U : Aku Masih Belum Mengerti Dengan Perasaanku Sendiri

Start from the beginning
                                    

          "Sa-saya tidak yakin, boss. Ki-kita terburu buru."

          "Tulisanmu itu memang buruk, Mario! Mau diperlambat pun tulisanmu tetap buruk! Aku menyesal sudah mempertahankanmu disini!"

          Mario tertunduk. "Maafkan saya, boss."

          "Sekarang suruh Sammy untuk mengirim email ke keluarga Gabriel! Dan ingat, jangan sampai terlacak! Kalau ada kesalahan lagi, aku tidak segan segan untuk menyuntikkan serum mematikan ke tubuh anak buahmu!"

          "Kau itu pemimpin barisan depan, Mario! Pintarlah sedikit! Pakai otakmu itu!"

          Arthur berjalan meninggalkan markas Vouss dengan rasa kesal yang belum juga reda. Rasanya dia ingin mencekik Mario sekarang juga tapi dia tidak bisa melakukannya.

⚫⚫⚫

          "Bagaimana? Apa benar Mario yang menulis suratnya?" Tanya Jesslyn saat melihat Arthur yang memasuki kamarnya.

          "Ya, dia yang menulisnya. Aku juga mengancamnya dengan cairan serum itu, hitung hitung sebagai bahan percobaan jika dia mengulangi kesalahan lagi."

          "Kau memang jahat, Arthur."

          "Hei, kau kenapa? Apa jangan jangan kau menaruh hati pada Mario?"

          Jesslyn gelagapan. "Ti-tidak! Mana mungkin aku menyukainya!"

          "Sudah aku duga. Kau menyukainya, bukan? Apa kau tidak bisa mencari yang lebih baik? Gerry misalnya. Dia ilmuwan hebat, pintar, dan kaya. Tidak seperti Mario."

          Jesslyn memalingkan wajahnya. "Aku masih belum mengerti dengan perasaanku sendiri."

          Perlahan Arthur berjalan ke arah Jesslyn lalu memeluknya erat

          "Aku akan mencarikan pasangan yang tepat untukmu. Sebagai sahabat, aku tidak mau kau menjadi sepertiku. Setidaknya sahabatku ini masih memiliki hati nurani dan juga lelaki yang pantas untukmu."

          "Terima kasih, Arthur."

          Jesslyn mendongak lalu mencium pipi Arthur.

⚫⚫⚫

          Alenna berjalan sedari tadi untuk menemukan pintu keluar apartemen ini. Dia tersesat di apartemen yang rumit itu. Seluruh ruangan yang penuh dengan penjaga menjadi kosong.

          Ini kesempatan bagus untuk bisa keluar dari sini, batin Alenna.

          Alenna menemukan sebuah pintu. Ia melihat ada Arthur dan Jesslyn disana. Mereka seperti tengah mengobrol. Mata Alenna terbelalak saat melihat Arthur memeluk Jesslyn.

          "Mereka itu keluarga atau sepasang kekasih? Aku sangat bingung. Jika mereka sepasang kekasih, kenapa nama belakang mereka sama sama Vouss? Bukankah ada larangan bagi keluarga yang mencintai satu sama lain?"

          Alenna melihat gerakan Jesslyn yang tengah mencium pipi Arthur. Entah mengapa ada sesuatu di dalam jantungnya yang terasa sesak. Ah, masa bodoh dengan mereka. Alenna pun langsung berlari mencari jalan keluar.

          "Hei gadis manis, mau kemana kau?"

          Seorang penjaga mendekati Alenna lalu memojokkannya di sudut tembok.

          "Cepat beritahu boss! Dia mau kabur!"

          "Ayo ikut!"

          Penjaga itu menyeret tubuh Alenna, sementara Alenna sibuk memberontak melepaskan gengaman tangannya.

          "Lepas! Lepaskan aku brengsek!"

          Penjaga bertubuh tegap itu langsung menggendong Alenna layaknya membawa karung beras.

          "Turunkan aku!" Alenna menjerit.

          Arthur berjalan mendekati penjaganya yang tengah menggendong Alenna. "Hei, ada apa ini?!"

          "Dia ingin kabur, boss."

          "Cepat turunkan dia. Bukankah sudah aku bilang untuk tidak menyentuhnya?!"

          "Ta-tapi dia memberontak, boss."

          "Biarkan saja. Dia tidak akan menemukan pintu keluar disini. Kembalilah ke pos jaga."

          Arthur menatap tajam ke arah Alenna yang tengah meringkuk ketakutan. Sepertinya gadis itu masih shock. Arthur berjongkok lalu menyentuh pundak Alenna, namun Alenna malah semakin histeris.

          "Hei ini aku, Arthur. Tenanglah, kau aman bersamaku. Aku tidak akan memakanmu."

          Mendengar kalimat terakhir Arthur, Alenna malah tertawa. Ia menatap Arthur dengan matanya yang sembab namun sudut bibirnya memperlihatkan bahwa ia tersenyum. Alis Arthur mengrenyit. Apa yang lucu? Pikirnya.

          "Aku mohon bawa aku pergi. Aku rindu melihat dunia luar. Aku tidak suka dikekang seperti ini."

          Arthur tersenyum hangat. "Kau mau keluar?"

          Alenna mengangguk pelan.

          "Baiklah, ikut denganku."

          Arthur membantu Alemna berdiri lalu menggandeng tangannya.

          "Tapi kau harus menutup matamu."

          Arthur melepaskan dasi yang dipakainya kemudian menutup mata Alenna dengan dasinya. Setelah itu, ia menuntun Alenna menuju parkiran bawah tanah.

~~

ABDUCT LOVINGWhere stories live. Discover now