26

4.8K 915 266
                                    

this chapter will be long ass ride, contains another drama and lots of cringe but i love it xoxo

this chapter will be long ass ride, contains another drama and lots of cringe but i love it xoxo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue salah ngira mulu." Egi berceletuk saat gue meletakkan tas.

Baru selesai UTS matkul pertama, gue dan Egi memilih pulang daripada menerima ajakan Mark untuk membahas lembar soal di kampus. Anak ambis memang beda, sedangkan gue nggak mau membahasnya sekarang. Kalau tahu banyak jawaban gue yang salah, nanti gue kepikiran dan nggak fokus belajar untuk UTS minggu depan.

"Ngira apa?" balas gue, berjalan ke dapur untuk mengambil air minum dari kulkas.

"Ini," seru Egi yang membuat gue menoleh. Dia menarik gantungan kunci miniatur kotak Ultra Milk stroberi yang gue pasang di tas. "Gue suka refleks mau narik ini karena ngira ada sampah nyangkut di tas lo."

Sontak gue merotasikan mata. Ya elah! Gue kira hal penting apa.

"Lo masih nggak tahu siapa yang ngadoin ini pas pelantikan?"

Gue mengedikkan bahu dan merebahkan tubuh di sofa. Malas mencari tahu, meski kepercayaan diri gue mengatakan kalau orang yang memberi kado tanpa nama ini berniat lebih dari sekadar iseng. Gue sering skeptis belakangan ini. Gue menjadi lebih awas untuk nggak mentah-mentah bersikap kepo seperti saat awal-awal gue mengenal Kak Jeka.

Sudah satu minggu semenjak makrab dan pelantikan UKM Band di Lembang. Kegiatan sehari-hari gue yang membosankan, sekarang lebih asik. Gue sering ke sekretariat kalau ada jamkos. Akhir pekan pun ada kegiatan terjadwal entah latihan, rapat koordinasi, atau sekadar ngumpul. Beberapa kating di unit juga berbaik hati mengadakan tutor gratis H-3 ujian untuk para maba.

Sudah sepekan pula Kak Jeka lenyap dari radar, baik di kampus atau di keseharian. Apa gue senang? Masih baper? Atau justru merasa bersalah dan menyesal? I'm going to be honest; there is something off here. Rutinitas gue dan Kak Jeka berkirim pesan, serta kebiasaan dia menjemput gue hampir tiap pagi, sekarang nggak ada lagi. Tentu gue belum terbiasa.

Selama bolak-balik sekretariat pun gue belum pernah berpapasan dengan Kak Jeka. Gue tahu dia lebih aktif di himpunan jurusan daripada unit. Selain itu, dia juga cukup aktif di kegiatan terpusat. Mungkin itu alasannya dia jarang ada di sekretariat UKM Band.

"Cel? Bengong mulu dari tadi." Kaki Egi melambai-lambai di depan wajah. Gue refleks menepis kaki laknat tersebut.

"Gue lagi nggak mood gelut, ya."

"Tahu, kok."

"Kalau udah tahu, jangan ganggu anjir."

"Astaghfirullah. Kok gitu omongannya?" Egi yang awalnya berbaring di atas karpet, kini duduk dan menempatkan kepalanya di sisi sofa. "Lo mah nggak asik. Masa gara-gara Jeka doang jadi gini."

Gue menghela napas sabar sambil menurunkan volume TV. "Lo, sih, keasikan sama Kak Jimi, sampai lupa nasib kejombloan gue. Teman macam apa lo?"

Egi mendadak tertawa dan mencubit lengan gue geram. Tertawa mode sinis, bukan karena senang karena gue sebut lagi dekat dengan Kak Jimi.

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang