"......................."

" Apa? Jadi dia dirumah lo sekarang?. Semalem pingsan ? "

"........................"

" Yaudah seenggaknya dia masih idup. kita cuma khawatir si bego itu hpnya di matiin dari semalem "

"......................."

" Iya.."
Tuuuttt

" Gimana ger? " tanya Ronald lagi

" Dia pingsan semalem di depan toko. Sekarang dia dirumah Nina " jelasnya.

" Apa pingsan? Kok bisa ? " kali ini Bado yang bertanya.

" Gue gatau soal itu. Nina gue tanyain jawabnya gak jelas "

------- Perdonami

Disisi lain seorang pemuda nampak frustasi dengan kehidupannya. Leon. Pemuda yang duduk menyendiri di taman baca fakultas kedokteran itu. Sesekali mengerang mengeluarkan rasa kesal dari dalam dirinya.

Tentang keluarganya, itu benar benar membuatnya sulit bernafas. Ia seperti dijadikan robot oleh kedua orang tuanya. Semua keinginan orangtuanya harus ia sanggupi, sejak kecil ia selalu diharuskan patuh pada perintah orangtuanya. Hingga sampai ia sebesar ini ia belum diberikan hak untuk  mengatur hidupnya sendiri. Bahkan saat dulu ia ingin memlih jurusan arsitek dengan tegas kedua orangtuanya tidak menyetujui. Mereka menyuruh Leon memilih kedokteran padahal ia sama sekali tidak tertarik dengan jurusan ini, dan mirisnya lagi untuk kejadian semalam.. sekali lagi ia harus menjadi robot untuk kedua orangtuanya.

Semalam saat ia lebih memilih pergi ke kamar daripada menanggapi keributan keluarganya. Sebenarnya ia menyesal tidak seharusnya ia membiarkan Juno menhadapi itu sendiri.

Brugggh

Leon mengingat dengan jelas saat orangtuanya mendorong kasar Juno hingga terjatuh di papin kasar depan rumah mereka.

Dan ia juga ingat saat orangtuanya dengan tega tidak mengijinkan adiknya membawa motor yang selama ini menjadi sahabat kemanapun ia pergi.

" jangan harap kamu bisa bawa motor ini juga. Cepat pergi kamu dari sini ! "

Leon memukul-mukul kepalanya sendiri. " Arggghhh maafin kakak dek ". Bodoh kenapa ia bisa membiarkan adiknya tersiksa seperti itu.  Bahkan semalam saat adiknya berjalan tertatih dibawah guyuran hujan deras keluar dari gerbang rumah orangtuanya ia justru hanya bisa melihatnya lewat kaca bening kamarnya.

" Woi lo ngapain? Diputusin Osa, di usir dosen ap.. " Ucapan orang yang dengan tidak sopannya mengganggu Leon saat fikiran benar-benar tidak baik langsung terhenti saat kedua tangan Leon menggebrak meja dihadapannya.

" Diem lo Jar gue lagi setres !"  Jawabnya ketus

Orang yang namanya ternyata Fajar  itu langsung bungkam. Namun ia tidak pergi ia sekarang duduk mendekati sahabatnya itu.

" Sorry " Ujarnya lirih

" Gue setres Jar adek gue semalem pergi dari rumah " Leon mengacak-acak rambutnya frustasi.

Fajar memilih diam dulu. Ia lebih memilih mendengarkan kelanjutan cerita sahabatnya itu

" Keluarga gue emang sialan !. Adek gue di usir ama mereka dan gue sekarang gak tau dia pergi kemana. Argggh " Ucap Leon lagi ia memang memilik sifat terbuka apalagi pada sahabatnya. Ia tidak segan untuk berbagi.

Mendengar masalah Leon ia jadi ingat Juno yang diusir dari rumah. "Apa mungkin " batinnya.
" Tenangin diri lo Yon"Pemuda itu lalu menepuk pelan bahu sahabatnya menyalurkan ketenangan padanya.

" Kalo gue boleh tau nama adek lo siapa? " ucap Fajar lagi

Leon bergeming dan itu membuat Fajar mengehela nafas kasar.

" Semalem gue ketemu ama anak cowok sepantaran adek gue. Dia pingsan di depan toko. Dan pas tadi pagi gue tanyain kenapa bisa ia pingsan disitu terus bawa tas  ransel gede dia bilang kalau dia di usir. Yon apa adek lo namanya Juno? " sekali lagi Fajar berucap. Pemuda itu benar gatal ingin mengatakan tentang apa yang ia fikirkan.

Untuk seperkian detik Leon lalu menatap ke arah Fajar yang berda disampingnya. " I--itu adek gue dimana dia sekarang ? "
Jawab Leon sedikit terbata.

Fajar tersenyum tulus melihat perubahan raut wajah sahabatnya. " tenang dia ada dirumah gue "

Kritik dan saran ya ditunggu 😊. Kalo ada typo atau kata-kata yang gak pas bilang ya nanti bakal di perbaiki..

Thanks sudah mampir 💋💋

Perdonami ( Forgive Me )Where stories live. Discover now