Comeback

41 4 1
                                    

mobil mewah berwarna hitam itu mulai memasuki pekarangan rumah seseorang dan 3 remaja yang masih berberpakaian seragam sekolah keluar dari mobil tersebut dan melangkahkan kaki mereka ke dalam rumah dengan tiang marmer itu.

Seorang wanita paruh baya, bi Meni menyambut mereka dan mempersilahkan mereka masuk sementara seorang wanita yang bergaya fashionable terlihat sedang turun dari tangga dengan anggunnya sambil melemparkan senyum kepada mereka.

Anak gadisnya yang melihat hal itu sedikit merasa kagum pada ibunya walau sebentar karena tak lama ia langsung menekuk wajahnya dan memainkan ponselnya sambil berbaring diatas sofa ruang tengah. Tak lama bi Meni datang sambil membawa sebuah nampan berisi 4 gelas teh dan menaruhnya diatas meja.

"Gimana sekolah kalian tadi?" kata ibunya masih tersenyum ke arah mereka dan mendengar hal itu Remi hanya meresponnya dengan mengambil segelas teh yang langsung ditenggak habis olehnya dan menaiki anak tangga demi anak tangga menuju ke kamarnya meninggalkan ibunya yang terdiam dan sedikit lesu melihat anaknya seperti ini.

-justdoubt-

Author's POV

Tok tok tok!

"Masuk.."
Lalu seorang pria yang masih berpakaian jas lengkap masuk dengan senyuman yang brida berubah sejak ia mengasuh anak laki-lakinya dari kecil.

"Gimana sekolahnya? Kamu betah di sekolah yang baru?"
Kacamata yang bertengger di batang hidungnya ia taruh diatas nakas disamping meja belajar lalu membalikan badannya hingga berhadapan dengan ayahnya yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Sekolahnya enak kok pa, orangnya juga ramah-ramah."
Jawabnya dengan memancarkan senyum yang mirip sekali seperti ayahnya begitupun wajahnya hanya saja mata biru dan lesung pipitnya dia dapatkan dari ibunya.

"Terus cewek-ceweknya? "
Lanjutnya dengan smirk menghiasi wajah ayahnya, sementara anak laki-lakinya itu hanya menggeleng dan tersenyum ke luar jendela begitupun ayahnya yang ikut tersenyum ke luar jendela kamar anaknya yang menyuguhkan pemandangan kota Jakarta saat malam.

"Papa..."
"Hmm.."
"Bagaimana ya keadaan mama sekarang? "
"Entahlah, papa juga tidak tahu."
Ia hanya tersenyum pahit ke arah anaknya dan berbalik berjalan menuju pintu kamar anaknya, saat sampai diambang pintu suara seraknya kembali terdengar.

"Leo, seminggu yang lalu nenek pergi menyusul kakekmu dan ayah ingin mengunjungi makamnya besok. Kalau kamu mau ikut, besok jam 12 pergilah ke kantor ayah kita akan pergi jam 1. "

Dan suara pintu ditutup terdengar ditelinganya.
Ia berjalan ke tepi ranjangnya dan duduk termenung disana.

-justdoubt-

Bulir-bulir airmata turun seiring langkah kakinya yang semakin mendekat ke makam neneknya. Dulu ia sangat dekat dengan neneknya. Dulu ia sering bercanda dan memeluk neneknya sampai, saat dia dibawa  ayahnya pergi dari rumah, berpisah dengan nenek, ibu dan adiknya untuk pindah ke Jakarta. Ia bahkan tidak pernah tahu kabar ibu dan adiknya sekarang. Sejak saat itu ia tidak pernah lagi  mengunjungi neneknya dan tidak tahu bagaimana kabarnya.

Gino, ayahnya juga merasakan hal yang sama dengannya. Ia merasakan rasa penyesalan yang sangat dalam atas kepergian ibunya. Ia sudah tidak pernah menjenguknya lagi seperti dulu. Ia juga tidak pernah menelepon walau hanya menanyakan kabarnya. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan dan bisnis yang ia jalankan sampai tak mempunyai waktu untuk ibunya itu.

Sekarang yang bisa mereka lakukan hanyalah memandangi sebuah nama yang terukir indah di sebuah batu nisan.

"Ayah..." panggil Leo seraya menepuk bahu ayahnya lembut. Menyalurkan kekuatan untuk ayahnya dan untuk dirinya juga. Mereka berdiri dan memandangi sejenak makam di depan mereka lalu berbalik, berjalan menuju mobil.

Di dalam mobil hanya ada kesunyian, tidak ada satupun yang berbicara. Hanya melihat orang yang berlalu lalang dijalan. Menit demi menit berlalu dan sampailah mereka di sebuah rumah tua yang masih terawat. Cat warna cream mendominasi rumah itu. Rumah itu masih sama seperti dulu. Kenangan-kenangan yang pernah mereka buat di rumah itu masih membekas di benak mereka.

Tak mau berlama-lama memandangi, mereka langsung masuk ke dalam rumah itu.

Leo's POV
Kamar ini ternyata belum berubah. Masih sama seperti saat aku masih kecil.

Terlalu banyak kenangan yang aku buat di rumah ini. Semuanya seperti kembali berputar di hadapanku. Aku masih bisa mengingat dengan jelas wajah nenek yang tersenyum kepadaku dan marah saat aku membuat nangis adik kecilku.

Ah, adik kecilku itu gimana ya keadaannya? Sudah sangat lama sejak terakhir aku melihat wajahnya. Lalu ia membayangi lagi kenangan waktu ia masih kecil. Bermain bersama dengan adik kecilnya... bermain bersama, membuat nangis adiknya, saat mereka tertawa bersama dan sampai sekarangpun ia masih ingat makanan kesukaan adiknya itu, soup bayam.

-justdoubt-

Jangan lupa ya di VOMENT.... maaf kalau ada banyak typo bersebaran.

Greget gk sih?nantikan part selanjutnya ya... btw yang dj mulmed part sebelumnya itu adalah.... jeng jeng jeng....
Si Leo waktu kecil. Cakep gak? Yang jomblo jangan ngiler yaa wkwkk...

See you

Only DoubtWhere stories live. Discover now