18

75.6K 4.6K 36
                                    

VOTE!

“Biar aku yang buka pintunya, kamu bersih-bersih aja,” ucap Kenan kepada Nada yang masih membersihkan dapur.

Mereka sedang menunggu Dhan selesai mandi dan ganti baju, setelah itu akan langsung keluar rumah untuk jalan-jalan. Sebuah kesempatan besar baginya untuk mendekatkan diri kepada putranya.

Pintu terus diketuk, Kenan mengeryit tak suka mendengar tingkah si tamu yang kurang sopan menurutnya. Ah, tidak. Ini memang sangat tidak sopan.

Membuka pintu secara perlahan, ia dibuat terkecut dengan kedatangan seorang pria yang langsung menerobos masuk.

“He—“

“Nada! Aku numpang buang air!” teriak pria itu, tidak menggubris Kenan yang ingin menegur.

Ini kali kedua ia bertemu Iki, tetapi sikap pria itu berbeda dari yang sebelumnya. Jujur, Kenan tidak suka. Apalagi sampai mengabaikan tata krama bertamu ke rumah orang. Mengapa bisa, Nada memilih pria seperti itu?

Langkah menyusul Iki menuju bagian dalam rumah. Pria itu pasti sudah berada di dalam kamar kecil, karena saat sampai di dapur, yang Kenan dapati hanya Nada yang sedang menggelengkan kepa sembari tersenyum geli.

“Nad, kamu serius sama dia?” tanya Kenan tanpa berpikir panjang, mungkin saja Nada akan tersinggung.

“Hm?”

“Maksud aku, sama calon suamimu.”

Kenan tak berhak ikut campur dan menilai buruk kepada Iki, karena ia pun tak bisa dikatakan orang baik dalam berperilaku.

“Lega ....” Suara berat Iki terdengar dari arah kamar kecil. Pria itu menghampiri Kenan dengan senyuman ramah. “Kita belum kenalan, ya?”

Bukan bermaksud tak ingin menggubris Iki, hanya saja Kenan ingin lebih dulu melihat reaksi Nada sebelum menyambut tangan pria itu yang sedang mengajaknya berkenalan. Nada tersenyum geli hanya sekilas, kemudian melanjutkan aktivitas mengelap meja maka.

“Kenan,” ujarnya bersalaman dengan Iki.

“Iki,” jawab pria itu. “Kalau boleh tahu, ke sini mau ngapain, ya?”

Manik mata Kenan langsung melirik ke arah Nada yang kini menjadikan mereka perhatian. “Nengokin anak saya,” jawabnya.

“Oh, baguslah.” Iki menganggukkan kepala, entah untuk apa. “Sekalian bawa aja ke Jakarta. Nyusahin anak itu.”

Kenan langsung berekspresi tak santai, rahangnya mengeras mendengarkan ucapan itu. Sebelum ia menanyakan apa maksud Iki, Nada sudah lebih dulu menengahi keadaan.

“Nanti Dhan marah, lho. Om favoritnya nyuruh dia ke Jakarta,” ucap Nada.

“Nad, aku nggak suka.” Maksud kenan adalah Iki, bukan soal Dhan yang akan ia bawa ke Jakarta.

Wanita itu hanya tersenyum. “Dia Cuma bercanda,” tanggap Nada terlihat santai.

“Jangan masukin ke hati, lagian Dhan pasti nggak bakalan mau,” ujar iKi.

Entahlah, Kenan artikan kedua orang dewasa ini begitu aneh. Terlebih Nada. Mana ada seorang ibu membiarkan anaknya menjadi bahan candaan calon suami. Tadi itu sangat kasar, ia tak suka anaknya dekat dengan orang tersebut.

“Kalau gitu aku pulang dulu, Nad. Assalamualaikum,” pamit Iki.

Seperti sebelumnya, Nada tidak mengantarkan pria itu sampai ke depan rumah, membuat Kenan berpikir bahwa Iki sudah cukup sering berkunjung ke rumah ini dan hal seperti itu sudah tidak dibutuhkan lagi.

Ya, pria itu sudah menjadikan rumah ini sebagai hunian kedua. Begitu pikir Kenan.

“Tadi perasaan, Dhan denger suara Om Iki, Bun.” Dhan menuruni tangga.

“Udah pulang,” sahut Nada.

“Bilangin jangan ke sini lagi, Dhan nggak suka.”

“Bilang sendiri.” Nada tertawa kecil.

Kenan tak tahu apa yang terjadi di ruangan ini, ia benar-benar tidak mengerti. Dhan bilang tidak suka jika Iki ke tempat ini, tetapi Nada malah merespons tidak sesuai yang di pikirannya.

“Berangkat sekarang?” Daripada bingung, lebih baik ia menikmati sisa waktu di Semarang bersama dua orang ini.

VOTE

Directions of Love #1 (END) ✓Where stories live. Discover now