[ Part 20 - Mangirut ~ Tercabik ]

Start from the beginning
                                    

Para gadis itu berbisik-bisik antusias, Tommy ingat janjinya pada Rayn untuk off the record tentang istrinya sehingga tidak banyak berkomentar.

---

Rayn melihat Tommy dan melambaikan tangannya pada pemuda itu.

Tommy segera menghampiri Rayn dan menyalaminya.

"Bagaimana kabarmu, Tommy?"

"Baik, Sir...ada keperluan apa sehingga sore begini menyempatkan diri ke SMA Merah Putih?"

"Menjemput istri, dia baru selesai mengikuti ujian kesetaraan..." Rayn melepaskan pelukannya pada pinggang Nila dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. "SMA ini tidak banyak berubah ya..." Rayn membuka jasnya dan memakaikannya ke bahu Nila. "Tommy, bisa aku minta tolong?"

"Ya?"

"Bolehkah aku melihat beberapa ruangan? Terutama ruang OSIS?"

"Baiklah, tunggu sebentar, saya akan mengambilkan kuncinya di pak Tomo, penjaga sekolah..."

Alis Rayn terangkat. "Pak Tomo masih menjadi penjaga sekolah di sini?"

"Iya, kenapa, Sir? Sekarang penjaganya ada dua sih, pak Tomo dan pak Supri, penjaga yang baru, mereka berdua tinggal bersama di rumah penjaga sekolah,"

"Wah, baiklah, jadi semakin bernostalgia, hei, Nila, kau mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Akan sedikit kuceritakan tentang sekolah ini padamu, kau kan tidak mengikuti sekolah formal, aku akan memberikan gambaran tentang sekolah formal padamu..."

Nila mengangguk antusias.

"Kau boleh pulang Harris, nanti biar Nila pulang bersamaku..."

"Tapi tuan, anda tidak bisa pergi tanpa pengawalan..."

"Ini lingkungan sekolah, Harris, tidak ada yang berbahaya di sini..." Rayn tersenyum memandang Harris yang menatapnya cemas.

Akhir-akhir ini Rayn semakin ramah dan murah senyum, tidak seperti yang digambarkan oleh media kalau lelaki itu dingin dan tidak berhati.

"Baiklah tuan muda, sebaiknya jangan terlalu lama, anda tidak boleh membiarkan nona muda basah kuyup seperti itu terlalu lama..." Harris memandang gaun Nila yang cukup basah karena bermain hujan.

"Aku tahu, jangan khawatir..."

"Kalau begitu saya permisi..."

"Hmm..."

---

Rayn mengikuti Tommy menuju ke pojok sekolah, sebuah rumah mungil nan asri milik penjaga sekolah mengingatkannya, di masa lalu dia dan Katya sering mengunjungi pak Tomo dan mendengarkan cerita lelaki itu tentang jaman perjuangan. Pak Tomo sudah lanjut usia dan mungkin karena melihat pak Tomo yang sebatang kara, pihak sekolah tetap memperkerjakannya dibantu dengan Pak Supri yang merupakan pegawai negeri baru yang sebenarnya menggantikan pak Tomo.

Tommy mengetuk pintu rumah mungil itu dan tak berapa lama seorang lelaki paruh baya keluar.

"Eh, den Thomas, mangga masuk, mau dibuatkan teh manis hangat untuk anak jurnalistik yang lembur ya?"

"Enggak pak Supri, tadi anak-anak sudah makan bareng di restoran cepat saji di depan sekolah, ini, ada tamu mau bertemu pak Tomo, sekalian Tommy mau minjam kunci ruang OSIS... Dika sudah pulang dari tadi siang sih, soalnya OSIS belum sibuk bulan ini..."

"Oh iya, satu kuncinya di den Mahardika ya, kan ketua OSIS. Satunya di mamang. Mari den, sama tamunya, mangga masuk saja..."

Rayn melihat sekeliling, suasananya masih sesederhana dulu. Lelaki itu menepi, mempersilahkan Nila yang berdiri di belakangnya untuk memasuki ruangan. "Ayo Nila, duduklah..." kata Rayn.

Borneo DarknessWhere stories live. Discover now