TIGA

5.4K 353 1
                                    

"Ditya!"

Merasa namanya disebut, Ditya menoleh ke arah datangnya suara.

Mau apa lagi sih-Ditya berdecak sebal.

"Tadi gue lupa kasih ini buat lo," tutur Winda sembari menyodorkan kotak bekal miliknya.

"Terima ya, gue bikin sendiri nih buat lo,"

Merasa malas dengan sikap Winda, Ditya melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Lagi-lagi Winda mengejar dan langsung menarik lengan Ditya. Tak suka di perlakukan seperti itu, Ditya menghentakkan lengannya agar terlepas dari cengkeraman tangan Winda.

"Tolong, Dit, terima, gue gak pernah masak sebelum ini, kalo emang lo baik lo akan menghargai usaha orang lain."

Dengan amat sangat terpaksa, akhirnya Ditya mengambil kotak bekal itu dan langsung pergi dari tempat itu.

Ribet.

"Babang Adit dari mana aja kok lama banget sih?" ujar Kevin sok imut.

"Jijik sumpah, Vin," balas Davin dengan tampang ilfeel.

"Dit lo bawa apaan?" tanya Dimas sembari merampas kotak bekal itu.

Ditya yang memang terpaksa menerimanya, bersyukur karena teman-temannya doyan makan semua.

"Wih kayanya enak nih, Dit, gue makan, ya?"

Ditya hanya mengangguk tanda mengizinkan.

"Eh, upil nyamuk bagi-bagi kampret mau menang sendiri aja lo," ucap Davin seraya memakan makanan tersebut.

"Kevin doinya Selena Gemesh juga mau weyy!"

"Pliss deh, Vin, teriakan lo melebihi cewek-cewek ketinggalan gosip,"

Ditya hanya menggelengkan kepala melihat tingkat teman-temannya.

****

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tapi masih lumayan banyak orang yang berada di sekolah. Entah karena ada ekskul, kerja kelompok atau ingin berlama-lama di sekolah.

Dari sekian banyak orang yang masih berada di sekolah, empat orang cowok ganteng yang memang paling menonjol di sekitarnya.

"Dit gue nebeng ya gue masih belum bawa motor ya lo tau kan motor gue masih di rawat," cerocos Kevin tanpa jeda sedikitpun.

"B aja napa, Vin."

"Emang motor lo sakit apa Vin? Di rawat dimana? Dari kapan di rawatnya?" Tanya Dimas dengan gaya polosnya.

"Aduh Dimas ganteng pujaan hati Intan, maksudnya itu motor Kevin rusak terus di bawa ke bengkel," Davin menjelaskan dengan sabar.

"Oh gitu, ya."

Kevin mencoba mengingat sesuatu, "Eh, bentar Dit, ada yang ketinggalan di kelas, lo ke parkiran duluan aja, tapi tungguin!"

Parkiran motor sudah sepi karena sebagian besar lebih memilih membawa mobil.

"Dit, lo bareng Kevin kan?"

Ditya hanya mengangguk.

"Yaudah, gue sama Dimas duluan, ya," pamit Davin.

"Dadah Ditya, Dimas yang paling ganteng se-Asia balik duluan," Dimas memamerkan cengiran khasnya.

Ditya yang melihat Winda baru keluar dari gerbang, langsung memalingkan wajahnya.

"Ditya!"

Ah sial.

"Ehm, lo belum balik?"

Tak ada jawaban.

"Ih lo mah gue lagi ngomong sama lo bukan sama tembok,"

Ck. "Gue masih disini kan?" Winda mengangguk. "Ngapain masih nanya." ketus Ditya.

"Oiyaya. Pulang bareng gue aja ya, Dit."

"Gak."

"Ish masa lo tega liat gue pulang sendiri," ucap Winda sambil memasang puppy eyes.

"Bukan urusan gue,"

"Kalo nanti gue kenapa-napa di jalan gimana?"

Ah Kevin bangsat lama banget.

"Nanti kalo--"

"Sorry, Dit lama," ucap Kevin memotong perkataan Winda.

Kevin yang belum menyadari kehadiran Winda langsung naik ke atas motor milik Ditya.

"Lho Dit kok diem aja?" tanya Kevin heran.

Ditya hanya memberi kode lewat kaca spion dan langsung di pahami oleh Kevin.

"Eh ada Winda, udah lama disitu?"

"Udah, dari sebelum lo dateng malah," ucap Winda sarkastik.

"Oh lo mau balik sama Ditya, ya? Yah maaf banget nih ya, untuk hari ini dan beberapa hari kedepan Ditya balik sama gue," balas Kevin tak kalah sarkastik.

Tanpa mengucapkan sesuatu, Ditya langsung menarik tali gas dengan kecepatan normal.

"Tadi kok bisa gitu?"

"Lo lama bangsat,"

"Hahaha sorry Dit, jelasin dong! kenapa?"

"Besok."

"Oke ditunggu curhatannya besok," ucap Kevin sambil terkekeh.

Don't Call Me Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang