DELAPAN

4.4K 264 1
                                    

"Dit!"

Dengan tergopoh-gopoh, Kevin mengejar Ditya yang sedang menyusuri koridor.

"Si Mega diapain sama Winda?"

Ditya hanya menggeleng tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Lo tadi kenapa ninggalin gue pas denger Winda ngelabrak Mega?" tanya Kevin menyeringai

Ditya bingung harus menjawab apa.

"Gue ga suka aja ada ribut-ribut gitu"

"Tapi dari dulu juga kan banyak yang ribut-ribut, tapi lo biasa aja"

"Ini beda" ucap Ditya spontan

"Tuh kan hayoo" Kevin terkekeh

Ditya langsung melengos meninggalkan Kevin yang masih dengan tawanya.

Tok..tok..tokk

Ditya mengetuk pintu ruangan khusus. Ya, ruangan milik kakeknya.

"Masuk" sang pemilik ruangan itu memberi izin

"Kek"

Sang kakek yang tengah menandatangani setumpuk surat, berhenti ketika cucu kesayangannya menemuinya "Iya kenapa Ditya?"

"Papa kapan pulang?"

"Secepatnya dia akan pulang"

"Papa selalu bilang gitu, tapi ga pernah jadi pulang. Sebenarnya papa disana ngapain sih kek?"

Aku harus jawab apa, ga mungkin aku bicara yang sebenarnya-batin kakek Sadana.

"Papa kamu disana banyak proyek. Satu proyek selesai, beliau dapat proyek lagi"

"Setiap Ditya telepon pasti papa cuma bilang 'ada apa sayang?sebentar ya papa lagi sibuk, nanti papa telepon lagi'."

"Kamu sabar, papa kamu disana kerja keras, banting tulang buat kebutuhan kamu juga"

"Tapi mama dirumah nangis terus kek, Ditya ga mau liat mama nangis"

"Kamu ga boleh berpikir buruk ya tentang papa kamu. Jagain mama baik-baik"

Ditya merasa lega setelah menceritakan kepada kakeknya. Ia sangat dekat dengan kakeknya, bahkan lebih dari papanya sendiri.

****

Krekk..

Pintu UKS terbuka dan menampakkan sesosok Devi yang berjalan membawa sekotak bekal dan sebotol minum.

"Haduh Mega lo gapapa kan? Ga ada yang luka kan? Ga ada yang sakit kan?" Devi panik setengah mati

"Ada"

"Hah?apanya yang sakit?bilang sama gue biar gue panggil dokter aja ya"

"Kuping gue"

"Kuping lo diapain sama Winda menye?bilang sama gue Meg biar gue abisin dia sekarang juga"

"Kuping gue sakit denger lo teriak mulu"

"Lah ko jadi gue, tadi kan Winda"

"Teriakkan lo itu Dev bikin gendang telinga gue kulitnya copot"

"HAHHAHAH" Devi tertawa lepas dan refleks menabok punggung Mega

"AAAWWWW!!" pekik Mega

"Eh sorry Meg sorry ga sengaja, sumpah deh" Devi meminta maaf sembari memamerkan sederet gigi putihnya yang rapih

"Lo mah emang bener tenaga badak, badaknya yang jantan lagi"

"Ya maaf Meg gue beneran dah ga sengaja. Refleks"

Don't Call Me Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang