Part 7

49 18 1
                                    

Dania's POV

Sudah dua hari berlalu setelah pesta pernikahan pasangan Sandra dan Angga berlangsung. Senin kembali menyapa awal pekan. Aku kembali bekerja seperti biasa di kantorku yang berada di daerah Kemang, Jakarta Selatan.

Pagi ini aku dan rekan kerja timku mengadakan meeting dengan atasan kami, Ibu Ilma. Beliau mengucapkan selamat kepada kami karena telah dengan baik menyusun semua planners untuk acara pernikahan Sandra dan Angga. Atas keberhasilan kerja timku, aku dan yang lain bisa mendapatkan bonus besar atas project tersebut.

Untuk merayakan keberhasilan ini, aku akan mentraktir Julio karena ia juga telah banyak membantu dalam sesi foto, meskipun memang itu semua dilakukannya atas kerja sama yang terjalin antara pihak wedding organizer dengan vendor photography.

Ngomong-ngomong, setelah kejadian awkward di mobil Julio dua hari yang lalu, hal tersebut tidak pernah lagi kami bahas. Setelah acara selesai waktu itu, Julio sudah bersikap seperti biasa lagi terhadapku. Awalnya kupikir ia akan mendiamkanku, namun nyatanya kekhawatiranku itu tidak terjadi hingga hari ini. Ia tetap Julio yang selalu ceria seperti yang kukenal tiga tahun terakhir ini.

Aku kini duduk di atas meja kerjaku dan sedang mencoba untuk menghubungi Julio. Setelah beberapa saat, terdengar suaranya dari ujung sana.

"Halo, Dan."

"Halo, Jul. Jul, nanti sore kamu ada waktu?" tanyaku dengan penuh harap bahwa jadwalnya kosong untuk sore nanti.

"Mmm... Ada, sih. Kenapa emangnya, Dan?"

Harapanku terkabul, "Jul, hangout yuk kalau gitu?"

"Tumbenan kamu ngajakin hangout. Dalam rangka apaan emangnya?" tanyanya penasaran.

"Karena aku bakalan dapet bonus setelah tim aku berhasil rancangin acara pernikahan Mas Angga sama Mba Sandra. Gimana? Mau, kan?"

"Selamat ya, Dania," ucapnya dengan nada suara yang terdengar senang, "mau ke mana nih rencananya?"

"Gimana kalau kita ke Café Noir?" usulku, "kayaknya ada menu baru juga deh di situ?"

"Oh, boleh deh kalau gitu."

"Ya udah, deh. By the way, karena aku yang ngajak kamu, entar aku yang bayarin, deh. Tenang aja, Jul," kataku sambil terkekeh.

"Wah, siap banget Dan kalau gitu, mah! Sering-sering aja ya, Dan, dapet project? Jadi aku bisa sering minta traktiran terus ke kamu. Lebih baik lagi kalau aku ditraktir camera DSLR baru," candanya sambil tertawa.

Aku ikut tertawa, "itu mah namanya kamu mau bikin aku bangkrut pelan-pelan tau!"

"Berdua aja nih entar?" tanyanya lagi.

"Mmm... Iya. Kalau nanti aku traktir dua puluh orang, sama aja bohong dong jatah bonus aku?" candaku.

Julio tertawa, "oke, deh. Entar mau ketemuan jam berapa?"

"Hari ini aku pulang jam empat. Kalau jam setengah lima gimana?"

"Bisa kok jam segitu."

"Oke. See you later, Jul!"

"See you, Dan!" balasnya, namun kemudian ia melanjutkan kata-katanya lagi, "jangan sampe ketinggalan dompetnya!"

"Iya, iyaaa, Julio. Udah, ah. Byeee!"

"Bye, Dania!"

Ah, Refianta Julio. Si pria penuh canda.

§§§§§

A Secret Behind The Wedding (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang