21

3.9K 744 55
                                    

Johnny's view

Setelah ngeliat pesan jingga, gue dengan terpaksa ngusir jennie secara halus.

Gue gak mau kehilangan jingga untuk yang kedua kalinya, gue harus berjuang kali ini.

Kehilangan dia tanpa tahu namanya aja bikin gue sakit, gimana sekarang saat gue udah tahu semuanya dan dia bilang anggap ini hanya 'imajinasi'? what the hell?

"kamu yakin gak mau di anterin?" kata gue dari balik kaca mobil dan ngeliat jennie udah pengen jalan ke halte bus deket apartemen.

"enggak. Kamu urus urusan kamu aja, lagian aku mau mampir ke tempat lain"

"hm, ya udah hati-hati"

"kamu juga, jangan ngebut"

Gue cuman ngebalas senyumannya dan nutup kaca mobil dan menuju ke rumah jingga.

Wait, rumah jingga itu dimana?

Shit.

Gue menghela nafas panjang dan menginjak rem, sepersekian detik kemudian gue cuman bisa mukulin stir mobil gue frustasi.

"gimana bisa gue ngelurusin ini semua kalau alamat rumahnya aja gue lupa?"

Sekelebat bayangan terlintas di pikiran gue, rumah warna orange, dengan pohon mangga di depannya, di depan kompleksnya ada rumah makan terkenal.

Gue yakin itu rumah jingga.

Terimakasih kepada penemu gps, karena gue tinggal masukin nama rumah makannya dan mulai mencari rumahnya.

...

Gak lama, ternyata jaraknya cuman beberapa kilometer dari apartement gue. Akhirnya gue markirin mobil gue di depan rumah serba orange ini.

Gue inget sekarang, dulu kalau jingga gue anter pulang dia bakal minta di turunin 2 blok dari sini karena gak pengen ketahuan papa sama adeknya.

Tok tok

"iya, sia—"

Jingga kaget begitu tahu ternyata gue yang ada di depan pintunya.

"kenapa lo disini? Kenapa lo bisa tahu alamat gue?" tanya jingga bertubi-tubi.

"gue udah inget semuanya, SEMUANYA" gue natap jingga dengan tulus, penuh cinta, berharap dia tahu perasaan gue yang sebenarnya ke dia.

Dia cuman senyum miris.

"gak ada yang perlu lo inget, kita harusnya saling melupakan. Gue udah cukup senang hidup sebagai jingga yang sekarang. Bukan jingga yang dulu" dia mencoba nutup pintu rumahnya, tapi gue tahan dengan tangan gue sampai gue kesakitan karena jepintan pintu kayu itu.

"jingga please kita harus ngomong"

Ngedenger suara gue menahan sakit jingga membuka pintunya tiba-tiba.

"LO APA-APAAN SIH NAHAN PINTU PAKE TANGAN KALO TANGAN LO PATAH GIMANA?" omelannya bikin gue mau gak mau narik ujung bibir gue, dia terlalu manis untuk jadi gadis jahat yang ngerebut pacar temennya sendiri.

Jingga masih setia niup tangan gue yang kejepit, dan gue juga masih setia mandangin dia.

Dia sama sekali nggak berubah, jingga ku yang manis masih sama seperti sebelumnya.

"tangan gue gak apa-apa kok" gue narik tangan gue pelan "tapi yang apa-apa itu di sini" gue narik tangannya dan naro itu di dada gue.

"gue gak bisa tanpa elo J" ujar gue.

Matanya berkaca-kaca, lalu dia menunduk.

"ayo masuk" ajaknya.

Akhirnya gue duduk di ruang tengahnya, dimana ada TV yang menonton kita berdua.

"adik sama papa kamu mana?"

"papa kerja, jeno ada kegiatan ekskul kalo sabtu minggu gini. Ayo minum" dia naroh beberapa minuman ringan dan snack di depan gue dan duduk di samping gue sambil mainin tangannya sendiri.

Bukannya fokus pada makanannya gue malah berfokus pada jingga.

"J" panggil gue dengan lembut sambil megang pipinya.

"don't call me like that, gue bukan J"

"no you're my J, and I'm your J" kata gue.

Beberapa cairan liquid lolos dari kelopak matanya.

"hhhh ini salah, ini salah dari awal gue gak mau kayak gini. Gue pengen ngehapus semua kesalahan gue" ucapnya sambil menangis.

Sedangkan gue cuman bisa ngehapus air matanya pake kedua jempol gue.

"don't cry. Ini bukan salah kamu. Ini salah aku" gue narik tubuh yang lebih kecil dari itu kedalam dekapan gue, dan gue biarin jingga menangis sejadi-jadinya di sana.

"hhhhhh gue bukan perempuan baik, gue jahat, dan gue gak mau lagi kayak gitu. Kasian jennie yang gak tahu apa-apa"

"sssttttt, gak ada yang salah dalam cinta jingga"

"kita salah Johnny, kita harus pisah"

DEG

"enggak, sampai kapan pun gue gak mau pisah dari elo"

"tapi elo sama jennie bakal tunangan"

Gue ngelepas pelukan gue dari jingga dan nahan dua bahunya, maksa dia buat natap gue tapi dia malah nunduk dan nangis.

"kamu tahu dari mana aku sama jennie bakal tunangan?"

Jingga ngehapus air matanya dan natap gue lekat dengan mata yang masih berair.

"kamu gak perlu tahu aku tahu dari mana, selamat. Semoga bahagia. And forget me.... J"

Apa yang musti gue lakuin, biar lo gak mau pisah dari gue ji? 

Biar lo terikat ama gue. selamanya.

TBC 

NEXT CHAPTER WILL BE PRIVATE JUST FOLLOWERS BECAUSE HAVE MATURE CONTENT SCENE.

OH MY 'J'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang