(11) Casey POV

4.8K 242 59
                                    

Aku menatap diriku sendiri di depan cermin dengan seragam yang sudah melekat di tubuhku beserta dasi menggantung di leher. Jangan lupakan handbody dan parfum supaya orang lain bisa mencium wangi khas dari tubuhku.

Mataku lalu beralih pada sesosok pria dengan armani suit berwarna abu-abu sedang mengenakan arlojinya. Ah, tampannya baby alien-ku.

Dia berjalan mendekat ke arahku. "Apa kau mendapat fasilitas dari orang tuamu?"

"Maksud Kakak?"

"ATM atau kartu credit sejenisnya. Ada?"

"Ada. Memangnya kenapa, Kak?" tanyaku penasaran.

"Boleh aku melihatnya?"

Aku mengangguk. "Tunggu sebentar."

Aku berlari kecil mendekati sofa yang semalam sempat di tiduri kak Aileen, karena tadi aku meletakkan ransel sekolahku di sana. Kuambil dompet di dalam tas, lalu kubuka isinya dan mengambil apa yang barusan di tanyakan olehnya. Aku kembali ke arahnya dan menyodorkan kartu itu padanya.

"Ini, Kak. Memangnya untuk apa?" tanyaku.

"Ingin aku kembalikan." jawabnya datar.

Bola mataku membulat. What? Mau dikembalikan yang benar saja. Apa aku tidak salah dengar? Aku saja sampai harus berkorban dulu supaya kartu itu tidak jadi diblokir oleh momy. Eh, dia malah seenaknya bilang mau dikembalikan. Wah, tidak benar nih. Wah, tidak bisa dibiarkan ini.

"Enak saja Kakak bilang mau dikembalikan. Aku tidak mau. Tidak boleh, itu punyaku. Sini kembalikan, Kak. Sini!" aku mencoba meraih tangannya yang menggenggam ATM dan kartu credit-ku. Namun, secepat kilat tangannya yang memegang kartuku terangkat tinggi di udara. Aku berusaha mencoba menggapai tangannya tapi tak jua membuahkan hasil. Apa daya dengan diriku ini yang tingginya jauh dari dirinya. Aku hanya mampu berusaha meloncat-loncat tapi gagal.

"Balikin, Kak. BALIKIN!" teriakku.

Dia masih tetap sama, tangannya masih terangkat tinggi di udara. Dan sekarang sebelah tangannya menyentuh puncak kepalaku, menahannya agar tak mendekat ke arahnya. SUMPAH DIA NYEBELIN.

"Tidak akan kuberi lagi padamu. Karena sekarang kau tanggung jawabku bukan orang tuamu lagi, PAHAM!" ucapnya.

Aku mundur selangkah darinya. Aku menatap dirinya dengan sengit. Sumpah rasanya ingin menjambak dirinya saat ini juga. Arrggghhh...

"Mulai sekarang kau akan kuantar jemput ke sekolah. Jika aku tidak bisa menjemputmu pulang sekolah akan kusuruh supir kantor untuk menjemputmu. Dan satu lagi, kau akan kuberi uang harian," lanjutnya. Dia menurunkan tangannya yang tadi berada di udara, lalu kartu-kartu kesayanganku itu dimasukkan ke dalam saku celananya.

Dia lantas membuka dompetnya dan menyodorkan sebuah Black card padaku. "Pakai kartu ini. Pergunakan seperlunya," tukasnya datar.

Aku tak mengerti dengan kartu yang entah apa itu namanya. Kegunaannya pun aku tak tahu.

"Kak, kartu ini untuk apa?" tanyaku dengan menatap matanya sambil membolak-balik kartu tersebut.

"Jangan banyak tanya simpan saja. Jika butuh baru kau pergunakan," katanya dengan raut wajah yang datar.

Kemudian aku melihatnya membuka dompet, lalu menghitung-hitung uang di dalamnya. Ah, rupanya dia ingin memberiku uang. Kira-kira aku mau dikasih berapa, ya?

Money... Money...

Seratus ribu, dua ratus ribu, tiga ratus ri-. Loh, kok dia menyodorkan uang kertas warna biru sih? Yang benar saja????

Casey & AileenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang