Sleep?

2.2K 395 15
                                    


Ugh, suara getaran ponsel yang selalu berada di tanganmu sangat menganggu ketika kita sudah ketiduran. Ya, Wendy tahu, kebiasaan tidur memeluk ponsel itu tidak baik. Tapi ya, bagaimana lagi? menonton youtube di malam hari adalah makanannya sehari-hari. Ah ya, kembali ke ponsel dan kedua matanya yang ia paksakan menatap layar ponsel meski setengah kabur oleh bayang hitam. O, sepertinya Wendy belum sepenuhnya bangun dari tidur. 


Park sunbaenim : Sudah tidur?



"Ada apa dengan orang ini?" Wendy menggumam hampir layak di sebut bisikan. Gadis itu menatap ke arah jam pojok layar ponsel yang menunjukan pukul setengah dua belas malam.

Tak ingin membalas, Wendy kembali memasukan ponsel di bawah bantal lalu tidur lagi. Tubuhnya cukup lelah karena latihan hari ini selesai lebih lama dari biasanya.

Drrt Drrt

"Oh my!" Wendy kembali mengambil ponselnya, kedua mata yang sudah hampir tertutup sempurna terpaksa harus ia buka lagi karena getaran itu.


Park sunbaenim : Tidak ke tempat latihan malam ini?


Dahi Wendy mengernyit bingung. Entah apa yang di pikirkan seniornya yang satu itu, kenapa tiba – tiba mengirim pesan aneh seperti ini tengah malam. Sejak kejadian cokelat hangat tempo hari, memang Wendy dan Chanyeol saling bertukar nomor telepon. Chanyeol yang menawarkan hal itu, katanya kalau – kalau Wendy ingin menanyakan sesuatu ia bisa bertanya pada Chanyeol yang notabene sudah debut terlebih dahulu.

Alih – alih membalas pesan Chanyeol, gadis itu malah merubah pengaturan suara. Mengganti notifikasi getar menjadi silent. Senyumannya terulas tipis, memuji sendiri otak pintarnya dalam hati.

Aktivitas Wendy terhenti ketika ia hendak menaruh ponsel di bawah bantal lagi, "Apa aku matikan saja, ya?" ia bertanya pada diri sendiri dengan suara serak. Kepalanya mengangguk dua kali, lalu hampir mematikan ponsel namun-sayangnya- satu notifikasi muncul lagi.


Park sunbaenim : Sudah tidur, ya?


Wendy bisa langsung mematikan ponsel kalau itu hanya satu pesan. Namun sialnya, Chanyeol mengirim beberapa butir pesan lagi setelahnya.


Park sunbaenim : Kupikir kau datang ke ruang latihan malam ini, maka itu aku datang.

Park sunbaenim : Jangan salah paham dulu! Aku cuma ingin membalas coklat hangatmu waktu itu dengan teh hangat.

Park sunbaenim : Teh hangat sangat sempurna kalau di minum malam – malam begini. Biasanya kan kau jadi kelelawar di ruang latihan waktu malam hari, eh ternyata tidak datang ya.


Hela napas Wendy keluar panjang. Rasa kantuknya hilang gara – gara gangguan Park Chanyeol. Gadis itu seketika beranjak dari kasur, berjalan keluar dari kamar guna duduk di sofa ruang tengah. Jujur saja, sebenarnya ia itu sangat malas menggerakan jemarinya (meski itu hanya untuk membalas pesan singkat Chanyeol) maka itu, ia tidak membalas pesan dari seniornya itu sama sekali.

Dan karena itu pula, Wendy lebih memilih langsung menelepon Chanyeol kemudian memberi tahu kalau ia tidak pergi ke ruang latihan hari ini sejelas mungkin agar Chanyeol tidak mengirim pesan lagi.

"Halo, sunbae?"

Huh?—e—eoh! Ka—kau kenapa menelepon?

"Sebelumnya maaf sunbae kupikir lain kali aku menerima balasanmu karena aku tidak pergi keruang latihan malam ini."

Ah, begitu ya. Kukira tadi kau sudah tidur, ternyata belum ya.

Wendy memutar bola matanya malas, "Bagaimana aku bisa tidur kalau sunbae terus mengirimiku pesan seperti tadi!?"

Aku mengganggu pasti. Maaf, aku hanya—hanya ingin memastikan kau bakal datang ke ruang latihan atau tidak hari ini. Ya! Itu saja!

"Tidak apa, aku jadi merasa tidak enak sudah merepotkan sunbae yang membawakan teh hangat untuk-ku ke ruang latihan."

Ah, ini bukan apa – apa. Kalau begitu kau lebih baik tidur saja! Pasti rasa kantukmu sudah mengganggu kan sekarang?

"Kantuk-ku sekarang sudah hilang, bagaimana ini? Sunbae tidak mau tanggung jawab?"

Benarkah?! Kalau begitu apa aku ke dorm-mu saja? Mumpung tehnya masih hangat, aku bawa termos hari ini. Kirimkan alamatnya padaku, ya!

Mulut Wendy terbuka, tak menyangka Chanyeol akan menawarkan ide segila itu. Kepalanya menggeleng kuat; sekuat otaknya yang menolak keras tawaran senior anehnya itu. "Ti—tidak perlu!"

Kenapa?

"Ini sudah terlalu malam, sunbae. Sungguh, kau tidak perlu secepat ini membalas coklat hangatku. Aku tidak apa – apa meski kau tidak membayarnya pun." Menurut pandangan seorang Son Wendy, kegigihan Chanyeol untuk memberinya teh malam ini karena pria itu tak enak kalau tidak membalas perbuatan Wendy tempo hari secepatnya. Namun sayangnya Wendy terlalu polos untuk mengerti alasan sebenarnya Chanyeol ingin pergi ke dorm malam ini, serta ia juga tidak tahu kalau Chanyeol hanya menjadikan teh hangat sebagai alibi semata.

Ah, ya! Kau benar! Aku memang ingin secepat mungkin membayar coklat hangatmu waktu itu, haha. Benar! Seperti itu!

"Kau tidak perlu sunbae, sungguh."

Tapi—

"Kalau begitu begini saja!"

Bagaimana?

"Nanti, kalau sunbae tidak sibuk bilang padaku. Kita pergi ke cafe, kau bisa membayar coklat hangatku disana. Lebih baik dari pada kau pergi ke dorm-ku sekarang, bukan?" Wendy memberi kontribusi yang menurutnya setimpal agar Chanyeol tidak terus – menerus memaksa pergi ke dorm hanya karena ingin memberi teh hangat.

Begitu 'kah? Kalau begitu, deal! Aku yang atur waktunya ya!

Tanpa sadar Wendy menghela napas lega-nya. "Iya."

Kalau begitu aku juga punya ide bagaimana cara agar kau tidur.

"Bagaimana?"

Sekarang pakai headseat-mu, lalu berbaring di tempat tidur.

Wendy kembali memasuki kamar sambil menjinjit, tangan kanannya masih memegang ponsel selagi kepalanya melacak keberadaan headseat di atas meja rias. Setelah ketemu, ia segera menyumpal kedua telinga dengan headseat kemudian menempatkan posisi ternyaman di atas kasur.

Sudah?

"Mm-hm."

Sekarang tutup matamu.

"Sudah."

Nah! Mumpung aku membawa gitar ke ruang latihan hari ini. Jadi aku akan memetik gitarku seindah mungkin agar kau bisa tidur nyenyak. Aku yakin kau pasti bisa tidur lelap karena petikan indah jemariku.

Wendy mengulum tawa. Ia tidak tahu kalau ternyata Park Chanyeol bisa narsis juga. "Aku menunggu." Balas Wendy dengan nada menantang. Dalam diam ia menarik selimut hingga menutupi sekujur tubuh, dan sehabis itu petikan gitar mulai terdengar. Chanyeol tidak main – main dengan ucapannya, petikan gitar itu benar indah seperti apa yang ia katakan.

Jadi, malam itu Wendy akhirnya bisa tertidur lelap karena suara petikan gitar Chanyeol dari speaker headseat. Dan paginya Wendy baru tahu kalau ada satu pesan masuk dari Chanyeol selepas pria itu mematikan sambungan telepon karena mendengar dengkuran Wendy.


Park sunbaenim : Mouse Rabbit. Hari Sabtu (minggu ini) pukul tujuh malam. Aku tunggu disana!

TBC-

REPLY 2013Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang