Part 14

28 0 0
                                    

Author's POV

Seminggu telah berlalu semenjak acara makan siang dan reuni teman-teman ayah Dania. Dania bersyukur sekali kini ia sudah kembali mendapat project baru di tempat kerjanya sehingga pikirannya bisa teralihkan dari pria yang ia benci yang secara kebetulan adalah anak dari sahabat ayahnya.

"Jadi untuk meeting pertama kita dengan client itu tanggal sembilan. Lokasinya di KFC daerah Alam Sutra. Waktunya pukul empat sore," jelas Dania kepada Sarah, partner kerjanya yang bertugas sebagai pendamping untuk keluarga dan mempelai pria.

"Jauh juga, ya? Itu bukannya daerah rumah lo, Dan? Daerah Serpong kan, ya?"

Dania mengangguk, "Iya. Enggak begitu jauh KFC itu dari rumah gue. Lo tenang aja. Udah hafal gue daerah sana."

"Sip! Gue mah udah percaya aja deh sama lo," Sarah mengacungkan jempolnya ke arah Dania, "Tinggal gue kosongin aja jadwal gue buat tanggal sembilan besok."

"Iya. Harus itu mah. Pokoknya kita enggak boleh ngecewain clients kita," pesan Dania.

"Pasti itu, Dan."

"Bagus! Eh, udah jam makan siang, nih. Makan, yuk?"

"Ayo, lah. Abis makan siang aja ya bahas project ini sama anak-anak lain? Sumpah laper banget gue gara-gara belum sarapan apa-apa dari tadi pagi," pinta Sarah dengan sedikit memelas.

"Iyaaa. Sedih amat sih lo, Sar," Dania mengiyakan sambil cekikikan. "Ya, udah. Yuk, keluar."

Dan setelah ini Dania tidak akan tahu bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang mengejutkan.

§§§§§

Rama saat ini sedang duduk sambil menatap serius layar komputer besar di depannya. Tiba-tiba ia merasa pundaknya ditepuk dari belakang.

"Ram, udah istirahat, nih. Enggak makan dulu lo?" tanya Leo.

Rama melirik jam kecil yang ada di atas meja kerjanya dan mulai menimbang-nimbang. Sebenarnya pekerjaannya hampir selesai sedikit lagi. Akhirnya Rama memutuskan untuk menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaannya.

"Kerjaan gue belum kelar. Tinggal dikit lagi sih. Gue nyusul aja deh nanti, ya?"

Leo hanya mengedikkan bahunya, "Ya, udah. Ke kantin aja nanti."

"Okay."

"Jangan dipaksa, Ram, kalau kerja. Dibawa slow aja," pesan Leo sambil berlalu dari meja kerja Rama.

Rama hanya tersenyum tipis. Ya, apa yang dikatakan Leo memang benar. Ini adalah pekerjaan yang dia suka. Rama tentunya harus merasa enjoy saat mengerjakannya.

Beberapa menit telah berlalu setelah Leo meninggalkan Rama di meja kerjanya. Akhirnya Rama sudah menyelesaikan pekerjaannya. Kini ia mulai berjalan menuju kantin untuk makan siang.

"Ram, sini!" Leo melambaikan tangannya ke arah Rama yang baru tiba di area kantin.

Rama berjalan menghampiri Leo yang masih menyantap makan siang.

"Lah, sendiri aja lo?"

"Iya lah. Si Hanif udah balik duluan tadi." Jawab Leo sambil melahap tempe gorengnya.

"Buru-buru amat dia."

"Ada yang mau dibahas gitu katanya sama camernya. Makanya dia duluan kabur."

"Hanif bentar lagi nikah emangnya?"

Leo mengangguk sebagai jawaban untuk Rama.

Rama baru bekerja di kantornya kurang dari dua minggu. Masih banyak hal yang belum ia ketahui. Termasuk kehidupan pribadi rekan-rekan kantornya. Rama tentu tidak mau ikut campur. Namun bila suatu saat teman-temannya membutuhkan pertolongan, tentu Rama tidak akan berpikir dua kali. Selama itu tidak melanggar hukum dan agama tentunya.

A Secret Behind The Wedding (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang