Part 11

66 11 22
                                    

Hari minggu. Hari yang seharusnya menjadi hari yang sangat Zarsya sukai. Kenapa? Karena hari minggu merupakan hari dimana dirinya, serta sang Bunda akan menghabiskan waktu bersama tanpa ada yang bisa mengganggu waktu mereka berdua. Namun di minggu kali ini, menjadi minggu pertamanya tanpa kehadiran sosok Bunda yang selalu menjadi penyemangatnya itu.

Zarsya menghela napas panjang, melirik ponselnya yang menampilkan layar ruang percakapannya dengan sang Bunda. Kurang lebih, sudah satu jam dia mengirimi pesan untuk sang Bunda, namun tidak kunjung mendapatkan balasan membuat Zarsya menjadi kesal sendiri. Merasa gemas dengan sang Bunda yang sudah pastinya tengah sibuk diluar sana, tanpa memperdulikan pesan yang dia kirimkan itu. Bundanya itu, kalau sudah kerja terkadang suka lupa dengan waktu, maka itu menjadi salah satu ke khawatiran Zarsya saat ini.

"Kangen Bunda." Lirihnya sambil menarik selimut bergambar jerapah itu hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"Bunda kangen Arsya nggak, ya?"

"Pasti Bunda kangen sama Arsya lah ya. Arsya kan anak Bunda."

"Bunda bilang Arsya anak kesayangan Bunda. Itu artinya Bunda pasti kangen sama anak kesayangannya ini."

"Iya, pastilah. Arsya kan ngangenin. Fix no debat."

Zarsya terus bermonolog pada dirinya sendiri guna mengusir rasa bosan yang menghampirinya itu. Dari dalam selimutnya, Zarsya memainkan ponselnya dan membuka jejaring sosial. Mencari apapun yang bisa mengusir rasa bosannya itu. Merasa berseluncur di jejaring sosial menambah rasa bosannya, Zarsya mengintip dari balik selimutnya. Melirik jam mini yang berada di meja kecil dekat ranjangnya yang sudah menunjukkan pukul 11.00 siang.

Kepalanya menggeleng brutal. Dengan malas-malasan, Zarsya bangun dari posisi rebahannya dan berjalan kearah pintu kamar. Memutar knop pintu kamarnya dan melirik kearah kanan dan ke kiri. Berharap menemukan seseorang yang bisa dia ajak untuk berbicara. Salah satunya Arfan, bocah smp yang menurutnya sangat asik untuk di ajak berbicara atau melakukan sesuatu yang menurutnya menyenangkan.

"Ekhm."

Zarsya tersenyak begitu mendengar suara dehaman dari arah belakangnya. Dilihatnya seseorang yang tengah berdiri dibelakangnya itu, dengan pakaian T-shirt hitam polos dan celana jeans selutut. Simple, namun tetap membuat cowok dihadapannya itu terlihat tampan, jauh lebih tampan saat dia menggunakan seragam sekolahnya.

"Eh? Hallo Ardzan." Sapanya canggung, merasa malu karena tingkah bodohnya itu. Ardzan yang disapa pun hanya menatap Zarsya datar, yang kemudian melirik kearah pintu kamarnya yang terbuka lebar.

"Dzan ayo lanjut main---- loh, Zarsya!?"

Veno mendelikkan kedua matanya tidak percaya begitu melihat Zarsya yang tengah berdiri dihadapannya itu. Melihat Zarsya yang tengah berada dihadapannya, membuat Veno menggelengkan kepalanya dengan mata yang melirik kearah Ardzan, merasa lebih tidak percaa dengan sahabatnya itu karena bisa tinggal satu rumah dengan seorang gadis yang bahkan tidak dia kenal. Karena setahu Veno, sahabatnya itu paling malas jika berurusan dengan orang asing, namun sekarang Veno justru di suguhkan dengan pemandangan Ardzan yang tengah menatap datar Zarsya.

"Loh, kok ada Zarsya?" Tanya Kelvin yang tidak kalah bingung. Erlan yang tengah asik membaca koleksi komik milik Ardzan pun, mengalihkan pandangannya dan menyusul kedua sahabatnya itu yang tengah dilanda ke bingungan.

ZARDZAN [Discontinue]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu