Dhan mendesis. “Aku jijik, Om. Nggak usah sebut diri Om itu ayah saya. Bikin kesel tahu nggak kalau ingat itu.”

Hening tercipta sekian detik. Bundanya tak berkutik ketika pria itu mengisyaratkan untuk mwmbiarkan sikapnya tadi.

“Dhan, sebelum Ayah pergi. Boleh Ayah tahu kenapa kamu marah?”

Ia berdecak, kemudian lebih memilih menyibukkan diri dengan melihat orang-orang yang berlalu-lalang.

“Dhan, jawab,” desak bundanya.

Dhan menghela napas, sebisa mungkin ia menahan emosi agar tak meledak di tempat ramai. “Saya nggak marah Om baru datang sekarang, saya nggak marah Om mau nikah lagi.” Ia memberikan jeda.

Selama ini Dhan tidak pernah mengutarakan apa yang ia rasakan pada orang yang baru dikenal. Ia tak suka memberikan kesan lemah, di awal perkenalan. Menurutnya itu akan berlanjut sampai kapan pun, orang-orang akan mengenalnya sebagai sosok yang lemah.

“Saya marah karena terlahir dalam hubungan seperti ini,” imbuhnya.

Kenan menepuk puncak kepalanya. “Yang penting bukan hubungan tanpa pernikahan.”

Dhan mengernyit, ia menatap Kenan yang tersenyum lembut. “Kalian menikah?” tanyanya ragu.

Sejak hari itu, ia berpikir hal aneh tentang hubungan orang tuanya. Mengapa ia ada, tetapi tak diketahui sang ayah. Bukankah itu berarti dirinya ini terlahir dari hubungan tanpa pernikahan?

“Ayah belum pernah cerita?” Kenan beralih pada Nada. “Kamu nggak pernah cerita, Nad?”

Nada menggeleng. “Aku hanya bilang dia punya Ayah. Mungkin karena sudah semakin dewasa, Dhan kepikiran tentang status.”

“Kalau kamu nggak percaya, Ayah bakalan nunjukin buku nikah kami, tapi Ayah harus balik dulu ke Jakarta.”

“Nggak perlu,” tukas Dhan cepat. “Om sudah janji, habis ini nggak bakalan ganggu aku sama bunda lagi.”

“Dhan,” tegur Nada tak suka dengan ucapan putranya.

“Nggak apa, Nad.” Kenan malah menegur kembali wanita itu.

Nada menghela napas, menatap Dhan dan juga Kenan secara bergantian. “Bunda mau dengar, kamu manggil Ayah ke Ayah,” pintanya. saat Dhan menatap Nada, wanita itu tersenyum penuh permohonan. “Sekali aja,” pintanya lagi.

“Bun—“

“Sekali aja, Dhan. Ayah besok sudah mau pulang,” potong Nada sebelum ia protes.

“Nad, jangan kayak gini, deh. Kita sudah sepakat nggak bakalan maksa Dhan,” sela Kenan memperingatkan pada Nada tentang apa yang mereka bahas selama berada di ruang yang sama.

“Tapi aku mau dengar, Ken.” Nada masih memohon. “Bunda mau dengar, Sayang,” desaknya pada Dhan.

Bundanya begitu memaksa. Dhan tak berkutik, ia tatap Kenan sembari menghela napas. “Ayah,” katanya kemudian membuang pandangan. Pria itu menyinggungkan senyum yang membuatnya jijik.

“Ayah senyum bukan karena ngeremehin kamu yang mengalah. Ayah senyum karena bahagia.” Tangan terangkat membelai rambut hitam legam Dhan. “Makasih.” Hanya itu yang bisa Kenan ucapkan untuk saat ini.

“Kita sudah bisa pulang?” Dhan bertanya sambil menoleh pada bundanya.

Nada menggeleng. “Ini malam terakhir kita bisa bareng. Jangan pulang dulu, ya.”

“Bun.” Ia ingin memprotes, tetapi tatapan penuh permohonan bundanya membuat ia lemah lagi.

“Kamu masih marah sama Ayah?” tanya Nada. “Apa yang bikin kamu marah sama Ayah, bilang.”

Padahal tadi ia sudah menjawab, tetapi bundanya bertanya lagi. Jika dijabarkan kembali, ada banyak kemarahan yang menumpuk di dadanya. Mungkin saja ini sudah menjelma menjadi benci.

Dhan menoleh pada Kenan. “Saya bukan cuma marah, tapi benci,” akunya tajam pada Kenan.

“Dhan,” tegur Nada.

“Biarin dia ngomong, Nad,” sela Kenan memberikan kesempatan kepada Dhan untuk mengucapkan hal apapun. “Kenapa kamu benci Ayah? Ayah buat salah?”

Dhan mendengkus. “Habis ini jauh-jauh dari aku dan Bunda,” desisnya. “Aku malu punya ayah kayak Om.”

“Apa lagi salah Ayah? Bilang."

Pria itu terlihat sangat ingin tahu. Dhan bersiap menjawab. Lebih dari 24 jam ia menanggung kebencian ini, Kenan harus tahu agar semua jelas di antara mereka.

“Teman sekelas saya tahu, Om bakalan nikah lagi.” Dhan akhirnya mengatakan apa yang membuatnya sangat benci pada pria yang sedang ia tatap ini. “Dia lihat Om sama Tante Viona di hotel."

VOT

Directions of Love #1 (END) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora