23

4K 924 237
                                    

Sekali lagi, gue memastikan nggak ada spek yang kurang. Sesuai informasi dari panitia kaderisasi pekan lalu, kami akan mengadakan makrab Sabtu-Minggu di salah satu vila daerah Lembang.

"Udah sarapan?" Mark menyambut gue dengan pertanyaan rutin, lalu membantu meletakkan tas gue ke bangku tengah mobil.

Gue menggeleng, masuk ke dalam mobil dengan tangan menenteng sepatu. Di dalam mobil, gue memakai sepatu selagi Mark mengambil sesuatu dari belakang.

"Itu yang warna biru sleeping bag lo. Sewanya pakai KTM gue, kolektif. Ceban semalem."

"Kok uang sewanya ditagih juga?" Gue pura-pura protes, kemudian menerima roti selai yang Mark sodorkan. "Ultra Milk sekalian."

Mark tentu berdecak kesal karena gue babuin, sedangkan gue cuma bisa tertawa jahil. Dia kembali berbalik untuk mengambil satu kota susu dari saku tas gue.

"Maaf, gue masih mahasiswa. Sepuluh ribu itu mahal buat gue," gerutunya.

"Iya, iya. Canda doang. Sensi lo kalau sama duit." Gue lagi-lagi terkekeh sambil mulai mengunyah roti pemberian Mark. "Maaciw," ucap gue lagi ketika susu stroberi kesayangan sudah di tangan.

Mark mendengus, kemudian mulai mengemudi. Kami akan berangkat ke vila menggunakan transportasi yang disediakan panitia, jadi Mark berencana menginapkan mobilnya di parkiran kampus.

Tentang Kak Jeka, gue sudah cerita ke Mark dan lainnya. Awalnya mereka heboh, kecuali Dodoy yang sudah tahu lebih dulu dari kating di unit. Selain si teteh Joyceline, cowok bernama Dion Yudha tersebut juga cukup up-to-date akan rumor, gosip, atau berita heboh kampus.

"Kata Bang Terra, yang cerita Bang Jeka sendiri." Mark menginfokan dari mana berita itu menyebar ke UKM Band. "Bang Jeka cuma cerita ke temennya, tapi lo tahu sendiri orang-orang bakal jadi ceriwis kalau ada gosip."

Gue mengambil tisu dari dashboard, lalu melipatnya asal selagi menyimak ucapan Mark. Kekesalan pun nggak bisa gue elak.

"Kalau lo bete karena lagi-lagi jadi pusat perhatian, cuekin aja, Ri. Lo cukup tutup telinga kalau ada yang bahas itu."

Mendengarnya, gue pun membalas. "Ya, semoga aja doi nggak mulai lagi. Lo udah dengar sendiri cerita gue. He really is that annoying."

"Paham gue, paham." Mark menggerakkan persneling saat kami sudah sampai di kampus. "Tapi lo juga harus dengar kata gue ini."

"Apaan?" Gue menaikkan alis serius.

"Yang bego itu Bang Jeka, bukan lo. Dia clueless untuk serius ke lo padahal jelas-jelas dia tertarik." Mark mengambil tasnya dari belakang dan membuka sabuk pengaman. "Dan karena lo lebih waras dari dia, mungkin emang harus lo yang mulai."

"Maksud lo, gue harus ngegas balik, gitu?" gerutu gue, benar-benar nggak habis pikir dengan kalimat cowok satu ini.

Mark enggan membalas, tapi tertawa sambil mengulurkan tangannya. "Sini, sleeping bag lo gue yang bawa."

***

"Yeriana." Kak Suga menyahut. Gue pun berlari menghampiri. Terima kasih Kak Wendy dan grup Trio Bantet, kadar kemanusiaan Kak Suga ke gue berangsur meningkat.

[1] STUNNING [New Version] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang