Prolog

705 30 0
                                    

Gadis kecil bernama Cindai ini tengah bermain boneka Barbie seorang diri didepan teras rumahnya, dirinya bermain sendirian karena si kembar Cio dan Cindy tinggal dirumah Neneknya. Itu semua mereka berdua yang minta, karena mereka juga belum mulai sekolah dan Neneknya kesepian jadi orang tua mereka setuju untuk membiarkan anak-anak kembarnya bersama sang Nenek. Sementara Cindai tinggal dengan orang tuanya.

Anak kecil manis yang berdiri didepan gerbang rumahnya sedari tadi menatap Cindai dari kejauhan, mungkin ingin mengajak main namun malu. Cindai yang menyadari itu semua pun langsung menghampiri anak sebayanya itu dan membuka gerbangnya dengan senyuman manis ala anak kecil.

"Kamu kenapa disini? Mau main sama aku?" tanya Cindai dengan logat anak kecilnya.

Anak itu terdiam, lalu Cindai menyodorkan tangannya pada anak itu.

"Aku Cici. Kamu siapa?" tanyanya dengan polos.

Anak itu menjabat tangan Cindai, "Aku Angga. Panggil Gaga ajah."

Cindai tersenyum manis.

"Aku mau kenalin kamu sama temen-temen aku. Yuk!" Angga menggenggam tangan Cindai dan membawa Cindai menuju ketaman komplek yang tak jauh dari rumah.

"Aku belum bilang sama Mama. Nanti Mama nyariin gimana?"

"Nanti aku yang ngomong sama Mama kamu, Ci." sahutnya lembut. Cindai senang dengan perlakuan Angga padanya.

Cindai melihat dua anak kecil lelaki yang tengah bermain kejar-kejaran. Angga lalu mengajak Cindai untuk menemui mereka berdua dan memperkenalkan Cindai pastinya.

"Eh Reta, Abi, ini Cici. Kenalin." ucap Angga dengan lucunya.

Reta tersenyum, "Aku Reta."

"Abi." ucap anak yang bernama Abi ini.

"Aku Cici. Salam kenal."

"Kita mau main apa nih?" tanya Angga dengan logat bingung khas anak kecilnya.

"Petak umpet yuk? Tapi Cici jaga yaa?" seru Reta namun Cici memanyunkan bibirnya.

"Aku aja. Kalian ngumpet ya. Aku itung dari 1 sampe 10. Satuuu." ucap Angga lalu menyuruh teman-temannya mengumpat dan mulai mengitung.

Reta, Abi dan Cindai mencari tempat bersembunyi. Reta bersembunyi dibalik bangku taman, Abi dibalik pohon, dan Cindai entah mau sembunyi dimana. Namun ia melihat ada pohon kosong yang cocok untuk ia umpati, akhirnya Cindai mengumpat dipohon itu.

Dirasa sudah, Angga langsung mencari keberadaan teman-teman ciliknya itu. Pertama ia menemukan keberadaan Reta, lalu yang kedua Abi, yang terakhir Cindai. Namun saat ditemukan Cindai malah menangis, karena Angga mencarinya kelamaan. Angga langsung mendekap Cindai seraya menenangkan gadis kecil itu. Lalu Abi dan Reta ikut mendekap Cindai dengan hangat supaya Cindai berhenti menangis. Dan akhirnya Cindai berhenti menangis dan mereka berjauhan.

"Kamu kenapa?" tanya Abi dengan nada yang dingin.

"Gaga nyarinya lama. Aku takut." jelas Cindai isakannya masih ada.

"Maafin aku ya." ucap Angga meminta maaf.

Cindai tersenyum, "Tapi sekarang ketemu."

Delia--Mama Reta pun datang berserta Danu--Papa Reta yang sudah membawa mobil serta banyak barang. Dipikiran Cindai, Reta mau kemana?

"Ayo sayang kita berangkat." bujuk sang Mama, Reta menatap teman-temannya.

"Reta mau kemana?" tanya Cindai sedih.

"Maaf ya Reta gak lagi tinggal disini sekarang. Suatu saat kalian pasti ketemu kok sama Reta dan akan jadi teman baik lagi." ucap Delia lembut pada Cindai, Angga dan Abi.

"Ini buat Gaga, Abi sama Cici." Reta memberikan gantungan kunci kapal selam didalam kaca satu-satu.

"Makasih." ucap Abi.

"Dadah Reta." ucap Angga dengan polosnya seraya melambaikan tangan pada Reta.

Anak kecil itu membalas lambaian tangannya dan mengikuti Mamanya menuju mobil. Mereka masih memandangi mobil yang masih terparkir hingga mobil itu berjalan menjauh dari komplek.

"Reta balik lagi gak ya?" tanya Angga dengan polosnya.

"Nggak tau." jawab Abi dengan cuek.

"Mama!" teriak Cindai saat melihat Mamanya.

Mamanya langsung menghampiri dirinya dan menggendong Cindai, "Kamu kok bisa sampai sini sih sayang?"

Cindai menatap Angga dengan tatapan bahagia, Mamanya mengikuti arah mata Cindai lalu menurunkan Cindai.

"Temen barunya Cindai ya?" tanya Aini--Mama Cindai menyamakan tingginya dengan Angga dan Abi.

"Iya Tante. Maafin Cindai sama Angga ya nggak izin dulu sama Tante." ucap Angga pelan seraya menunduk.

Aini terkekeh kecil, "Lain kali bilang dulu ya, Tante seneng kalo Cindai ada temen main kok. Sering-sering ya main kerumah, nanti Tante bikinin kue cokelat."

Mata Angga dan Abi berbinar, "Bener, Tante?"

"Iyalah. Iya gak Ci?" tanya Aini pada anaknya.

"Iya. Dan kuenya Mama itu enaaakkk banget" ucap Cindai memuji Mamanya.

"Yaudah, rumah kalian dimana? Tante anter pulang yuk?"

"Aku deket Tante dari sini. Aku tetanggaan juga sama Angga, jadi nggak apa-apa." jelas Abi nadanya dingin namun dewasa.

"Tante sama Cici tinggal ya? Bener gapapa?" tanya Aini sekali lagi.

"Iya kok Tante." sahut Abi.

"Yaudah, pulang ya Tante pamit."
"Dadah Angga, dadah Abiii"

Angga dan Abi melambaikan tangannya seraya tersenyum. Lalu menyadari kalau sendal Cindai ketinggalan, lalu Abi menyarankan kalau masing-masing menyimpan satu dan jangan sampai hilang. Sandal itu bernamakan Cici, nama Cindai.

Namun Cindai tak pernah tau kalau itu adalah terakhir kali ia bermain dengan Angga dan Abi walaupun sekali. Karena keesokan harinya ada kabar mendadak dari Papanya kalau mereka harus pindah ke Jakarta dan menetap disana. Sebelum berpisah, Cindai ingin bertemu dengan merek namun Tuhan tak mengabulkannya.

Cindai pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal pada Angga dan Abi.


*****


A.n : ***** = to be continue. Understand? Ok.

FRIENDZONE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang