Ify baru menyadari kakaknya tidak memakai atasan apapaun. Seluruh baju Ando digunakan untuk menghangatkan tubuh papanya. Ify mengigit bibirnya, tubuhnya kembali bergetar. Ia tidak sanggup melihat papa-nya seperti itu. Ia juga tidak tidak melihat kakaknya menahan kedinginan. Ify bisa melihatnya dari warna kulit tubuhnya dan bibir kakaknya yang memutih.

Ify menggerakan tubuhnya, ia berusaha berdiri.

"Fy.. mau kemana?" tanya Rio was-was, ia membantu Ify berdiri. Gadis itu berjalan dengan memegangi tubuhnya, kaki Ify bergetar dan sedikit susah untuk digunakan bergerak.

"kamu mau ke papa?" tanya Rio menahan tubuh Ify agar tidak berjalan lagi.

Ify mengangguk tanpa suara.

Rio mengabulkan permintaan Ify, ia dengan cepat membopong tubuh Ify, tidak membiarkan istrinya untuk berjalan. Rio berjalan ke arah dimana tubuh Mr. Bov dibaringkan.

Rio menurunkan Ify, mendudukan Ify di depan papanya.

"Kamu duduk disini, dan kamu harus bertahan. Mengerti?"

Ify mengangguk lemah. Ia membiarkan Rio meninggalkanya, pria itu membantu Ando untuk mencari cara membuka pintu ice-box ini.

Ify mengigit bibirnya semakin kuat, tanganya yang bergetar menahan dingin bergerak menyentuh wajah papanya yang terlihat semakin menua dan begitu pucat. Ify merasakan dingin yang luar biasa di pipi papanya, bibir papanya mulai membiru.

"Papa..." panggil Ify lirih.

Tangan Ify menepuk-nepuk pipi Mr. Bov, berharap papanya akan bangun. Ify ingin melihat papanya membuka mata.

"Papa bangun..."

"Papa...." panggil Ify tanpa menyerah.

"Papa ini Ify... Papa bangun..."

"Papa kita harus selamat... Ify, Kak Ando, Rio dan Papa harus keluar dari sini"

BRAAAAAKKKK

BRAAANNNGGGG
DAAAAAAAKKK

Suara hantaman di sudut pintu terdengar keras, Ify memejamkan kedua matanya, ia mulai sangat takut. Kakak dan suaminya sedang berusaha untuk membuka pintu tersebut, dan ia ketakutan setengah mati melihat kondisi papanya. Padahal, keadaan tubuh Ify sendiri semakin menurun. Ify meringkukkan tubuhnya, dinginya semakin bertambah.

"Papa..."

"Papa harus bertahan..."

"Papa buka mata papa. Ify mohon..."

"Papa ini Dafychi... Anak kesayangan papa.. Ify mohon buka mata papa."

Ify merasakan kedua matanya memanas, bening air mata menumpuk menutupi pandangnya, dan siap untuk terjun bebas kapanpun.

"Ify ingin lihat papa bangun, Ify ingin lihat papa manggil nama Ify"

"Sebentar saja papa...."

Ify terus menepuk pelan pipi pria paruh baya dihadapanya.

"Papa ayo bangun... Papa nggak boleh kayak gini"

"Papa harus bertahan. Kak Ando dan Rio sedang berusaha mengeluarkan kita..."

"Ayo bangun...."

Air mata Ify terjatuh satu tetes demi tetes, rasa dingin semakin menjalar di sekujur tubuhnya. Semuanya basah dan lembab. Ify berusaha untuk tetap membuka kedua matanya. Ia mulai tak sanggup menahan rasa dingin yang menusuk-nusuk bagai pisau tajam.

Sangat sangat dingin!.

"ARGGHSSS!!!! SIALAN!!!"

Ify menggeraan kepalanya, menoleh ke belakang. Ia melihat kakaknya menendang pintu tersebut dengan wajah frustasi. Sepertinya mereka tidak berhasil membuka pintu besi itu.

ELWhere stories live. Discover now