'Apa mungkin acara sebesar ini adalah acara untuk anak berusia 12 tahun?'
Tidak berapa lama seisi ruangan terdiam, dan semua orang berubah fokus kepada seorang pria yang berada di atas panggung kecil di dalam ruangan itu, begitupun dengan Yuza.
"Terimakasih untuk kalian semua yang sudah mau datang diacara ulang tahun putraku satu-satunya, Akiyama Vin."
Terdengar tepukan tangan dari seluruh tamu yang berada di ruangan itu, sedangkan Yuza meneteskan air matanya. Sedih rasanya, Ayahnya sendiri tidak menganggapnya.
Tanpa sadar Yuza perlahan mulai berjalan ke depan. Ia ingin memberitahukan pada ayahnya bahwa ia ada disini.
Dia ingin mengatakan, 'Ayah ini putramu Yuza... aku sudah pulang.'
Yuza terus berjalan tanpa ia sadari semua perhatian mulai teralihkan kepadanya. Orang-orang itu perlahan menjauh dari Yuza. Raut wajah mereka tampak jijik, sebagian dari mereka menutup hidung karena mencium bau tidak enak dari tubuh Yuza.
Langkah Yuza terhenti saat ia berhadapan langsung dengan seorang anak yang benar-benar mirip dengannya. Hanya saja anak itu terlihat bersih dan rapi dengan jas hitam yang dipakainya, rambutnya terlihat rapi, sangat berbeda dengan Yuza.
"Kakak?" ucap anak yang mirip Yuza itu. Dialah Vin, adik kembar Yuza. Vin menatap Yuza dengan matanya yang perlahan mulai memerah, merasa terharu ketika melihat kakaknya berdiri di depannya saat itu juga. Bagaikan mimpi indah yang menjadi kenyataan bagi Vin. "Sudah kuduga, Kak Yuza masih hidup!"
ketika suasana langsung riuh dengan suara dari para tamu yang saling berbisik.
Kakak?
Apa maksudnya itu adalah saudara kembarnya yang sudah meninggal?
Kenapa dia ada di sini?
Apa tuan Akiyama selama ini menyembunyikannya?
bisikan-bisikan itu terdengar sangat mengganggu di telinga Ayah Yuza.
"HENTIKAN!! PULANGLAH.., ACARANYA SAMPAI DISINI!!! PULANGLAH KALIAN SEMUA!!!" teriak Tuan Akiyama yang sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.
Tidak lama kemudian ruangan itu menjadi sepi, hanya tinggal Yuza, Vin, Ayah dan Ibunya, serta tuan dan nyonya Takahashi, yang tidak lain adalah paman dan bibinya Yuza.
Tuan Akiyama lalu turun dari panggung itu dan langsung menarik Yuza. Ia menariknya kedalam suatu ruangan. Ibu kandung Yuza kemudian berdiri dan menatap tuan Takahashi dan istrinya.
"Kalian berdua pergilah-"
"Apa itu Yuza? Kakaknya Vin kalian bilang sudah meninggal?" tanya tuan Takahashi yang bingung.
"Pergilah kumohon... ini urusan keluarga kami." mohon Nyonya Akiyama kepada adik dan menantunya.
"Tenanglah, Kak." Nyonya Takahashi mencoba menenangkan kakaknya, "aku dan Kentaro akan pergi sekarang, tenangkanlah dirimu Kak." Ibu Yuza hanya mengangguk pelan untuk menanggapinya.
***
Di dalam ruangan itu Yuza terus berteriak kesakitan. Ia ternyata sedang dipukuli Ayahnya sendiri. Yuza terus berteriak dan menangis sekencang-kencangnya.
Namun, Ayahnya tidak mengindahkan tangisannya. Tuan Akiyama bahkan semakin memperkeras pukulannya.
"Dasar anak kurang ajar! Siapa yang menyuruhmu keluar dari gudang?! Kau sudah membuatku malu, dasar anak pembawa sial."
Di sudut ruangan Yuza melihat Kei terisak, Kei tidak dapat membantunya, Kei hanyalah seorang anak kecil sepertinya.
Hal itu terus berlanjut sampai ayahnya merasa lelah. Ia meninggalkan Yuza yang sudah pingsan begitu saja.
***
Besoknya, Yuza terbangun dan mendapati dirinya di dalam ruangan. Sekujur tubuhnya terasa sangat perih karena pukulan yang diberikan Ayahnya semalam.
Sekali lagi Yuza menangis sangat keras. Bukan hanya fisik, perasaannya pun terasa sangat hancur. Seakan-akan dia ingin membalasnya, namun ia tak bisa, ia hanyalah anak kecil.
"Yuu.."
Ia mendapati Kei ada di sampingnya sambil tersenyum lirih.
"Kei, ya?" sekali lagi air mata Yuza mengalir dari matanya yang bulat.
Kei lalu memeluknya. "Tidak apa Yuu, kau akan baik baik saja, aku ada disini, aku akan selalu bersamamu, tenanglah Yuu, aku adalah sahabatmu."
"Terimakasih, Kei." Yuza berterimakasih dengan nada yang lirih dan pedih kepada Kei.
"Sekarang, tidurlah! Aku akan menjagamu di sini." Yuza kembali menutup matanya, ia tertidur di pangkuan sahabatnya, Kei.
***
Malam itu Yuza terbangun. Tetapi kali ini dia ada di pekarangan di depan rumahnya. Terlihat sangat ramai di sekelilingnya.
Ada apa ini? Pikir Yuza
Saat ia melihat kerumahnya, ia hanya bisa melihat api yang terus berkobar. Rumahnya telah dilahap si jago merah.
Ia hanya mampu terdiam, ia terpaku ditempatnya, ia terus memikirkan Vin dan Orang Tuanya, ia berdiri sambil menahan rasa sakit di tubuhnya, dan langsung menerobos para kerumunan, berharap menemukan Vin dan Orang Tuanya, tapi nihil, ia tidak menemukan satupun dari mereka.
Malam itu, tepat pukul 24:00 pada tanggal 22 Juli. Kebakaran besar melahap sebagian besar kediaman keluarga Akiyama.
Letak rumah yang jauh dari perkotaan—aksesnya jauh dari pemadam kebakaran—serta angin malam yang semakin memperparah kebakaran itu menyebabkan terlambatnya waktu pemadaman api dan keluarga Akiyama tidak dapat diselamatkan.
Besoknya, ketika para petugas mulai memunguti sisa-sisa kebakaran. Di sana terdapat 3 jasad. 2 orang dewasa, wanita dan pria, dan 1 jasad anak kecil.
Dengan bukti itu pun, maka Akiyama George, Akiyama Maaya, dan Akiyama Vin, dinyatakan meninggal dunia.
Dan itu adalah awal dari nasib buruk yang akan selalu mengikuti Yuza.
###
YOU ARE READING
'Curse Yuza' (END)
Mystery / ThrillerNamanya adalah Yuza, mereka menganggapnya kutukan, semua itu karena siapapun yang mendekatinya akan MATI.
Part 1
Start from the beginning
