"Bukankah hari ini ulang tahunmu juga, Yuza?" tanya Kei bingung.

"Iya, hari ini ulang tahunku juga, aku dan Vin adalah saudara kembar. Kau tahu Kei, dulu aku dan Vin sering mengerjai orang lain dengan berpura-pura mengubah identitas kita." jelas Yuza dengan wajah yang dipenuhi dengan keceriaan. Menjelaskan soal kembarannya itu tentu selalu dapat membuat Yuza bersemangat.

Ya, Yuza sangat menyayangi Vin, adik kembarnya, bergitu pun sebaliknya.

Kei ikut senang melihat Yuza yang sangat semangat menjelaskan tentang Vin. Dengan sendirinya, Kei ikut tersenyum melihat Yuza.

"Oh ya, benar juga, dulu aku dan Vin merayakan ulang tahun kita bersama-sama, kita meniup lilin ulang tahun bersama-sama, dan juga membuka kado ulang tahun kita bersama-sama. Dulu rasanya sangat menyenangkan..." ekspresi Yuza berubah sedih ketika ia teringat masa-masa menyenangkannya bersama sang adik yang tidak pernah lagi ia rasakan.

"Yuza..," Kei ikut sedih melihat Yuza. "Ayo kesana! Kau ingin bertemu dengannya kan?" kali ini Kei terdengar antusias.

"Eh? Tapi, aku kan.." Yuza terdengar ragu dengan ajakan Kei.

"Tapi apanya? Lagi pula hari ini kan ulang tahunmu juga Yuza, kau harus merayakannya bersama Vin, kalian saudara kembar 'kan? Jadi kalian harus merayakan apa pun bersama-sama." Kei mencoba meyakinkan Yuza.

"Tapi... bagaimana caranya kita keluar dari gudang ini?"

"Pecahkan saja kaca jendela itu!" saran Kei singkat namun terdengar berbahaya.

"E-eh? Aku tidak mungkin melakukannya! Ayah dan Ibu pasti akan memarahiku."

"Lalu harus lewat dari mana lagi? Jendela itu terkunci dari luar, pintunya juga dikunci. Apa kita harus menembus dinding?"

"Benar juga, tapi-"

"Ayo cepat lakukan saja!"

"B-baiklah."

PRANK--

Kaca jendela gudang itu akhirnya pecah. Sebelum keluar Yuza membersihkan sisi jendela itu dari pecahan kaca agar tidak ada yang terluka saat melewatinya.

Rasanya sangat melegakan saat Yuza mulai menapaki kakinya di rumput halaman belakang rumahnya.

Akhirnya ia dapat menghirup udara yang begitu segar setelah lama terkurung di dalam gudang yang kotor. Yuza tersenyum lebar sampai-sampai mau menangis.

"Yuza, ayoo..." panggil Kei yang entah sejak kapan sudah di depan pintu dapur rumah Yuza.

Pintu dapur tidak terkunci, mereka berdua langsung memasukinya. "Dapurnya tampak sedikit berbeda." Kata Yuza sambil melihat seisi dapur yang memang tampilannya sudah berbeda sejak Yuza tinggal di dalam gudang.

Saat ia berbalik ke arah kanan, ia mendapati cermin besar, ia menatapnya sesaat. Bayangan di cermin itu adalah Yuza. Benar-benar terlihat dekil.

Rambut panjang sebahu yang tidak pernah dipotong, terlihat sangat berantakan. Baju yang dipakainya juga tampak sangat lusuh.

Bagaimana tidak? Ia tidak pernah mengganti bajunya selama 3 tahun.

Yuza kemudian mencium bau badannya, baginya biasa saja.

Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan bau itu, pikirnya. Ia tidak pernah membersihkan tubuhnya, untuk mandi saja ia harus menunggu musim hujan. Saat hujan turun dan melewati lobang-lobang di genteng gudang, saat itulah dia mandi.

***

Yuza terus masuk lebih jauh ke dalam rumah yang membuatnya merasa seperti nostalgia itu. Tidak butuh waktu lama Yuza akhirnya sampai di sebuah ruangan yang sangat luas, banyak sekali orang berkumpul di ruangan itu.

'Curse Yuza' (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora