(16) Casey POV

4.8K 181 90
                                    

Sinar matahari masuk hingga menembus cela-cela jendela kamarku dengan begitu menyilaukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari masuk hingga menembus cela-cela jendela kamarku dengan begitu menyilaukan. Aku mengerjapkan mata perlahan-lahan menerima sinarnya yang menusuk hingga pupilku. Aku mencoba mencari kesadaranku dari alam mimpi ke dunia nyata.

Sekilas aku melihat bayangan wajah Kak Aileen di hadapanku. Dia terlihat tak begitu jelas. Samar-samar. Aku semakin mengerjapkan mataku berkali-kali.

"Sudah bangun, hmm?"

Aku bisa mendengar suara Kak Aileen lebih dekat. Aku mencoba bangkit dari ranjangku dan berusaha untuk duduk dengan perlahan-lahan. Aku mengucek mataku berkali-kali.

Kini kesadaranku telah penuh seutuhnya. Aku memicingkan mataku pada seseorang di hadapanku saat ini. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tapi aku tahu dari sorot matanya menegaskan bahwa dia sedang mencemaskan sesuatu.

"Kakak, kenapa ada di sini? Nungguin aku bangun tidur, ya!" ledekku.

Rupanya benar Kak Aileen. Dia duduk di pinggir ranjangku. Dia memicingkan matanya ke arahku. Rahangnya terkatup rapat. Wajahnya seketika menyeramkan seperti ingin memakanku hidup-hidup

"Kau lupa dengan yang semalam?" katanya dengan nada penuh intimidasi.

Aku menatapnya heran. "Memangnya semalam aku kenapa, Kak?"

Dia menghela napasnya dalam-dalam. Sorotan matanya tak lepas menatapku.
"Kau benar-benar tak mengingatnya?" Aku menggelengkan kepalaku menjawabnya.

"Aku sudah bilang padamu bukan, untuk tidak menyentuh apapun di sana. Tapi kenapa kau tak mendengarkannya?"

Dia ini kenapa, ya? Aku baru bangun tidur, dan dia sudah mengomeliku. Memangnya semalam aku kenapa?

Aku coba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Tapi ketika mengingat itu kepalaku tiba-tiba menjadi pusing. Rasanya seperti berkunang-kunang. Seketika sekelebat kejadian tadi malam berputar-putar di otakku seperti kaset kusut. Sebelah tanganku terangkat ke atas kepala. Lalu aku memukulnya berkali-kali.

Shit, ternyata aku mabuk semalam.

Bagaimana Kak Aileen tidak marah jika dia sampai tahu aku mabuk? Bagus Casey, kau bodoh sekali.

"Apa sekarang kau sudah ingat, hmm?" aku mengangguk-angukkan kepala membalas pertanyaannya sambil tertunduk malu.

"Jelaskan padaku kenapa kau melawan perkataanku? Sudah kubilang jangan menyentuh apapun, tapi kenapa kau masih tak mendengar?" tanyanya sekali lagi.

Aku mendongak menatapnya kembali. "Aku penasaran Kak dengan minuman itu. Kata pria di sampingku minuman itu enak dan aku harus mencobanya. Lalu pria itu memberiku segelas minuman. Awalnya terasa agak pahit tapi lama-lama terasa enak. Lain kali aku mau mencobanya lagi." ocehku.

Aku lantas memandang wajahnya tapi yang kulihat dia malah mendelikkan matanya memandangku.

"Jangan harap aku akan membawamu ke tempat terkutuk itu lagi. Tidak akan!" murkanya.

Casey & AileenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang