lamunan Destya buyar.

"Abis istirahat bolos, yuk?" ajak Destya yang sontak membuat mereka bertiga melongo.

"Lo sehat?" tanya Nabila memeriksa kening Destya.

"Ayo aja gue mah." ucap Rehan santai dengan mengangkat satu kaki kebangku, seperti diwarteg.

"Lo merasa bersalah ya karena gak mau nerima ajakan Cindai?" tanya Bagas lagi yang membuat Nabila bingung.

"Cindai juga bolos?!" pekik Nabila namun pelan, "Main sama lo berdua emang berpengaruh buruk buat Cindai! Sampe itu anak berani bolos segala lagi! Ini juga Destya ikut-ikutan!" lanjutnya menyeburkan rasa kesalnya pada Bagas dan Rehan dan menunjuk Destya.

"Mama-nya Mela koma, jadi Cindai bolos, jangan su'udzon dulu!" omel Destya yang kesal karena Nabila selalu saja emosi kalau menyangkut keburukan.

"Koma? Kapan?" tanya Nabila dengan mata yang memicing.

"Tadi subuh, mau ikut gak lo?" jelas Rehan lalu mengajak Nabila.

"Kok gue gak tau? Sahabat macem apa sih gue." lirih Nabila menundukan kepalanya.

"Udah ayo berangkat! Sedihnya nanti ajaaa..." ucap Bagas lalu berdiri dan keluar dari kantin.

Lalu Rehan, Destya dan Nabila pun menyusul. Mereka akan bolos bersama kerumah sakit hari ini, sekali-kali jadi murid bandel itu tak apalah, biar bisa diceritain ke anak cucu kalo mereka pernah nakal, walaupun Destya dan Nabila baru sekali ini bolos sekolah.

****

Mela tertidur disofa, Cindai bisa bernafas lega karena akhirnya Mela mau makan dan tidur. Kini Cindai bergantian menjaga Nela, Nela juga sudah pindah ruangan karena kata dokter mungkin koma pasien akan cukup lama.

Cindai memegang tangan Nela yang dingin dan pucat, menatap wajah Nela yang pucat dan dikelilingi tabung oksigen. Cindai berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan Nela--Mama Mela yang saat ini tengah koma, agar Mela bahagia dan tak kehilangan orang yang Mela sayangi untuk kedua kalinya.

Tangannya merasakan adanya pergerakan, Cindai melepaskan pegangan tangannya dan melihat tangan Nela yang bergerak. Mata Cindai berbinar-binar juga saat melihat Nela membuka matanya, menatap Cindai lemah. Namun hanya bertahan selama lima detik, Nela langsung memejamkan matanya kembali, Cindai langsung keluar mencari dokter untuk memastikan bahwa Nela baik-baik saja.

Karena tadi, seperti tatapan perpisahan.

*****

FRIENDZONE [Complete]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum