Chapter 5

83 8 2
                                    

***

Jika kalian pikir si bodoh ini bodoh, kalian salah.

Aku bukanlah si bodoh yang kalian anggap bodoh.

Jika kalian pikir aku hanya sendiri, kalian salah.

Aku tak pernah sendiri seperti akhir cerita kalian.

Jika kalian pikir aku ini tak tahu apa-apa.

Aku bukanlah kalian yang tak tau apa-apa.

Aku tau semuanya, dan aku tahu akhir dari cerita ini.

***

Sudah dua hari sejak aku membaca sayembara lomba cerpen di twitter. Aku harus mengikutinya. Hadiah yang ditawarkan cukup menggiurkan. Selain itu lomba ini juga bisa menjadi awal karirku di dunia menulis. Sudah sejak lama aku sangat menyukai menulis, mengikuti berbagai lomba menulis dengan tema apapun di twitter. Kali ini, temanya adalah thriller. Semuanya menjadi sempurna semenjak kejadian yang kami alami tiga hari lalu. Aku harus bisa menyelesaikan cerpenku dengan cepat. Waktu yang tersisa hanya tinggal lima hari lagi. Tak ada banyak waktu. Aku harus memakai waktu sekolah jika ingin cerpenku cepat selesai.

Aku harus datang pagi-pagi demi berebut tempat kedua dengan Khai dan Zhou, karena hanya baris kedua itulah yang memiliki colokan di bagian bawahnya. Maklum, laptopku ini harus terus terpasang charger untuk bisa tetap menyala. Setelah berdebat panjang dengan Khai sekaligus bantuan dari Zhou dan Sven, akhirnya dia mengalah padaku. Kau tahu, ini pertama kalinya aku menulis sesuatu yang berbau thriller. Jadi aku pun menonton beberapa film horror-thriller, mengutip beberapa kata-kata yang menurutku bisa menjadi inspirasiku dalam menulis seusai menontonnya.

---o0o---

Istirahat pertama sudah hampir usai. Aku segera berlari kecil dari perpustakaan demi meminjam buku yang diperintahkan guru kami. Sesampainya di kelas, aku berniat melanjutkan rancangan cerpen di buku tipisku itu. Segera saja kuraih tasku yang kuletakkan di bawah meja, lantas mencari-cari buku itu.

Tunggu dulu! Di mana buku tipisku itu? Ah, tidak, buku itu berisi seluruh kutipan dari film-film yang sudah kutonton! Apa aku lupa dan meninggalkannya di rumah? Tapi aku sangat ingat semalam aku menyimpannya di dalam tasku.

Sial, sudahlah. Mungkin aku memang mengeluarkannya lagi dari tasku semalam. Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Menandakan kelas yang akan dimulai kembali.

---o0o---

Bel istirahat pun berbunyi. Waktunya istirahat kedua. Aku segera berlari menuju kantin dan mencari tempat duduk di bagian belakang. Untung saja masih ada tempat yang kosong di ujung sana. Untuk pertama kalinya aku pergi ke kantin, dan sendiri. Aku memang sangat malas untuk ke kantin karena kantin sekolah kami selalu ramai. Demi melanjutkan cerpenku, aku duduk di sini sendiri. Terlalu berbahaya mengetik cerpen di kelas saat jam istirahat. Aku tidak ingin mereka mengetahui bahwa aku mengikuti lomba cerpen ini. Mereka pasti akan menggangu atau mengolok-olokku karena aku menulis tentang cerita thriller. Aku akan memberitahu mereka setelah aku memenangkan lomba cerpen ini ─atau lebih tepatnya aku akan memamerkan kepada mereka kalau aku bisa menulis cerpen yang berjenis thriller. Lantas jika tidak menang, aku cukup tidak memberitahu mereka.

Aku kembali menyalakan laptopku dan mulai melanjutkan cerpenku. Aku harus fokus menulis cerpen ini. Kuambil earphone dari dalam saku baju sekolahku dan memasangnya di telingaku. Jari-jariku pun mulai menari di atas keyboard laptopku.

---o0o---

Saat sepulang sekolah, di dalam kelas hanya tersisa kami berempat ─Aku, Nutta, Khai, dan Zhou. Tiba-tiba, Khai menyodorkan buku catatan tipisku itu yang kupikir tertinggal di rumah. "Alf, apakah ini milikmu?" aku langsung mengambil buku itu dari tangan Khai

7/9Where stories live. Discover now