4

5.8K 1.2K 108
                                    

Mama benar-benar membangunkan gue jam tiga pagi. Tepatnya limabelas menit sebelum jam tiga alias lebih cepat. Gue terpaksa bangun dari alam mimpi, padahal gue sedang mimpi diajak jalan-jalan dan gandengan tangan dengan Kang Cheol. Akhirnya dengan keterpaksaan ini, gue pun beranjak mandi.

Gila mantap! Air di Bandung dingin banget. Gue berasa menyeburkan diri ke kolam Antartika.

Lagi asik mandi, tiba-tiba Mama berteriak dari luar. "Dek, itu kerannya bisa air anget!!"

TELAT, MA! TELAT!

Anakmu ini udah membeku kayak Avatar Aang seratus tahun sebelum ditemukan Katara.

Gue bersiap memakai seragam SMA gue. Padahal baru beberapa bulan yang lalu, tapi gue sudah merasa aneh kembali memakai seragam. Gue menggerai rambut karena masih basah. Sengaja keramas biar segar dan wanginya plong. Gue nggak suka mengeringkan rambut memakai hairdryer, lebih suka membiarkan rambut gue kering secara alami. Cuma diusap sedikit aja, jangan sampai digulung pakai handuk dan dibiarkan lama. Itu salah satu tips yang gue dapat dari menonton seorang Beauty Vlogger.

Setelah itu nggak lupa sepatu, blazer, dan ransel. Sudah siap!

Gue sarapan roti tawar ditambah susu kotak Ultra Milk stroberi kecintaan sepanjang masa sambil menunggu Papa bersiap dan Mama yang masih berusaha membangunkan Abang. Setelah semua selesai, kami melaju menuju gedung tempat daful kampus gue diadakan.

***

Di depan gedung daful, gue cipika-cipiki dengan Mama dan Papa. Abang pun nggak ketinggalan mengusap-usap kepala gue sayang. Seperti anak kucing, kepala gue sampai tertunduk-tunduk.

Akhirnya Abang mengakui. Abang bilang dia masih nggak rela gue beranjak dewasa. Nggak ada teman main di rumah, katanya. Teman rusuh bareng, berantem bareng, dan terutama partner membujuk Mama dan Papa dalam masalah keuangan.

Setelah sesi dadah-dadah manja, gue ikut mengantre di barisan.

Serius, deh. Di sini ramai banget. Seolah gue sedang ikut antrean masuk ke venue konser. Padahal masih jam empat, loh!

Di sepanjang koridor menuju antrean, terdapat kakak-kakak mahasiswa yang sepertinya bertugas sebagai penunjuk jalan. Ada yang memakai baju berwarna merah dan putih.

Yang berbaju merah memandang gue dan beberapa anak SMA alias calon mahasiswa baru (maba) lainnya dengan tatapan tajam, sambil mengatakan, "Fakultas A-D di sebelah kanan saya. Fakultas E-G di sebelah kiri saya. Perhatikan jalannya."

Antreannya semakin panjang, tapi seenggaknya gue masih berada dalam hitungan ratusan. Gue nggak bisa membayangkan harus berdiri tegak, bengong, dan cuma melihat-lihat dalam waktu lebih lama.

"Halo! Boleh kenalan?"

Tiba-tiba calon maba yang berbaris di belakang gue menyapa. Aneh juga dia langsung menawarkan diri untuk berkenalan. Gue maklumi, sih. An awkward question in an awkward situation.

Kalau gue jawab enggak, entar dia malu. Jadi, gue jawab aja boleh.

"Chelsea, nama kamu siapa?"

"Yeriana."

"Fakultas apa?"

"FMIPA."

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang