Duapuluh (CVA's Story)

199 13 0
                                    

"Orang yang baik selalu dicap munafik dan orang yang jahat justru selalu dicap malaikat."
- Nabila

****

Sekolah sudah mulai masuk hari ini, rasanya ia malas sekali masuk dan ingin dirumah saja, menonton kartun kesayangannya atau menonton Bias-nya dilayar laptop kesayangannya. Tapi karena ancaman Rega yang akan memotong uang jajannya pun Cindai terpaksa masuk sekolah, Papa-nya memang menyebalkan namun Cindai tetap sayang pada Papa-nya.

Cindai mendaratkan bokongnya dikursinya lalu menjadikan tangannya sebagai bantal dirinya untuk kembali melanjutkan tidur yang sempat terganggu oleh Cio, saat itu Cindai tengah berciuman mesra dengan Ahjussi-nya yang merupakan Malaikat Maut didrama Goblin yaitu Lee Dong Wook, Cindai terkekeh kalau mengingat mimpinya yang aneh itu.

Mejanya digebrak, Cindai langsung menegakkan tubuhnya dan menatap orang yang mengebrak mejanya dengan tatapan super tajam, dia Destya. Destya menyengir seraya mengacungkan jari berbentuk V terhadap Cindai.

"Mela gak masuk, lo duduk alone deh." jelas Destya lalu duduk dikursi didepan Cindai.

"Napa 'tuh anak?"

"Mama-nya koma."

Mulut Cindai terbungkam, ia juga baru ingat kalau Mama-nya Mela saat ini sedang dirawat dirumah sakit karena habis melaksanakan operasi, namun kondisinya malah semakin parah yang akhirnya membuat Mama-nya Mela koma.

"Bolos kuy?" ajak Cindai pada Destya.

"Gak mau! Gue takut!" tolak Destya.

"Payah. Kasian Mela pasti nangis-nangis bombay dirumah sakit sendirian! Papa-nya mana peduli sama kondisi Mama sama anak-nya coba! Siapa lagi selain kita, Des?!" ucap Cindai sedikit membentak.

Destya hanya menunduk, ia ingin bolos tapi terlalu takut untuk melakukannya. Cindai menghela nafasnya panjang.

"Yaudah, lo balik kekelas. Gue mau madol kerumah sakit. Kalo Rehan sama Bagas nanyain bilang aja gak tau."

Cindai pun membawa tasnya keluar dari kelas, sedangkan Destya masih terdiam didalam kelas Cindai sembari memikirkan suatu hal.

Cindai sudah sampai didinding belakang sekolah yang sangat jarang disentuh oleh para guru karena jaraknya yang jauh dari kantor ke dinding belakang itu. Cindai meyakinkan dirinya akan membolos sendirian untuk menemani Mela dirumah sakit, ia tak mau mengajak Bagas dan Rehan karena mereka berdua terlalu banyak membolos.

Lalu Cindai menggendong tasnya dan memanjat dinding tersebut dengan cekatan, namun seseorang berteriak yang membuat tubuh Cindai menegang, ia menolehkan kepalanya kebawah. Bukan guru, hanya siswa, siswa yang sepertinya tak asing dimata Cindai

Itu yang kemarin nabrak gue?

Orang itu menatap Cindai datar seraya bersedekap dada, menunggu Cindai mengucapkan kata-kata.

"Gue mau kerumah sakit, lagian lo siapa sih? Ganggu acara madol gue aja!" jelas Cindai lalu bertanya dan mencibir.

"Cepetan turun, gue juga mau naik." ucapnya datar, Cindai berdecih lalu turun menuju luar sekolah.

FRIENDZONE [Complete]Where stories live. Discover now