28

4K 712 132
                                    

Seharusnya gue berdebar dengan keadaan sekarang, seolah-olah sedang disidak karena ketahuan berbuat sesuatu yang fatal setelah teriakan Bang Viandro beberapa saat lalu. Hah, risiko punya saudara yang bentukannya seperti si maha usil satu itu. Namun, gue malah menahan tawa sebisa mungkin saat melihat ekspresi Kak Jeka dipandangi oleh Mama dan Papa bergantian, lupakan si Abang karena doi sebagai tersangka yang menggagalkan acara peluk mesra gue dan Kak Jeka, sudah duduk aman di depan televisi yang menyala dengan mata fokus ke ponsel.

Sepertinya Mama dan Papa nggak sempat melihat karena gue buru-buru melepaskan pelukan (truthfully saying, pipi gue panas nyebutnya). Tetapi tetap aja, ini cukup mengagetkan.

"Yeriana punya pacar?!" Mama berkerut kaget setelah Kak Jeka membenarkan. Seolah-olah ini adalah hal yang nggak mungkin banget terjadi kepada gue. Nggak cukup anak-anak Bule Topoki yang mempertanyakan, orangtua gue pun turut beranggapan ini mustahil.

Sial? Sial.

Lain halnya dengan Papa yang sejak tadi diam, tetapi fokusnya menatap lamat Kak Jeka, memindai seluruh tubuh pacar gue nan malang itu sampai ke isi-isinya. Ini baru hitungan beberapa hari kami pacaran, tetapi sudah harus menghadapi orangtua gue seperti ini. Keki gila! Viandro Kim owes me something; a blood war.

"Baru jadian," Bang Vi bersuara pelan yang bisa gue dengar, "Tapi tadi ya, Ma–"

"Kangeeeen!!" Gue dengan sigap memeluk Bang Vi dari belakang, mengunci leher biang onar ini karena sudah tahu kalimat apa yang akan keluar selanjutnya. "Kemarin Teteh Joyceline nanyain lo, dong!"

Gue berbohong untuk kebaikan, sambil terus mencekik leher Abang dan tersenyum. Mama tiba-tiba menarik gue ke belakang tepat setelah Bang Vi terbatuk-batuk dan mengucap kata ampun dengan lirih.

"Anak siapa blangsatan gini? Awet banget."

"Ha? Joyceline nanyain gue?"

Bang Vi dan Mama bersamaan merespon gue, dengan Abang yang menarik lengan gue dan Mama yang menepuk dahi beliau sendiri. Kalau nggak dramaris, ya bukan keluarga Kim namanya.

"Pft."

Kami semua langsung kompak berhenti dari scene dramatis tersebut saat suara orang menahan tawa terdengar. Semua pandangan pun tertuju kepada si objek utama penyelidikan hari ini; Kak Jeka.

".....eh– maaf, Om. Maaf, Tante." Kakak pacar langsung menyengir dengan gigi putih rapi yang diunjuk ke orangtua gue, badannya membungkuk beberapa kali ke depan.

Suasana jadi diam, entah karena Kak Jeka yang tiba-tiba tertawa yang bisa saja dianggap nggak sopan, atau karena Papa yang sekarang meletakkan tangannya di pundak Kak Jeka. Lo tahu? Seperti gestur bapak-bapak lagi memberi wejangan ke anak lanangnya.

"Kamu heran, 'kan? Sama, Om juga heran waktu pertama kali lihat dia seperti itu. Kharismanya."

Mereka berdua baik-baik aja, 'kan?

"Papa sama Kak Jeka masih bahas topik kita di Bumi ini? Masih di Bumi, kah?" Gue bertanya karena khawatir pikiran mereka berdua udah sampai di dimensi lain.

Bukan Papa yang menjawab, tetapi Kak Jeka. Dia bergeleng ke arah gue, lalu fokusnya beralih ke Mama dengan tatapan ramah. "Lucu aja lihat heboh gini," jelas Kak Jeka sambil sekarang menggaruk kepalanya, lalu mengangguk ke Papa yang masih tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang