Day-2

1K 217 7
                                    

Sudah memasuki minggu kedua Wendy menghabiskan waktunya di kamp dekat pantai berpasir cokelat yang biasa dibuat outbound dan semacamnya ini. Tidak banyak yang datang ke sini untuk berwisata, sebaliknya kalau untuk melatih kemampuan militer seperti itu dapat dengan mudah ditemukan di bujur pantai.

Sebetulnya Wendy cukup malas kalau dipertemukan dengan hari Sabtu, apalagi jika satu jam yang dipergunakan untuk mengecek ponsel atau menghubungi seseorang datang. Ia tidak tahu harus menelepon siapa. Kalau sabtu-sabtu begini, kakak perempuannya sibuk dengan urusan farmasinya sedangkan ayah-ibunya suka pergi berkencan tiap Sabtu jadi ia tidak mau menganggu siapapun; perlu diketahui, karena putri-putrinya sudah beranjak dewasa, orang tua Wendy selalu menghabiskan waktu untuk berkencan tiap Sabtu bahkan mereka sering berpergian keluar negeri tiap akhir bulan. Sedangkan Chanyeol, mengecek pesan pria itu saja sudah malas rasanya. Namun untungnya, hari ini ibunya menelepon.

Sudah lihat foto yang Ibu kirim 'kan? Bagaimana? Hawai sangat indah ya.

Wendy tertawa kecil, memang benar tadi sebelum menelepon ibunya mengirim fotonya bersama sang Ayah yang tengah berlibur ke Hawai dari kakaotalk. "Kalian kelihatannya bahagia sekali. Jangan lupa belikan oleh-oleh untukku loh ya."

Hahaha. Harus bahagia dong, 'kan liburan. Rencananya mau satu minggu di sini.

"Lalu Kak Seunghee?"

Seunghee ada acara amal ke Nigeria satu minggu, jadi harus dimanfaatkan dengan baik.

"Ya sudah, pokoknya jangan lupa oleh-oleh untukku dan Kak Seunghee."

Seharusnya kau itu tanya bagaimana suasana di sini, bukannya ngotot minta oleh-oleh.

"Nanti kalau aku tanyanya begitu jadi ingin pergi ke sana."

Ah iya, katanya sekarang sedang ada latihan militer begitu ya?

"Iya, di sini harus super disiplin. Tapi syukurlah karena latihan ini jadi kerja tim kami sangat bagus. Aku dan teman satu member juga semakin akrab sekarang."

Bagus kalau begitu. Sebenarnya tadi Ayahmu mau mengobrol denganmu, katanya rindu suara dan brownies buatanmu. Tapi sayang sekali dia sedang asyik main jet ski. Daritadi Ibu coba menelepon tapi sinyalnya jelek terus, baru bisa sekarang tapi pas Ayahmu masih main jet ski.

"Aku juga rindu Ayah. Kira-kira kapan aku bisa ke Kanada ya?" pertanyaan seperti ini sebenarnya sudah lama bersarang di pikirannya namun masih belum dapat jawaban yang pasti. Ia tidak tahu kapan bisa pulang.

Sabar ya, nanti pasti ada waktunya kau bisa pulang. Atau mungkin nanti Kita bisa ke Korea, hitung-hitung untuk melihatmu dan teman-temanmu. Pasti sudah punya pacar ya di sana sekarang? Ibu juga ingin membuatkan makanan untuk teman-teman sekaligus pacarmu juga.

Ngomong-ngomong soal pacar, Wendy tidak tahu harus menjawab apa. "Harusnya memang Ayah sama Ibu ke sini, bukannya main-main terus. Kalau ke Hawai saja sampai satu minggu, putrinya yang di Korea tidak pernah ditengok."

Gelak tawa Ibunya terdengar cukup keras, seolah puas menertawakan Wendy. Iya,iya, bulan depan Ibu bakal ke Korea. Kalau bisa juga mengajak Seunghee. Wen, tadi kau belum jawab pertanyaanku. Sudah punya pacar belum?

"Tidak ada yang seperti itu, Bu. Waktu di Minnesota juga tidak ada 'kan?"

Tidak ada apanya? Dulu banyak yang mengaku jadi pacarmu begitu kok.

"Itu cuma bercanda, Bu. Mereka teman-temanku."

Bilangnya cuma bercanda, nanti awas loh ya kalau sampai punya pac—Oh my God! Wen, ditutup dulu ya, Ayahmu baru saja jatuh dari jet ski. Aduh sudah dibilangi dari awal kalau harus ingat umur masih saja mainan jet ski.

