Who?

12 4 0
                                    


Ia hanya mengamati apa yang sedang orang itu lakukan melalui  bayangannya. Kepalanya menengok ke kanan kiri seperti sedang mencari sesuatu dan kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.

-justdoubt-

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Aku masih harus berjaga di pos depan agar  mereka tidak curiga, dan entah hanya perasaanku saja atau tidak, aku merasa seperti sedang diawasi. "

"...."

"Baiklah Kita tunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Aku akan meneleponmu lagi nanti."

Untuk sesaat bayangan orang tersebut masih belum bergeming dari tempatnya, kepalanya kembali menengok ke kanan kiri. Baru setelah itu suara derap langkah kaki juga bayangannya menjauh dari tempat Remi bersembunyi.

Remi masih terpaku ditempatnya. Ia terlalu terkejut atas apa yang ia lihat dan ia dengar. Sesaat nafasnya merasa tercekat. Tangannya sedikit basah dan untuk kali ini ia merasa sangat takut dan pemikiran-pemikiran buruk langsunh menghantui isi kepalanya.

Tak mau berlama-lama terdiam disana, akhirnya Remi menggerakan badannya kembali masuk ke kamar dan menguncinya. Ia merasa tidak tenang dan sepertinya ia tidak akan bisa tidur tenang malam ini.
Beberapa kali ia mencoba memenjamkan matanya tapi tetap saja tidak bisa. Tubuhnya selalu bersikap was-was setiap ia mndengar suara kecil sekalipun. Walau di rumah ada banyak sekali bodyguard yang berjaga belum lagi ditambah para maid yang tinggal di rumah ini, tetap saja hal itu tak bisa menjamin Remi untuk tidak merasa was-was sekarang.

Kepalanya terasa sangat pening sekarang karena kejadian tadi.

Remi's POV

Apa yang dimaksud orang tadi? Siapa dia? Aku merasa pernah melihatnya tapi aku lupa dimana.
Apakah orang yadi ingin berniat buruk? Tapi apa tujuannya? Apakah dia mata-mata yang bertugas mengawasi rumah ini? Dan siapa orang yang berbicara dengannya di telepon?
Kenapa ia memegang surat dengan cap? Apa isinya? Siapa sebenarnya dia?

Ughhh, pemikiran-pemikiran sialan ini membuatku tidak bisa tidur sekarang padahal tadi aku mulai mengantuk.

Remi melirik jam di atas nakasnya.

" Jam dua. " gumamnya kecil. Sekali lagi ia memaksakan matanya agar mau menutup, dan usahanya berhasil. Ia tertidur dengan lelap, lelah atas semua pemikiran-pemikirannya tadi.

-justdoubt-

Tet... Tet... Tet...

Dengan mata yang masih terpejam, tangannya mencoba meraih alarm yang sejak tadi terus mengganggu tidurnya.

Klik.

Masih jam 8.

1detik

2detik

3detik

4 detik

5 detik

APA?? Jam 8? Mati gue telat sekolah.

Refleks, ia langsung loncat dari tempat tidurnya dan lari ke kamar mandi. Setelah ia membersihkan tubuhnya dan memakai seragam ia langsunh mengambil tas berwarna biru ke bawah dan menarik Ifa serta Deno yang sedang makan ke dalam mobil.

"Hey, apa yang kau lakukan?"
Dengan nada yang sedikit tinggi diikuti ileh tatapan bingung Deno dan Ifa terhadap Remi.

"Aduhh... udah telat banget ini, kena hukuman sama guru deh kalo gini caranya. Kalian juga kenapa enggak bangunin gue tadi pagi sih? Kan gue jadi telat. Emang kalian mau dihukum? "

Only DoubtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang