4

89.8K 5.9K 142
                                    

VOTE!

“Kamu kemarin pulang ke rumah orang tua kamu?” Pertanyaan Viona membuat Kenan kembali ke bumi, rasa penasarannya kepada sosok yang bernama Rafardhan membuat ia mengabaikan ocehan wanita itu.

“Hm.” Kenan mengangguk.

“Ngapain?”

Sangat jelas sekali Viona tak menyukai tindakan Kenan. “Kangen sama Ibu.”

Viona berdecak lalu menjauh darinya, “Kamu tahu, ‘kan? Aku nggak suka sama keluarga kamu.”

Sudah seribu kali Kenan mendengarkan hal itu, tetapi ia sama sekali tak memberikan pembelaan. Wajar saja Viona tak menyukai orang tuanya, semua karena penolakan keras yang menampar wajah wanita itu tujuh tahun yang lalu.

“Ini terakhir.” Kenan bosan mengucapkan dua kata itu. “Hari ini aku mau ke Semarang.” Ia mengalihkan pembicaraan sebelum Viona kembali mencerca dengan omelan-omelan yang sudah sangat sering ia dengar, “maaf baru ngasih tahu. Kamu, sih, sibuk banget.”

“Aku ikut.”

Kenan menggeleng. Keinginan Viona langsung ia tolak, bisa-bisa kekasihnya itu akan bertengkar dengan Zara, istri Abrar sekaligus sahabat masa SMA Nada.

Abrar adalah sahabat Kenan sejak SD, sama dengan Juna. Namun, saat SMA, Abrar lebih memilih memisahkan diri ke Jogja.  dan akhirnya menetap di Semarang setelah menikah dan membuka usaha di kota tersebut.

Suara pintu terbuka dari arah ruang tamu membuat Kenan dan Viona mengalihkan perhatian, sosok wanita yang sangat dikenali mereka berdua muncul dengan tatapan membunuh ke arah Viona. Tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Kenan segera bangkit dari sofa berniat menahan pergerakan ibunya yang mendekati wanita itu.

Kenan terlambat. Shinta tak bisa menahan niat untuk tidak mendaratkan satu tamparan di wajah Viona. Matanya tajam menatap jijik wanita yang kini tengah duduk di sofa ruang tengah.

“Wanita kurang ajar,” hardik Shinta tak bisa menahan emosi.

“Ibu.” Kenan berdiri di antara ibunya dan Viona.

“Buka mata kamu Ken!” Shinta membalikkan tubuh menatap Kenan yang telah rapi mengenakan pakaian seperti akan berpergian. “Dia itu pel--“

“IBU!”

Shinta tersentak, Kenan tak pernah membentak semarah apapun ia kepada wanita yang melahirkannya, tetapi kali ini sudah keterlaluan. Keterkejutan ibunya semakin bertambah saat ia menyeret keluar wanita itu dari ruang tengah menuju ruang tamu.

“Aku sudah dewasa, Bu.” Pembelaan Kenan mulai mencerca ibunya.

“Berhenti membantah Ken.” Suara ibunya mulai bergetar, “Ibu dan ayah melarang kamu karena wanita itu sangat tidak baik untuk kamu.”

“Lalu apa yang  baik buat aku?” sela Kenan cepat, “menantu Ibu yang menghilang itu?”

Ibunya terlihat semakin emosi mendengarkan ucapannya, “Dia menghilang karena kamu, ingat itu!” Menunjuk Kenan tepat di hadapan wajah yang sangat mirip dengan suaminya, “dia tanggung jawab kamu.”

Kenan menghela napas, merasa jengah dengan apa yang sedang ia alami sekarang. Keinginannya hanyalah bahagia, tetapi kenapa begitu sulit untuk menggapai di saat semua sahabat begitu mudah mendapatkan tawa dan senyum.

“Aku harus pergi, Bu.” Kenan berusaha menelan emosinya, “Ibu juga.” Auranya melembut.

“Dan membiarkan wanita itu mengotori apartemen milik putri Ibu?”

Memejamkan mata, Kenan mengeratkan kepalan tangan. Kenapa sampai lupa tentang kepemilikan apartemen ini. Seharusnya ia sadar diri, telah mengkhianati Nada, maka tak ada hak sedikit pun baginya berada di tempat tersebut.

“Kamu sudah janji ke ayah, Ken.” Air mata Shinta lolos. “Ibu akan tutup mulut, tapi kalau sampai sekali lagi Ibu lihat dia ada di sini. Bersiaplah untuk angkat kaki dari tempat ini dan juga dari keluarga Mahadri.”

Kenan memalingkan wajahnya, selain karena tak sanggup melihat air mata ibunya, ia juga tak suka dengan ucapan beliau. Kenan memang pengecut, belum siap untuk meninggalkan kemewahan yang telah disuguhkan padanya. Hidup tanpa pekerjaan dan bergantung pada Viona, adalah hal terburuk yang ia ambil.

VOTE

Directions of Love #1 (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang