"Bukan maksudku membuatmu kecewa, tapi mungkin ini cara agar kita mengenal lebih satu sama lain"
****
"Ditya?" panggil seseorang dari arah belakang
Sang pemilik nama pun menoleh, ternyata yang memanggilnya adalah Mega, gadis yang telah membuat perasaan yang lama tak pernah ia rasakan kembali hadir.
Tiba-tiba, seseorang menarik lengan Mega untuk pergi dari tempat ini.
Hati Ditya mencelos. Kecewa, marah, sedih, perasaannya bercampur aduk selepas kejadian beberapa menit lalu.
Sketsa wajah cantik Mega telah di selesaikan dengan amat sangat detail. Ditya menatap hasil karyanya ini, tersenyum getir.
Gue harap lo suka karya gue
Ditya melenggang pergi dari tempat berlangsungnya kompetisi. Ia menitip pesan kepada salah satu temannya, "Vin, lo disini aja, tunggu pengumuman"
Davin mengangguk, "Iya Dit, lo balik duluan aja gapapa"
Kendaraan roda dua berwarna hitam, terlihat melintasi sebuah jalan di tengah padatnya Ibukota.
Mereka belum tentu jadian
Kata-kata itu terus berputar di fikiran Ditya. Ia harus memastikan bahwa diantara Mega dengan Arya tidak lebih dari sebatas 'teman'.
Ditya tersadar dari lamunannya, kala ia melihat kejadian yang tidak bertanggung jawab. Sebuah motor menyerempet seorang Ibu yang ingin menyebrangi jalan.
Ibu itu tersungkur, darah segar mengalir dari keningnya yang terbentur aspal. Pengendara motor itu melarikan diri. Ditya mengejar pelaku yang membuat seorang Ibu tersungkur kesakitan.
Ia membayangkan apabila Mamanya mengalami kejadian seperti ini. Apakah ada orang yang berbaik hati untuk menolongnya?
Motor milik Ditya melesat begitu cepat. Tapi, motor yang ia kejar lebih cepat darinya.
Ditya terus mengejar, menambah kecepatannya. Hingga ia berhasil menghentikan motor tersebut.
Pengendara itu turun dari motornya, kemudian melepas helmet yang dikenakan. "Maksud lo apa ngehadang gue?"
Ditya geram, pasalnya orang itu tidak merasa bersalah sedikit pun. "Cara lo yang ugal-ugalan udah bikin orang celaka"
"Ya salah dia, nyebrang ga tengok kanan kiri" ucap orang itu enteng
Ditya menarik pergelangan tangan cowok di hadapannya, "Balik lagi, minta maaf sama Ibu itu"
"Gue ga mau"
"Ga pernah di ajarin attitude?" ucap Ditya mengepal jari-jarinya
"Engga," cowok itu menantang. "Kenapa? Mau ribut?"
Ditya tak ingin bermasalah dengan siapa pun. Tapi, sikap orang ini sudah kelewatan.
Cowok itu melayangkan satu pukulan, namun bisa di tangkis oleh Ditya. Ditya tak membalasnya. Cowok itu melayangkan pukulannya terus menerus.
Bughh..
Satu tinjuan mendarat mulus di pipi Ditya. Kali ini, ia tak bisa menahan emosinya.
Bughh..
Ditya membayar perbuatan yang telah membuat lebam di wajahnya. Ia berhasil membuat orang itu tak bisa melawan dirinya.
Ditya mengepal kerah baju orang itu, "Lo minta maaf atau mau gue bikin bonyok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Call Me Bad Girl
Teen FictionMega Kinan Pelitya, seorang gadis yang di cap sebagai bad girl di SMA Harapan Nusantara yang selalu menjadi buah bibir di sekolahnya karena kedekatannya dengan cucu pemilik Yayasan yang terkenal karena sikap dinginnya kepada siapapun. Bagaimana Mega...