*1*

148K 13.4K 225
                                    

Hari masih pagi dan matahari baru saja terbit, namun jalanan di Hanyang telah tampak sibuk oleh berbagai kegiatan masyarakatnya.

Di kediaman keluarga bangsawan Jo, tampak para pelayan hilir-mudik melewati gerbang dengan beberapa bungkusan di tangan. Kemarin adalah salah satu hari bersejarah di kediaman ini, yaitu pernikahan Nona Jo satu-satunya dengan Perdana Menteri Han yang terkenal.

Sesuai tradisi, pagi ini Yeonhee harus menemui keluarga suaminya untuk memberi salam. Ia akan menyajikan teh pada mertuanya dan para tetua keluarga Han, dan bingkisan yang disiapkan pelayan tadi adalah hadiah dari mempelai wanita pada keluarga pria. Hadiah dapat berupa barang berharga seperti ginseng, emas, perak, atau kain sutra. Biasanya banyaknya hadiah tergantung pada posisi sang wanita dalam keluarganya. Semakin besar hadiah yang disiapkan, artinya semakin penting posisi perempuan tersebut bagi keluarganya. Dan melihat banyaknya tumpukan bingkisan yang disiapkan Tuan Jo untuk putrinya, sudah jelas mengimplikasikan bahwa ia sangat menyayangi putrinya dan berharap keluarga menantunya dapat memperlakukan putrinya dengan baik.

Orang-orang yang berlalu-lalang melewati gerbang kediaman keluarga Jo hanya bisa menatap takjub melihat para pelayan yang keluar sambil menggenggam beberapa bingkisan. Cukup lama hanya ada pelayan yang terus keluar membawa bingkisan dan seperti tak ada habisnya.

Keluarga Jo adalah salah satu keluarga terkaya di Hanyang. Mereka adalah keluarga pedagang yang memiliki banyak bidang usaha. Kepala keluarga Jo saat ini, Jo Sangho, memiliki dua orang anak. Anak pertamanya laki-laki, Jo Yeonsik, yang kini membantunya mengurus sebagian usahanya. Dan yang kedua adalah anak perempuan yang kini sudah resmi menjadi istri Perdana Menteri Han Jihan, yang tak lain adalah Jo Yeonhee.

Sebenarnya sebelum dekrit pernikahan itu diumumkan, cukup banyak keluarga bangsawan yang ingin meminang putri keluarga Jo untuk menjadi menantu mereka. Latar belakang keluarganya jelas sangat bagus. Yeonhee keturunan bangsawan dan keluarganya memiliki kekayaan berlimpah. Selain itu, keluarga Jo memiliki reputasi yang baik di masyarakat. Mereka terkenal jujur dan dermawan. Namun sayang, rumor yang beredar membuat citra Yeonhee sendiri sangat buruk. Tak peduli sebagus apapun latar belakangnya, percuma kalau wajahnya jelek dan sakit-sakitan. Itu sama saja membawa masalah dalam keluarga mereka. Hal itu membuat tiap keluarga bangsawan yang ingin meminang Yeonhee jadi berpikir dua kali dan selalu menyayangkan kenapa Nona Jo terlahir dengan kekurangan seperti itu.

Meskipun beberapa keluarga tak langsung percaya pada rumor dan mencoba mencari tahu, mereka tak mendapat informasi apapun. Ditambah fakta Yeonhee yang tak pernah keluar dari kediamannya dan tampil di hadapan publik, juga keluarganya yang tak berbuat apapun soal rumor itu, membuat mereka lambat-laun mempercayai rumor tersebut.

"Kelihatannya Tuan Jo memang sangat menyayangi putrinya. Baru kali ini aku melihat hadiah untuk keluarga laki-laki sebanyak ini," seorang pria berkata takjub melihat pelayan yang keluar dari gerbang kediaman keluarga Jo. Teman di sebelahnya yang mendengar menghela napas.

"Perempuan yang sudah menikah seperti air yang tumpah; tak bisa diambil kembali. Putrinya tidak cantik dan sakit-sakitan, ia pasti berharap keluarga menantunya tidak tersinggung dan menyalahkan putrinya. Sayang sekali," temannya menyahut, seolah paham betul permasalahan dalam keluarga Jo. Dan tak bisa disangkal banyak orang yang melihat berpikiran sama. Kedua orang itu saling berpandangan lalu menggeleng sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

Yeonhee yang kini tengah berada di dalam tandu menuju kediaman mertuanya tiba-tiba merasa bersin.

Yeonhee menggaruk hidungnya pelan. Sepertinya ia mulai mendapat gejala masuk angin. Apa karena tadi ia bangun terlalu pagi? Yeonhee menutup mulutnya dan menguap. Tadi ia dibangunkan lebih pagi dari biasanya. Meski telah mencuci muka, Yeonhee masih mengantuk saat Suri membantunya berpakaian dan merias wajah dan rambutnya. Yeonhee bahkan tak peduli saat itu suaminya ada di mana. Yeonhee malah akan melanjutkan tidurnya kalau tak ingat hari ini ia harus memberi salam pada keluarga suaminya. Yeonhee merasa kelopak matanya masih berat dan tandu yang membawanya kini bergoyang seperti ayunan membuat keinginan tidur Yeonhee semakin besar saja.

Kalau bukan karena tradisi, Yeonhee tidak akan mau repot seperti ini. Menurut tradisi, sehari setelah pernikahan, kedua mempelai pergi ke kediaman keluarga si pria untuk memberi hormat pada orangtua dan tetua keluarganya. Mempelai perempuan menaiki tandu, dan si pria yang menunggangi kuda berjalan di depannya. Mereka berdua diiringi oleh Ayah atau tetua dari keluarga perempuan. Begitulah, saat ini Jo Sangho pasti ada di depan rombongan bersama Jihan.

Dengan kecepatan ini, Yeonhee memperkirakan perjalanan mereka masih butuh waktu cukup lama. Mungkin ia bisa tidur dulu sejenak. Yeonhee membuka jendela kecil tandunya lalu memangil Suri yang berjalan di sampingnya.

"Anda memanggil saya, Nona?" Suri berbisik sembari kakinya tetap mengiringi tandu Yeonhee dengan kecepatan tetap. Yeonhee mengangguk dan ikut berbisik.

"Aku ingin tidur. Begitu mencapai setengah perjalanan, bangunkan aku!" perintah Yeonhee santai membuat Suri nyaris tersedak air liurnya sendiri.

"Anda... Anda ingin tidur? Tapi itu tidak boleh, Nona. Kalau ketahuan-" Suri tak melanjutkan kalimatnya dan melirik Han Jihan di depan rombongan mereka. Belum ada pernah terjadi pengantin wanita yang tertidur dalam perjalanan menemui keluarga suaminya. Karena biasanya para wanita itu malah gugup, takut, atau terlalu antusias untuk berpikir bagaimana mereka harus bersikap di depan keluarga suami. Mereka malah cenderung mengecek penampilan berkali-kali agar tampak baik. Tapi tampaknya Yeonhee tak peduli sama sekali. Suri tak berani membayangkan, kalau sampai Perdana Menteri Han tahu kalau istrinya malah tidur dalam perjalanan, apa dia akan mengira sang Nona tidak menghargainya? Bukannya itu buruk?!

Yeonhee memutar bola mata, tahu jelas isi pikiran pelayannya ini.

"Makanya aku memintamu nanti membangunkanku," tukas Yeonhee asal, "tenang saja, selama aku dan kau tidak buka mulut, tidak akan ada yang tahu. Aku benar-benar mengantuk sekarang. Atau kau ingin aku tampil dengan wajah mengantuk begini di depan mertuaku?"

Suri buru-buru menggeleng, lalu mengangguk patuh mengikuti perintah Yeonhee. Menjadi pelayan sang nona sejak kecil membuatnya tahu betul sifat Yeonhee yang sangat menghargai jam tidurnya. Kalau ini bukan tradisi untuk pernikahannya, Yeonhee pasti memilih melanjutkan tidurnya sejak tadi pagi. Suri sudah terbiasa dengan pembawaan Yeonhee yang santai dan tidak suka hal repot.

"Kalau begitu nanti Saya akan memperbaiki riasan Nona kembali." Suri menunduk hormat.

"Hm, lakukan begitu," sahut Yeonhee sambil mengangguk, "satu hal lagi. Mulai sekarang panggil aku Nyonya. Aku wanita yang sudah menikah, jadi aku bukan seorang Nona lagi. Tidak masalah kalau kau hanya bicara berdua denganku. Tapi kalau orang lain mendengar, itu bisa menimbulkan masalah."

"Saya mengerti, Nyonya."

Yeonhee mengangguk puas. Suri memang tidak pernah mengecewakannya. Ia menutup jendela tandu dan menguap sekali lagi. Bukannya Yeonhee tak khawatir bagaimana menemui mertuanya nanti, hanya saja dipikirkan sekarang pun, memangnya apa yang akan berubah? Itu akan membuat perasaannya tidak enak saja. Yeonhee terlalu malas mengira-ngira bagaimana tanggapan keluarga suaminya nanti. Yeonhee berpikir mudah bahwa apapun yang terjadi nanti, ia tinggal menghadapinya saja.

Merenggangkan tangan, Yeonhee meraih bantal dan menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Tidak butuh waktu lama baginya untuk terlelap ke alam mimpi.

=====

Pendek ya?

Iya, saya enjoy aja bikin cerita ini karena alurnya nggak terlalu berat. Thanks buat yang baca dan vote chapter sebelumnya. Itu tradisinya bener ga ya? Saya cari di gugel sih tapi campur-campur sama imajinasi saya, hahaha...

Masih mau dilanjut nggak?

Saya usahain update ini tiap hari deh. See u~

A Bride Without VirtueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang