Believe - Tiga

3.7K 299 4
                                    


Satu bulan ini, sepertinya Ali sukses dekat dengan Prilly. Buktinya gadis itu tak sungkan tersenyum, namun hanya kepadanya. Jika ditanya Bella? Sepertinya gadis itu disibukkan dengan kegiatannya sendiri.

Prilly menyenderkan punggungnya di batang pohon besar. Ia memejamkan matanya sejenak menghirup oksigen. Namun, saat ia ingin membuka matanya, matanya terasa berat karena seseorang menutupnya.

"gue tau Ali" Ali terkekeh kecil dan duduk disamping gadis itu. Prilly menolehkan kepalanya melihat Ali yang memasangkan headset ketelinganya.

"Pril, gue mau pulang nanti ngajak lo ketemu mamah. Mau gak?" sangat susah sepertinya mengajak Prilly jalan. Gadis ini selalu menolaknya.

"gu-"

"kali ini aja Pril, siapa tau dengan kehadiranlo buat mamah sadar" Prilly mengerutkan dahinya bingung menatap Ali yang sedang memejamkan matanya dan mendengarkan musik.

"mamahlo kenapa?" tanya Prilly, Ali melepaskan headsetnya dan mematikan musiknya. Mungkin saja ini waktu yang tepat untuk menceritakan kisahnya. Lagipula pelajaran tak ada sehabis ini, guru guru mengadakan rapat.

"mungkin aja ini waktu yang tepat buat gue curhat sama lo. Mamah mengidap penyakit, tapi gue gak tau penyakit itu apa. Terus, mamah juga sempet kecelakaan dan itu membuatnya koma, ehm disaat koma dokter juga mendeteksi penyakitnya. Ya gitulah, gue juga bingung. Mamah masih koma sampai saat ini, makannya gue memilih tinggal di jakarta bareng papah. Dan sekarang gue tau setelah mamah kecelakaan, penyakitnya itu ya jantung. "Prilly mengangguk paham dan membiarkan Ali bercerita.

"btw, gue udah janji ke mamah bawa orang yang spesial loh"ucap Ali senang.

Karena Prilly yang kurang peka, ia merasakan sedikit perih hatinya saat mendengarkan Ali berbicara seperti itu.

"oh, si-siapa?"tanya Prilly

"kamu"Ali tersenyum gemas saat melihat pipi Prilly memerah. Rasanya ingin mencubit pipi gadis ini.

" cie blushing, cewe dingin bisa merah juga pipinya? Gemesss"Ali mengapit pipi Prilly gemas. Prilly meringis dan memukul tangan Ali.

"ih ih, sakit Ali ih!" rengekkan manja terdengar ditelinga Ali, membuat Ali tersenyum senang melihatnya. Gadis yang sebenarnya ceria.

"ih lagian gemesin, makannya jangan gemesin. Eh gemesin aja deh, eh jangan deh! Nanti lo diembat orang lagi"Prilly mengangkat sebelah alisnya menatap Ali.

"cemburu?" satu kata yang mampu membuatnya terdiam. Namun, dengan cepat Ali tersenyum mengangguk. Ya, ia akui ia cemburu pada lelaki yang ingin mendekati gadis disebelahnya.

"kenapa? Emangnya gue gak boleh cemburu ya kalau lo deket sama cowo cowo?"

"cowo? Gue aja cuma deket sama lo"

"lo cuma deket sama gue? Serius? Ih, tunggu waktunya gue menyatakan cinta, waktu dimana lo dan gue udah siap menjalankan hubungan lebih dari sahabat, oke? Jaga hati gue ya, gue naruh rasa sama lo, rasa yang sangat dalam. U know, cinta" Prilly terkekeh kecil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ali.

"cie ketawa, canci anet cih"

"apasih Li?" ucap Prilly bingung disertai kekehan kecil.

"oh iya, selfie yuk! Biar gue bisa cetak, ya ya please"Prilly sedikit berfikir, namun ia menganggukkan kepalanya setuju. Ali mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Ia mendekatkan tubuhnya disebelah Prilly, merekapun asik berselfie.

"Li, gantian"Prilly mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Ali. Ali mengangguk dengan senyumannya. Ya mereka lagi lagi asik selfie berdua.

Short Story - APWhere stories live. Discover now