Gerutuan Ibu Wendy menjadi akhir dari percakapan mereka, karena sambungan sudah terputus. Meninggalkan Wendy yang khawatir sendiri karena tidak tahu kabar Ayahnya. Akhirnya cepat-cepat ia meninggalkan pesan pada Ibunya.

Bagaimana keadaan Ayah? Baik-baik saja 'kan?

Bu, kalau mau menghubungiku waktu jam 4 sore sampai 5 sore, ya. Soalnya ada batas waktu, dan harus hari Sabtu.

Jangan lupa kabari aku tentang Ayah. Semoga dia tidak apa-apa.

Setelah mengirimkan semua itu, ia keluar dari ruang obrolan dengan ibunya dan menyadari bahwa ada lima pesan belum terbaca dari Chanyeol yang berada tepat di atas nama kontak ibunya. Meski sedikit sangsi, Wendy tetap membuka kotak pesan itu.

CY

Wen?

Tadi kenapa waktu kutelepon sambungannya sibuk?

Maaf tidak pernah mengabari selama dua minggu ini karena akhir-akhir ini sibuk sekali.

Waktunya memakai ponsel benar sekarang 'kan?

Wen, kumohon angkat teleponku.

Tadi aku masih bicara dengan Ibu di telepon.

Hanya itu yang menjadi balasan Wendy. Tak lebih dan tak kurang, toh Wendy mengucapkan yang sebenarnya. Tanpa menunggu lama, hanya butuh waktu kurang dari dua detik Chanyeol sudah membaca pesan itu. Dan kemudian ponselnya berdering, pria tinggi itu menelepon.

Tanpa ragu, namun juga tanpa semangat ia menerima telepon dari Chanyeol. "Iya?"

Akhirnya kau mengangkat telepon juga.

"Iya, ada apa? Hari ini tidak sibuk?"

Untungnya tidak. Bagaimana harimu dua minggu ini? Aku dulu pernah ikut kamp juga, dan itu seru sekali. Di sana pasti seru 'kan?

Oke, Chanyeol bahkan tidak terdengar menyesal dan malah membahas hal-hal yang jauh hubungannya dengan suara perempuan yang ia dengar tempo hari. Itu artinya, gadis yang ia dengar waktu itu tidak ada hubungan apa-apa dengan Chanyeol bukan? Atau mungkin Chanyeol merasa ia tidak mendengar suara itu jadi ia tidak punya pikiran untuk menjelaskan?

Wendy sudah tidak mau tahu, dan malas untuk banyak berpikir. Lebih baik ia ikuti saja alur yang dibuat pria ini.

"Ya, begitulah. Seru tapi lelah juga."

Sepertinya untuk dua minggu ke depan aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Akan sangat sibuk untuk dua minggu ke depan.

"Oh, tidak apa-apa. Bukan masalah kok."

Chanyeol terdiam untuk beberapa saat. Mungkin merasa jawaban Wendy sangat singkat dan disertai nada malas dalam cara bicaranya yang bukan Wendy sekali.

Sepertinya kau lelah sekali ya.

"Iya, lelah sekali." Singkat Wendy, lalu terdengar suara trainer yang menyuruh mereka mengembalikan ponsel ke trainer masing-masing. Dalam hati Wendy bersyukur, itu artinya ia bisa menghindari percakapan yang terasa begitu canggung dan penuh beban ini. "Kau dengar 'kan, trainer-ku sudah menyuruh mengembalikan ponsel. Aku tutup ya."

Oh, oke. Minggu depan kalau aku ada waktu pasti aku akan menghubung—

"Kalau memang tidak bisa jangan dipaksakan. Sudah kubilang tidak masalah."

Kalau begitu jaga kesehatan ya.

"Hm."

Sambungan telepon terputus. Kali ini Wendy yang memutuskan sambungan terlebih dahulu. Raut wajah gadis itu masih terlihat santai meski ada sedikit ekspresi malas becampur kesan di sana. Namun benar-benar cuma sedikit, sampai-sampai tidak ada yang tahu apa yang sebetulnya dirasakan Wendy sekarang.

Hari itu, selanjutnya Wendy mengembalikan ponsel pada trainer kemudian menggelar pesta daging kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Park Sooyoung yang jatuh pada hari ini. Wendy harus berterima kasih pada Sooyoung yang berulang tahun pada hari ini, karenanya ia bisa ceria lagi karena makan banyak daging.

TBC

REPLY 2013Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang