17. Maple Leaf

98 10 1
                                    

Author: Alice_white210

Genre : Historical, [Musim gugur.]

Sub Genre : drama, dan tragedy.

---------------------------------------------------------

Pelabuhan Southampton, Inggris, 10 April 1912.

Pelabuhan Southampton begitu ramai siang itu. Orang-orang dengan berbagai urusan berkumpul, baik orang-orang yang memang punya urusan melaut, atau orang yang sekedar mengantar mereka. Ada juga orang yang datang hanya untuk melihat mahakarya besar itu memulai perjalanan pertamanya.

Titanic, nama kapal yang akan membawaku dan ratusan penumpang lainnya melintasi lautan menuju pelabuhan New York. Kapal yang begitu dibanggakan masyarakat karena ukurannya yang lebih besar dari pendahulunya, kapal yang disebut-sebut tak akan tenggelam dan mampu mengagkut tiga ribu lebih penumpang ini, akan memulai pelayaran pertamanya siang ini.

"Pastikan barang-barangmu tak ada yang tertinggal." Entah sudah berapa kali ibu berkata begitu padaku sejak kami tiba di pelabuhan.

"Paman Fergus akan menjemputmu di pelabuhan New York, jangan lupa kirimi kami surat jika kau sudah sampai," kata ayah sambil menatap suasana pelabuhan yang semakin ramai.

Aku hanya mengangguk, bagaimanapun, aku tak bisa merasa tak sedih mengingat setelah ini aku akan jarang bertemu mereka berdua.

Terdengar pemberitahuan kapal Titanic akan berangkat sebentar lagi, orang-orang mulai memadati kapal super mewah tersebut.

Ayah menoleh padaku, "Nah, waktunya berangkat."

"Belajarlah yang baik, Kieron, kami akan sering mengirimimu surat," kata ibu, kali ini sambil mengecup keningku.
"Ayolah bu, jangan begitu, umurku sudah tujuh belas tahun kan," kataku sambil mengelak dari kecupan ibu.

Ibu hanya tersenyum melihatku, "Sudahlah, sekarang cepat naik ke kapal."

"Tak bisa dipercaya, anak lelaki ayah sekarang sudah tumbuh besar dan berani pergi sendirian demi impiannya," Ayah mengacak rambutku ketika mengantarku menuju ujung tangga menuju geladak kapal.

"Kalau begitu, sampai jumpa dan hati-hati di jalan ya, Kieron."

Aku mengangkat koperku dan menaiki tangga menuju geladak kapal mewah ini. Di atas sini, aku bisa melihat ayah dan ibu melambai padaku dan mengucapkan selamat jalan, aku membalas lambaian tangan mereka.

Suara cerobong asap terdengar memecah pelabuhan yang ramai ini. Puluhan bahkan ratusan lambaian tangan mengiringi pelayaran pertama kapal megah ini, Titanic mulai meninggalkan dermaga dan aku tak bisa lagi melihat sosok ayah dan ibu diantara orang-orang yang melepas kepergian kapal ini dengan sukacita.

Dan, di sinilah aku sekarang, di atas dermaga kapal yang menjadi kebanggaan bangsa Inggris, kapal yang disebut-sebut paling besar dan megah saat ini.

Aku melihat sekitar, banyak pria dan wanita berpakaian mewah di sana-sini. Kebanyakan penumpang kapal ini memang orang-orang kaya. Dan mereka tak henti-hentinya membahas tentang kehebatan dan kemewahan yang dimiliki kapal ini.

Yah, aku sendiri tak percaya bisa berdiri di atas geladak kapal semewah ini. Jika Paman Fergus tidak mengirimi kami uang, sekarang mungkin aku tidak di sini, karena penghasilan ayah sebagai nelayan pasti tidak cukup untuk membiayai perjalananku.

Ya, tujuanku pergi ke New York dengan kapal ini, adalah untuk melanjutkan sekolahku di sana. Kebetulan, pamanku Fergus punya koneksi dengan sebuah universitas kedokteran di New York dan dia menawariku untuk masuk ke sana. Tentu saja aku menerimanya.

Season's Taleजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें