4. Unpredictable

539 42 2
                                    

Zayn's pov

Aku membuang nafas keras, jam yang tergeletak manis diatas meja sebelah tempat tidurku menunjukkan pukul 01.17 pagi "Sudah pagi ternyata, tapi terlalu pagi mungkin untuk menelfon Victoria, untung aku tak lupa untuk meminta nomer telfonnya tadi" aku tertawa hambar, lalu menggeleng keras.

"Perasaan ini. Tuhan, secepat inikah?"

Kapan-kapan kau akan kuajak bertemu dengannya

Aku jadi teringat ucapan yang terlontar begitu saja didepan Victoria, bisakah aku mengendalikan perasaan bila saat itu memang benar terjadi? Sanggupkah aku menjadi saksi pertemuan pertama saat mereka melepas kerinduan karena sudah lama tak bertemu? Tidak, takkan mungkin aku bisa

Pandanganku terhenti saat aku melihat tangan kananku. Tangan yang spontan menggandeng Victoria tadi. Ugh, aku terlalu nyaman berada didekatnya. Aku menutup mataku kuat, mencoba untuk tidur kembali, namun semua kejadian dan pembicaraan bersama Vict tadi terus terulang dikepalaku.

Baru kenal saja kau sudah berhasil membuatku susah tidur. Um, atau sebenarnya, akulah yang terlalu mudah jatuh cinta? Astaga, bagaimana nanti kalau paca- Aku tertawa hambar (lagi) cukup ngeri untuk memikirkan lebih jauh nantinya. Aku teringat mata coklatnya yang sungguh- Arg, tidak bisa diungkapkan hanya dengan rangkaian kata-kata. Saat pikiranku mulai lelah, mataku pun akhirnya terpejam kembali.

Victoria's pov

Aku mengucek mataku pelan sembari melihat jam yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi

I figured it out.

I figured it out from black and white.

Seconds and hours.

Maybe they had to take some time..

Baru hendak menutup mata kembali, handphone-ku berdering. Unknown number, huh? Masih pagi ya ampuun.

"Hola. Victoria here, but I'm sleepy now. Bye" saat aku ingin memutuskan sambungan, suara yang tidak asing, yang baru kemarin aku dengar ia bercerita panjang-lebar, terdengar lagi.

"Do I disturb your sleep?"

"Hey? You there, huh?"

Tenggorokanku serasa tercekat "Um, sorry Victoria. B-"

"Wait Zayn, I mean hahaha sorry. Baru bangun soalnya hihi. Lupa save nomer kamu kemarin" jawabku sekenanya dengan mata yang masih enggan terbuka sepenuhnya

**

"Mandi sana" terdengar ketawa kecil diseberang telfon sana

"Aiih. Mager Zeeeiiin" aku menjawab dengan sedikit nada jengkel yang dibuat-buat

"What? Hahaha. Gak panas? Cepatlah bersiap, supaya kita bisa jalan lagi. Oke? Sip. Setengah jam lagi aku akan sampai di depan rumahmu"

"You don't know my address, Zayn"

"Sms makanya, sayang" jawabnya pasti

Ada hening sesaat, "Cie ngeblushnya lama sekaliiiii" Zayn mengbuang nafas depresi yang sangat amat kelihatan dibuat-buatnya. Oh my..

"See you soon" lanjutnya lagi dan sambungan telfon terputus

Selama itu aku ngeblush didepan Zayn? Secara tidak langsung, oh my God

Niall's Pov

Aku merapikan rambutku sekilas, merapikan kaosku yang agak kusut,

I figured it out.

I figured it out from black and white.

Seconds and hours.

Maybe they had to take some time..

Barbara calling? Oh yeah

"Niall, where ar-"

"I'm coming, Ra!" jawabku tak sabar

"Fine. Hurry up, please!" balasnya tak kalah tak sabar

Aku memutar bola mata, tak menghiraukan jawabannya lagi. Hari ini jadwal Barbara untuk ke salon dan Mall. Itu berarti aku harus menemaninya memilih puluhan diantara ribuan baju dan puluhan toko di satu Mall, bila dia belum puas, ia akan tetap mencari. Itu belum cukup, aku juga harus menunggu berjam-jam di salon hanya untuk satu perawatan. Ia takkan selesai bila ia merasa semua belum sempurna. Ini akan menjadi hari yang sangaaaat panjang

Padahal aku baru selesai syuting untuk album baruku. Diantara 14 lagu dialbum Midnight Memories ini, baru 3 lagu yang telah selesai sepenuhnya, lengkap denga video klipnya, itu berarti ada 11 kali syuting lagi untuk menyelesaikan semuanya! Arg, harusnya aku yang refresing!

Aku dengan cepat menuruni tangga, tak lupa mengambil kunci mobil dan meluncur ke rumah Barbara sebelum omelannya ditelfon mendatangiku

***

Tujuan pertama Barbara adalah Mall, katanya mau membeli baju terlebih dahulu. Tapi aku ngotot untuk meminta hak perutku yang mulai menuntut haknya sedari dimobil tadi. Setelah sedikit berdebat, ia akhirnya setuju dan disinilah kami! Tempat makan favoritku di Paris, Huitrerie Regis!

Ditengah kenikmatan yang tiada tara, yang hanya bisa membuatku tenang ini, terhenti melihat pasangan sejoli bergandengan tangan yang hendak masuk kedalam sini juga

Victoria's pov

Zayn menjemputku sekitar 15 menit yang lalu. Ia mengajakku sarapan dulu sebelum menjelajahi Paris ini. Iya, aku dengar darinya kalau Niall sudah pindah kesini, dia dan 3 orang anggota One Direction lainnya hanya berlibur disini menghabiskan waktu kosong dan liburan ke pusat mode dunia ini. Saat kami hendak masuk ke restoran yang dipilih Zayn yang juga pernah kesini, tiba-tiba dia berbalik arah

"Vic? Bagaimana kalau kita mencari restoran lain?" Zayn mencekat tanganku seakan tak memperbolehkan untuk masuk

"Kenapa Zayn? Disini ada makanan favoritku"

"Tapi-"

"Oi Zayn!"

Tiba-tiba ada yang memanggil kami dari belakang. Sekarang Zayn terlihat pasrah, ia berjalan menggandengku lagi ke arah sumber suara itu

"Oh, hi, My Nialler! Cuma berdua?" sapanya saat melihat Barbara yang duduk berhadapan dengan Niall

"Ya, kami sedang sarapan mengumpulnya tenaga untuk, kau tau? Barbara" jawabnya sambil memberi kode yang entah apa itu

"Ohaha, jadwal shopping, Ra?" tanya Zayn seakan mengerti apa yang dikodekan dengan Niall tadi, Barbara hanya mengangguk dan tersenyum kepada Zayn. Oke, aku disini guys! Berapa lama aku harus dikacangin?

"Zayn?" panggilku, tidak berniat mengganggunya berbicara tapi, hei, aku tak dihiraukan disini jika aku tak bertindak

"Oh iya, ini Victoria" katanya seakan mengerti apa yang aku mau. Aku tersenyum kepada mereka berdua –Niall and, um, his girlfriend (or I don't know) Barbara-

"You are so adorable, Victoria. Teman lama Niall kan?" tanya Barbara padaku

"Iya" serempak? Dengan-

Niall?

Mereka berdua menatap aku dan Niall secara bergantian. Merasa ada pandangan yang berbeda, Niall memecah keheningan "What? Aku hanya memberi penegas dari pertanyaanmu, Barbara. Dia sahabat lamaku" Niall tersenyum kearah kami bertiga. Ia berdiri lalu memelukku "Lama tak berjumpa, Victoria Justice" bisiknya pelan, memberi sensasi lain ditubuhku. Zayn dan Barbara hanya bisa terkejut. Aku? Sangat terkejut.

***

Huitrerie Regis Restaurant on ur right(:

You can't love me, NiallWhere stories live. Discover now