ENAM

4.4K 307 13
                                    

Ditya ingin beranjak dari tempat duduknya, ia tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat orang itu terkejut.

"Eh sorry" orang itu meminta maaf

Saat mata mereka bertemu, Ditya merasakan sesuatu menjalar di tubuhnya. Perasaan yang sudah sangat lama tak pernah ia rasakan, perasaan dulu untuk dia.

"Gue yang harus minta maaf"

"Ehm, nama gue Mega, nama lo?" ya, orang yang ditabrak Ditya adalah Mega

"Ditya"

"Oke Ditya, sekali lagi gue minta maaf, gue ga tau kalo lo mau jalan kesini" lagi-lagi Mega meminta maaf "yaudah gue mau balik duluan, sekali lagi gue minta maaf"

Lah minta maaf mulu, lebaran kan masih lama, lagian kan gue yang nabrak dia-Ditya membatin heran

Ditya mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet, dan kembali menuju meja dimana teman-temannya berkumpul.

"Lah cepet amat Dit"

Hening, tak ada jawaban.

"Woyyy Dit bengong mulu lo"

"Eh, Mega baik ya" ucap Ditya tiba-tiba hingga membuat Kevin yang tengah melahap makanannya tersedak

Uhukk..uhuk..

"Lo kesambet apa tiba-tiba bilang Mega baik" Davin bingung dengan Ditya sekarang

"Lo sengaja ya Dit mau bikin gue mati tersedak" ucap Kevin kesal

"Tadi gue ga sengaja nabrak dia" Ditya menjelaskan

Ketiga temannya hanya fokus mendengarkan penjelaskan Ditya.

"Gue yang nabrak dia yang minta maaf, berkali-kali malah"

"Terus cuma karena dia minta maaf berkali-kali lo bilang dia baik gitu" kata Kevin

"Jangan cuma nilai dari penampilan"

"Tau lo Vin cuma nilai orang dari penampilan ditambah dengan gosip yang beredar" Davin terkekeh

"Oke maaf maaf, gue ga bermaksud gitu"

5:00 PM

Ditya segera bangkit dari duduknya.

"Mau kemana Dit?" tanya Davin

"Biasa"

"Oh oke, salam ya buat dia. Bilangin Davin kangen"

Davin yang mendengar namanya disebut-sebut, langsung menoyor kepala Dimas.

"Kalo ngomong disaring dulu napa, nanti babang Adit cemburu"

Ditya tidak menanggapi ucapan temannya, ia langsung bergegas keluar cafe dan langsung menuju tempat yang ia kunjungi setiap sore itu.

****

Drttt..drtt..drtt

Ponsel milik Mega bergetar dan ada satu panggilan masuk.

"Hallo...masih di cafe deket sekolah...ngapain ke rumah sakit...mama jangan bercanda dong" setetes air mata mulai jatuh membasahi pipi Mega

"Yaudah ma aku ke rumah sakit sekarang"

"Kenapa Meg, siapa yang sakit"

"Papa gue kecelakaan waktu di perjalanan mau pulang ke rumah"

"Terus keadaannya gimana?"

"Gue belum tau, sekarang gue harus buru-buru ke rumah sakit, mama udah nunggu disana"

"Yaudah lo hati-hati"

Mega dengan tergesa-gesa menuju rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan papanya. Walaupun kadang papanya selalu melarang Mega untuk menjalani hobbynya.

"Ma keadaan papa gimana?" Mega terisak di pelukan mamanya

"Masih di tangani dokter. Kita berdo'a sama-sama supaya papa ga kenapa-kenapa" Lita--mama mega mencoba menenangkan

"Kamu udah makan belum?"

Mega hanya mengangguk, ia sedang tak ingin berbicara banyak.

"Kamu tunggu sini dulu ya, mama mau ke kantin sebentar. Apa mau mama beliin sesuatu?" Lita menawarkan

"Minum"

"Yaudah mama tinggal sebentar"

Di waktu yang bersamaan, Ditya memasuki wilayah rumah sakit yang rutin ia kunjungi di sore hari. Ruangan demi ruangan ia lewati, tepat di depan ruang IGD ia melihat seseorang tengah duduk lesuh. Ia merasa mengenali orang itu--bukan merasa, tapi memang mengenali.

"Mega" Ditya sedikit terkejut mendapati Mega yang ternyata tengah terduduk lesuh

"Eh--"

"Ngapain?"

"Nunggu papa"

"Kenapa?"

"Kecelakaan waktu jalan pulang. Lo ngapain disini tadi kan masih di cafe?"

"Kunjungan rutin"

Mega yang mendapati dokter keluar dari ruang IGD langsung menanyakan kondisi papanya.

"Gimana keadaan papa saya dok?"

"Pak Yudha tidak mengalami luka serius, hanya beberapa bagian tulangnya patah" dokter memberi informasi

"Saya boleh masuk kan dok?"

"Boleh, hanya saja Pak Yudha belum sadar karena benturan di kepalanya cukup keras"

"Makasih ya dok"

"Sama-sama. Kalau gitu saya pamit ingin memeriksa pasien yang lain"

"Emm Dit gue--"

Lah tadi masih ada, kok tiba-tiba ngilang-Mega yang mendapati Ditya sudah menghilang kebingungan

Mega mulai memasuki ruangan dimana papanya tergeletak tak berdaya.

Pa, maafin Mega sering ngebantah ucapan papa, sering nyusahin papa

Air mata terus bercucuran membasahi wajah cantik Mega.

Mega janji, Mega akan berubah ga akan ngebantah papa lagi, ga akan nyusahin papa, ga akan kecewain papa lagi

Don't Call Me Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang